Eksistensi SMA PGRI di Kecamatan Wera banyak mengundang pertanyaan dari sejumlah Kepala Sekolah Negeri setempat. Selain jumlah siswanya yang tidak jelas, proses Kegiatan Belajar Mengajar juga diragukan
Bima, KS.- Eksistensi SMA PGRI di Kecamatan Wera banyak mengundang pertanyaan dari sejumlah Kepala Sekolah Negeri setempat. Selain jumlah siswanya yang tidak jelas, proses Kegiatan Belajar Mengajar juga diragukan. Sekolah yang sudah puluhan tahun menerima siswa baru tersebut, sudah tiga kali berpindah – pindah tempat karena mencari lokasi yang jauh dari sekolah negeri. Meski demikian keadaanya, sekolah swasta yang sudah banyak menyelamatkan nasib anak – anak yang putus sekolah tersebut tetap eksis bersama guru – gurunya yang ikhlas mengabdi. Siswa yang mengikuti proses KBM terkadang lebih banyak dari jumlah guru karena angka kehadiran siswa yang kurang, tapi yang ikut Ujian Akhir Sekolah (UAS) hampir menyamai jumlah siswa sekolah lain yang berstatus Negeri seperti SMA 2 dan SMK N yang ada di Kecamatan Wera.
Seperti yang diungkapkan oleh kepala SMA 2 Wera Dra. St Raodah beberapa waktu lalu, jumlah siswa SMA PGRI yang ujian tahun 2015 lalu hampir sama dengan siswa yang ada di sekolahnya, demikian juga sekarang. “Kalau dilihat dari jumlah dana Bos yang di terima, hanya beda puluhan orang siswa saja dengan di sekolah saya dengan siswa SMA PGRI, yang ikut KBM hanya sedikit, tapi peserta ujiannya bisa mencapai 2 kelas.” Ungkap kepala Sekolah yang dilantik oleh mantan Bupati Alm Dae Ferry tersebut.
Salah seorang Guru SMA PGRI Samsudin yang di tanya kebenaran hal tersebut mengatakan, siswa yang daftar memang banyak, namun antusias siswa untuk masuk sekolah agak kurang, sehingga tidak semua yang punya nama bisa hadir setiap hari. “Memang kehadiran siswa yang kurang,namanya juga siswa yang di rayu untuk sekolah,” ujarnya.
Guru yang juga mengajar di SMPN 2 Wera tersebut menambahkan, dari jumlah siswa yang hampir 80 orang yang ada di SMA PGRI saat ini, kebanyakan anak – anak yang sudah putus sekolah, daripada mereka tidak punya ijazah lebih baik diterima jadi siswa PGRI. “Dari siswa yang sudah tamat, banyak yang sudah berhasil,bahkan ada yang jadi anggota TNI, itu berkat kesabaran guru – guru yang mengabdi untuk menyelamatkan nasib anak bangsa, kalau mereka diabaikan bagamana mereka bisa bernasib seperti itu,”pungkasnya.
Guru – guru SMA PGRI lain yang ditanya tentang proses KBM di sekolahnya tidak berani menjawab, karena tau kondisi siswanya yang agak malas. “ bisa dilihat sendiri saja siswa yang ikut proses KBM setiap hari, intinya perlu kesabaran dari guru – guru yang mengabdi, karena angka kehadiran siswa memang masih kurang,” Ujar salah satu guru yang namanya tidak mau dikorankan.
“Namun ia menambahkan, ada segi lain juga yang perlu diperhatikan, karena selain siswa, nasib dan masa depan gurunya juga perlu dipikirkan,”tambahnya. (KS.11)
Seperti yang diungkapkan oleh kepala SMA 2 Wera Dra. St Raodah beberapa waktu lalu, jumlah siswa SMA PGRI yang ujian tahun 2015 lalu hampir sama dengan siswa yang ada di sekolahnya, demikian juga sekarang. “Kalau dilihat dari jumlah dana Bos yang di terima, hanya beda puluhan orang siswa saja dengan di sekolah saya dengan siswa SMA PGRI, yang ikut KBM hanya sedikit, tapi peserta ujiannya bisa mencapai 2 kelas.” Ungkap kepala Sekolah yang dilantik oleh mantan Bupati Alm Dae Ferry tersebut.
Salah seorang Guru SMA PGRI Samsudin yang di tanya kebenaran hal tersebut mengatakan, siswa yang daftar memang banyak, namun antusias siswa untuk masuk sekolah agak kurang, sehingga tidak semua yang punya nama bisa hadir setiap hari. “Memang kehadiran siswa yang kurang,namanya juga siswa yang di rayu untuk sekolah,” ujarnya.
Guru yang juga mengajar di SMPN 2 Wera tersebut menambahkan, dari jumlah siswa yang hampir 80 orang yang ada di SMA PGRI saat ini, kebanyakan anak – anak yang sudah putus sekolah, daripada mereka tidak punya ijazah lebih baik diterima jadi siswa PGRI. “Dari siswa yang sudah tamat, banyak yang sudah berhasil,bahkan ada yang jadi anggota TNI, itu berkat kesabaran guru – guru yang mengabdi untuk menyelamatkan nasib anak bangsa, kalau mereka diabaikan bagamana mereka bisa bernasib seperti itu,”pungkasnya.
Guru – guru SMA PGRI lain yang ditanya tentang proses KBM di sekolahnya tidak berani menjawab, karena tau kondisi siswanya yang agak malas. “ bisa dilihat sendiri saja siswa yang ikut proses KBM setiap hari, intinya perlu kesabaran dari guru – guru yang mengabdi, karena angka kehadiran siswa memang masih kurang,” Ujar salah satu guru yang namanya tidak mau dikorankan.
“Namun ia menambahkan, ada segi lain juga yang perlu diperhatikan, karena selain siswa, nasib dan masa depan gurunya juga perlu dipikirkan,”tambahnya. (KS.11)
COMMENTS