Mencuat masalah saat ini adanya rekayasa nama-nama pedagang yang masuk ke Blok, padahal sebelumnya bukan pedagang yang ada dipasar lama.
Kota Bima, KS.- Baru saja Pasar Amahami diresmikan, namun banyak masalah yang dialami oleh pedagang dipasar tersebut. Mencuat masalah saat ini adanya rekayasa nama-nama pedagang yang masuk ke Blok, padahal sebelumnya bukan pedagang yang ada dipasar lama.
Mahasiswa STISIP-Mbojo Bima
Tuntutan padagang yang diwakilkan oleh mahasiswa STISIP-Mbojo Bima, melalui aksi Demontrasi yang dikomandai Koordinator Lapangan (Korlap) Abubakar, dihalaman Kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Bima Selasa (22/9) kemarin, puluhan Mahasiswa Almamater Orange itu mendesak Kepala Dinas untuk transparan mendata nama-nama pedagang di Pasar baru.
Menurut Abubakar, kebanyakan pedagang yang masuk dilapak pasar baru, adalah orang-orang baru yang sebelumnya tidak terokomodir dalam daftar nama pedagang lama. “Kami menduga adanya permaianan oknum tertentu dalam pendataan nama-nama pedagang di pasar.Kami tidak terima para pedagang dipermainkan oleh oknum Kepala Dinas Diskoperindag, padahal para pedagang secara ikhlas meninggalkan pasar lama, justru dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok,” teriak Korlap aksi Abubakar.
Lanjutnya, pasar yang disediakan oleh pemerintah saat ini tidak mampu menampung jumlah pedagang. Akhirnya, banyak pedagang yang membangun tenda-tenda diluar bangunan pasar. Hal ini yang menimbulkan Pasar Amahami menjadi sembrawut. Seharusnya, sebelum pasar Amahami diresmikan, ada kalkukasi data yang kongkrit dan matang oleh pemerintah Kota Bima, sehingga tidak menimbulkan dampak seperti ini. Jika ini dibairkan berlarut-larut, maka akan jadi masalah karena banyak pihak yang dirugikan terutama para pedagang yang sudah berdagang selama puluhan tahun.
“Perlu ada regulasi yang mengatur masalah pasar ini, pemerintah harus bisa terjemahkan keinginan masyarakat,” katanya.
Selain itu, infrastruktur untuk para pedagang kurang memadai. Ketersediaan air bersih hingga pemadaman lampu yang dilakukan secara tiba-tiba di lokasi pasar Amahami. Dampak padamnya lampu secara tiba-tiba membuat para pedagang merugi besar. Tidak hanya itu, Mahasiswa juga menyuarakan, agar pemerintah bisa memberikan kopensasi kepada para pedagang yang sudah terdaftar oleh Diskoperindag.
Kopensasi tersebut bertujuan untuk menunjang modal para pedagang. Karena diperhitungkan, sejak pindahnya ke Pasar Ahamami, banyak sekali omzat para pedagang yang kurang. “Kami tidak akan biarkan rekayasa ini terus terjadi, kami akan menuntut hak-hak rakyat kecil yang ditindas oleh kepentingan oknum pejabat tertentu,” pungkasnya.
Menjawab tuntutan Mahasiswa, Irawan, Staf Bidang Perdagangan mengaku Kepala Dinas Diskoperindag tidak ada di kantor karena sedang tugas luar. Ia meminta kepada mahasiswa untuk mengajukan surat untuk melakukan audensi secara terbuka dengan pihak Diskoperindag.
Hal tersebut menurutnya lebih elegan ketimbang harus turun kejalan dan melakukan orasi. Karena dengan membuka musyawarah melalui audensi, akan ada jalan keluar dalam menyelesaikan perbedaan pemahaman antara Mahasiswa dan Pemkota Bima. “Mari kita sampaikan tuntutan kita secara elegan santun, itu lebih baik ketimbang kita teriak berorasi,” sarannya.
Sebelumnya, Aksi demo tersebut hampir saja terjadi adu jotos antara Mahasiswa dengan salah seorang yang berpakian sipil. Mahasiwa emosi karena dihadang oleh beberapa warga saat hendak menyegel Kantor Diskoperindag. Beruntung aksi adu jotos tersebut diredam oleh beberapa pegawai setempat.
