Pelaksanaan proyek Embung Nae Wawo, yang pendanaanya bersumber dari APBD I Propinsi NTB tahun 2015 senilai, Rp. 1, 1 Milyar dinilai tidak sesuai harapan
Bima, KS. - Pelaksanaan proyek Embung Nae Wawo, yang pendanaanya bersumber dari APBD I Propinsi NTB tahun 2015 senilai, Rp. 1, 1 Milyar yang berlokasi di sungai (Oi Seli) Dusun Kawae Desa Maria Utara Kecamatan Wawo, dinilai tidak sesuai harapan masyarakat banyak, karena proses pekerjaannya diduga kuat dilakukan asal jadi, bahkan terkesan amburadul.
Ilustrasi
Kepala Desa Maria Utara Kecamatan Wawo, Syamsuddin kepada wartawan koran ini mengungkapkan, pekerjaan proyek embung yang dilakukan oleh pihak ketiga (Kontraktor) dengan anggaran, Rp. 1, 1 Milyar, di Dusun Kawae Desa Maria Utara, saat ini sangat tidak berkualitas bahkan dinilai asal jadi.
Buktinya, berdasarkan hasil kroscek yang dilakukan oleh pihaknya bersama warga setempat di lokasi proyek, Selasa lalu (1/9), pekerjaan pembangunan embung besar dengan ukuran sekitar20 meter, terutama penggalian fondasinya dinilai tidak becus, karena dilakukan secara manual oleh manusia atau para tenaga kerjayang dilibatkan dalam proyek dimaksud.
Mestinya kata Syamsuddin, penggalian fondasi embung tersebut harus menggunakan alat berat supaya hasilnya menjadi bagus, kuat dan kokoh. Kalau dilakukan dengan cara manual seperti ini hasilnya pasti tidakbermutu dan berkualitas, karena embung yang dibangun tersebut nantinya dikhawatirkan akan bocor sekaligus tidak bisa menahan dan menampungair. Sementara fungsi utama dibangunnya sebuah embung oleh pemerintah itu adalah buat penampung air untuk keperluan dan kebutuhan masyarakat banyak, terutama bagi para petani yang memiliki lahan pertanian di Desa Maria Utara dan juga masyarakat Kecamatan Wawo lainnya secara keseluruhan.
“Kalau fondasi embung itu digali dengan cara manual seperti ini, saya khawatir hasilnya nanti akan bocor sekaligus tidak bisa menampung air, sedangkan fungsinya embung itu adalah untuk menampung air yang banyak,” ujarnya.
Syamsuddin menambahkan, pembangunan embung yang menghabiskan uang Negara cukup fantastis sebesar, Rp. 1,1 Milyar ini memang penuh denganmasalah. Salah satu contoh, beberapa hari lalu tepatnya sejak dimulainya proyek tersebut, pihak pengawas proyek telah menyuruh para tenaga kerjanya untuk membongkar kembali fondasi yang sudah dibangun,karena dianggap menyalahi aturan dan ketentuan yang berlaku.
“Sayamelihat proyek embung di Dusun Kawae ini tidak benar bahkan penuh dengan masalah, padahal anggaran yang dikucurkan oleh Negara untuk proyek ini sangatlah besar. Untuk itu, saya telah melaporkan masalah ini pada pihak pemerintah, terutama kepada bapak camat selaku kepalawilayah Kecamatan Wawo,” tegasnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang anggota DPRD Kabupaten Bima dari Partai Gerindra, Yasin, S.Pdi. Wakil rakyat Wawo ini mengaku sangat kecewa dengan proses pembangunan embung di Dusun Kawae Desa Maria Utara tersebut, karena penggaliannya fondasinya dilakukan secara manual, bukan menggunakan alat berat seperti yang biasa digunakan dalam pembangunan embung besar selama ini.
“Saya kecewa dengan pekerjaan proyek embung di Dusun Kawae itu, karena penggalian fondasinya tidak menggunakan alat berat. Kalau model pekerjaanya seperti ini, embung itu nanti pasti bocor, sekaligus tidak bisa menampung air sesuai keinginan dan harapan masyarakat banyak,” cetusnya.
