Pengadaan Bibit Bawang Merah oleh Dinas Pertanian untuk kelompok tani bawang memang menjadi sorotan baru-baru ini.
Bima, KS.- Pengadaan Bibit Bawang Merah oleh Dinas Pertanian untuk kelompok tani bawang memang menjadi sorotan baru-baru ini. Aksi demonstrasi depan kantor Dinas Pertanian Kabupaten Bima sudah dilakukan oleh para petani untuk memprotes pengadaan bibit bawang yang dianggap tidak layak untuk ditanam. Terakhir, pada Rabu kemarin Komisi II DPRD Kabupaten Bima, memanggil Dinas pertanian untuk mengklarifikasi soal pengadaan bibit bawang dengan anggaran sebesar Rp.18 Milyar dari APBN tersebut.
Menanggapi sorotan tersebut, Kepala Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten Bima, Drs.M.Tayeb kepada koran ini Rabu kemarin mengatakan, bahwa pengadaan bibit bawang merah untuk para kelompok tani sudah sesuai standard an ketentuan yang ada. Mengenai bibit bawang merah yang dibawa masyarakat ke Dinas pertanian, menurutnya itu bukan bibit dari dinas, karena tidak ada labelnya. “Bibit yang diberikan ke kelompok itu ada labelnya, sementara yang dibawa ke kantor itu tidak ada labelnya, dan itu bawang yang sudah busuk dan tidak bisa dijadikan bibit,”jelasnya.
Dikatakannya, spek bibit bawang merah pengadaan dinas sudah sesuai petunjuk tekhnis dan mekanisme, yaitu bawang jenis super Philips dan Keta Monca produk lokal. Bawang-bawang tersebut dibungkus dalam karung yang sudah diberi label.
Untuk harga bibit bawang yang dibeli oleh pihak ketiga dari para penangkar itu harganya cukup mahal. Karena harganya mahal tentu kualitas dan jenis bibit bawang pasti bagus untuk ditanam. “Dari nilai kontrak dan penawaran pihak ketiga, mereka membeli bibit dari para penangkar dengan harga Rp.32 ribu perkilonya, tentu jenis bawangnya bawang bagus,”jelasnya.
Mengenai harga jual bawang yang dikeluhkan petani saat ini, menurutnya harga itu tergantung harga pasar. Karena saat ini harganya memang lagi turun akibat adanya panen serentak di pulau jawa, sehingga mempengaruhi harga bawang di daerah. “Harga bawang saat ini masih sekitar Rp.6.000 sampai Rp.7.000 / kilo. Harga itu masing bagus untuk kondisi di daerah seperti di Bima, ketimbang di Jawa harganya sampai turun Rp.4.000 dan Rp.5.000,”tandasnya.
Lanjutnya, untuk Bima kementerian pertanian merencanakannya untuk menjadi daerah penyokok utama Indonesia, sehingga bisa memenuhi kebutuhan pangan nasional sekitar 43 porsen. “Tahun 2016, pemerintah pusat mengalokasikan anggaran untuk pengadaan bibit bawang dan pembangunan gudang cooler dengan daya tamping 1000 ton (penyimpanan bawang) sebesar Rp.124 Milyar,” ujarnya.
Untuk lahan yang tersidia di Kabupaten Bima ada sekitar 12.644 hektar, dan baru dimanfaatkan sekitar 50 porsen. Kalau digunakan semua, dengan anggaran yang akan datang tahun 2016 nanti, maka Bima bisa memenuhi kebutuhan nasional tersebut. (KS-Abbie)
Menanggapi sorotan tersebut, Kepala Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten Bima, Drs.M.Tayeb kepada koran ini Rabu kemarin mengatakan, bahwa pengadaan bibit bawang merah untuk para kelompok tani sudah sesuai standard an ketentuan yang ada. Mengenai bibit bawang merah yang dibawa masyarakat ke Dinas pertanian, menurutnya itu bukan bibit dari dinas, karena tidak ada labelnya. “Bibit yang diberikan ke kelompok itu ada labelnya, sementara yang dibawa ke kantor itu tidak ada labelnya, dan itu bawang yang sudah busuk dan tidak bisa dijadikan bibit,”jelasnya.
Dikatakannya, spek bibit bawang merah pengadaan dinas sudah sesuai petunjuk tekhnis dan mekanisme, yaitu bawang jenis super Philips dan Keta Monca produk lokal. Bawang-bawang tersebut dibungkus dalam karung yang sudah diberi label.
Untuk harga bibit bawang yang dibeli oleh pihak ketiga dari para penangkar itu harganya cukup mahal. Karena harganya mahal tentu kualitas dan jenis bibit bawang pasti bagus untuk ditanam. “Dari nilai kontrak dan penawaran pihak ketiga, mereka membeli bibit dari para penangkar dengan harga Rp.32 ribu perkilonya, tentu jenis bawangnya bawang bagus,”jelasnya.
Mengenai harga jual bawang yang dikeluhkan petani saat ini, menurutnya harga itu tergantung harga pasar. Karena saat ini harganya memang lagi turun akibat adanya panen serentak di pulau jawa, sehingga mempengaruhi harga bawang di daerah. “Harga bawang saat ini masih sekitar Rp.6.000 sampai Rp.7.000 / kilo. Harga itu masing bagus untuk kondisi di daerah seperti di Bima, ketimbang di Jawa harganya sampai turun Rp.4.000 dan Rp.5.000,”tandasnya.
Lanjutnya, untuk Bima kementerian pertanian merencanakannya untuk menjadi daerah penyokok utama Indonesia, sehingga bisa memenuhi kebutuhan pangan nasional sekitar 43 porsen. “Tahun 2016, pemerintah pusat mengalokasikan anggaran untuk pengadaan bibit bawang dan pembangunan gudang cooler dengan daya tamping 1000 ton (penyimpanan bawang) sebesar Rp.124 Milyar,” ujarnya.
Untuk lahan yang tersidia di Kabupaten Bima ada sekitar 12.644 hektar, dan baru dimanfaatkan sekitar 50 porsen. Kalau digunakan semua, dengan anggaran yang akan datang tahun 2016 nanti, maka Bima bisa memenuhi kebutuhan nasional tersebut. (KS-Abbie)
wah bener juga ya, bagus nih untuk dijadikan referensi :) nice share :)
BalasHapusFakta Penting Mengenai Anak Kedua