Emosi Mahasiswa meledak, ketika Kepala Dinas Diskoperindag Kota Bima tidak ada ditempat. Bahkan kantor tersebut tertutup rapat meski sedang jam bekerja. (KS-Ryan G)
Mahasiswa STISIP-Mbojo Bima
Tuntutan padagang yang diwakilkan oleh mahasiswa STISIP-Mbojo Bima, melalui aksi Demontrasi yang dikomandai Koordinator Lapangan (Korlap) Abubakar, dihalaman Kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Bima Selasa (22/9) kemarin, puluhan Mahasiswa Almamater Orange itu mendesak Kepala Dinas untuk transparan mendata nama-nama pedagang di Pasar baru.
Menurut Abubakar, kebanyakan pedagang yang masuk dilapak pasar baru, adalah orang-orang baru yang sebelumnya tidak terokomodir dalam daftar nama pedagang lama. “Kami menduga adanya permaianan oknum tertentu dalam pendataan nama-nama pedagang di pasar.Kami tidak terima para pedagang dipermainkan oleh oknum Kepala Dinas Diskoperindag, padahal para pedagang secara ikhlas meninggalkan pasar lama, justru dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok,” teriak Korlap aksi Abubakar.
Lanjutnya, pasar yang disediakan oleh pemerintah saat ini tidak mampu menampung jumlah pedagang. Akhirnya, banyak pedagang yang membangun tenda-tenda diluar bangunan pasar. Hal ini yang menimbulkan Pasar Amahami menjadi sembrawut. Seharusnya, sebelum pasar Amahami diresmikan, ada kalkukasi data yang kongkrit dan matang oleh pemerintah Kota Bima, sehingga tidak menimbulkan dampak seperti ini. Jika ini dibairkan berlarut-larut, maka akan jadi masalah karena banyak pihak yang dirugikan terutama para pedagang yang sudah berdagang selama puluhan tahun.
“Perlu ada regulasi yang mengatur masalah pasar ini, pemerintah harus bisa terjemahkan keinginan masyarakat,” katanya.
Selain itu, infrastruktur untuk para pedagang kurang memadai. Ketersediaan air bersih hingga pemadaman lampu yang dilakukan secara tiba-tiba di lokasi pasar Amahami. Dampak padamnya lampu secara tiba-tiba membuat para pedagang merugi besar. Tidak hanya itu, Mahasiswa juga menyuarakan, agar pemerintah bisa memberikan kopensasi kepada para pedagang yang sudah terdaftar oleh Diskoperindag.
Kopensasi tersebut bertujuan untuk menunjang modal para pedagang. Karena diperhitungkan, sejak pindahnya ke Pasar Ahamami, banyak sekali omzat para pedagang yang kurang. “Kami tidak akan biarkan rekayasa ini terus terjadi, kami akan menuntut hak-hak rakyat kecil yang ditindas oleh kepentingan oknum pejabat tertentu,” pungkasnya.
Menjawab tuntutan Mahasiswa, Irawan, Staf Bidang Perdagangan mengaku Kepala Dinas Diskoperindag tidak ada di kantor karena sedang tugas luar. Ia meminta kepada mahasiswa untuk mengajukan surat untuk melakukan audensi secara terbuka dengan pihak Diskoperindag.
Hal tersebut menurutnya lebih elegan ketimbang harus turun kejalan dan melakukan orasi. Karena dengan membuka musyawarah melalui audensi, akan ada jalan keluar dalam menyelesaikan perbedaan pemahaman antara Mahasiswa dan Pemkota Bima. “Mari kita sampaikan tuntutan kita secara elegan santun, itu lebih baik ketimbang kita teriak berorasi,” sarannya.
Sebelumnya, Aksi demo tersebut hampir saja terjadi adu jotos antara Mahasiswa dengan salah seorang yang berpakian sipil. Mahasiwa emosi karena dihadang oleh beberapa warga saat hendak menyegel Kantor Diskoperindag. Beruntung aksi adu jotos tersebut diredam oleh beberapa pegawai setempat.
Emosi Mahasiswa meledak, ketika Kepala Dinas Diskoperindag Kota Bima tidak ada ditempat. Bahkan kantor tersebut tertutup rapat meski sedang jam bekerja. (KS-Ryan G)
COMMENTS