Sementara itu, pelaksana proyek yang biasa dipanggil Bimo, yang hendak dikonfirmasi koran tidak bisa dihubungi dengan alasan yang tidak jelas. Wartawan koran ini telah berupaya melakukan konfirmasi melalui ponselnya, tapi ketika ditelepon tidak pernah diangkat, bahkan di SMS pun juga tidak dijawab sama sekali oleh kontraktor yang bersangkutan. (KS-Yar)
Ilustrasi
Kepala Desa Maria Utara Kecamatan Wawo, Syamsuddin kepada wartawan koran ini mengungkapkan, pekerjaan proyek embung yang dilakukan oleh pihak ketiga (Kontraktor) dengan anggaran, Rp. 1, 1 Milyar, di Dusun Kawae Desa Maria Utara, saat ini sangat tidak berkualitas bahkan dinilai asal jadi.
Buktinya, berdasarkan hasil kroscek yang dilakukan oleh pihaknya bersama warga setempat di lokasi proyek, Selasa lalu (1/9), pekerjaan pembangunan embung besar dengan ukuran sekitar20 meter, terutama penggalian fondasinya dinilai tidak becus, karena dilakukan secara manual oleh manusia atau para tenaga kerjayang dilibatkan dalam proyek dimaksud.
Mestinya kata Syamsuddin, penggalian fondasi embung tersebut harus menggunakan alat berat supaya hasilnya menjadi bagus, kuat dan kokoh. Kalau dilakukan dengan cara manual seperti ini hasilnya pasti tidakbermutu dan berkualitas, karena embung yang dibangun tersebut nantinya dikhawatirkan akan bocor sekaligus tidak bisa menahan dan menampungair. Sementara fungsi utama dibangunnya sebuah embung oleh pemerintah itu adalah buat penampung air untuk keperluan dan kebutuhan masyarakat banyak, terutama bagi para petani yang memiliki lahan pertanian di Desa Maria Utara dan juga masyarakat Kecamatan Wawo lainnya secara keseluruhan.
“Kalau fondasi embung itu digali dengan cara manual seperti ini, saya khawatir hasilnya nanti akan bocor sekaligus tidak bisa menampung air, sedangkan fungsinya embung itu adalah untuk menampung air yang banyak,” ujarnya.
Syamsuddin menambahkan, pembangunan embung yang menghabiskan uang Negara cukup fantastis sebesar, Rp. 1,1 Milyar ini memang penuh denganmasalah. Salah satu contoh, beberapa hari lalu tepatnya sejak dimulainya proyek tersebut, pihak pengawas proyek telah menyuruh para tenaga kerjanya untuk membongkar kembali fondasi yang sudah dibangun,karena dianggap menyalahi aturan dan ketentuan yang berlaku.
“Sayamelihat proyek embung di Dusun Kawae ini tidak benar bahkan penuh dengan masalah, padahal anggaran yang dikucurkan oleh Negara untuk proyek ini sangatlah besar. Untuk itu, saya telah melaporkan masalah ini pada pihak pemerintah, terutama kepada bapak camat selaku kepalawilayah Kecamatan Wawo,” tegasnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang anggota DPRD Kabupaten Bima dari Partai Gerindra, Yasin, S.Pdi. Wakil rakyat Wawo ini mengaku sangat kecewa dengan proses pembangunan embung di Dusun Kawae Desa Maria Utara tersebut, karena penggaliannya fondasinya dilakukan secara manual, bukan menggunakan alat berat seperti yang biasa digunakan dalam pembangunan embung besar selama ini.
“Saya kecewa dengan pekerjaan proyek embung di Dusun Kawae itu, karena penggalian fondasinya tidak menggunakan alat berat. Kalau model pekerjaanya seperti ini, embung itu nanti pasti bocor, sekaligus tidak bisa menampung air sesuai keinginan dan harapan masyarakat banyak,” cetusnya.
Sementara itu, pelaksana proyek yang biasa dipanggil Bimo, yang hendak dikonfirmasi koran tidak bisa dihubungi dengan alasan yang tidak jelas. Wartawan koran ini telah berupaya melakukan konfirmasi melalui ponselnya, tapi ketika ditelepon tidak pernah diangkat, bahkan di SMS pun juga tidak dijawab sama sekali oleh kontraktor yang bersangkutan. (KS-Yar)
COMMENTS