Anggota Pol-PP Kota Bima, Muhtar secara tegas membantah menilep dana bantuan Pemerintah Kota (Pemkot) senilai Rp.5Juta, yang diperuntukan bagi korban kecelakaan
Kota Bima, KS.- Anggota Pol-PP Kota Bima, Muhtar secara tegas membantah menilep dana bantuan Pemerintah Kota (Pemkot) senilai Rp.5Juta, yang diperuntukan bagi korban kecelakaan beberapa waktu lalu. Sesungguhnya dana bantuan telah diserahkan semua ke pihak keluarga korban, untuk kepentingan obat lanjut di RS Sanglah Dempasar.
Muhtar menceritakan, sebelumnya tidak pernah berurusan dengan korban (Putri Khalifah,red). Namun, saat pengurus lembaga kesejahteraan social anak datang ke RSUD untuk persiapan pasien relawan bernama Novi, yang hendak dirujuk ke RSUP NTB. Tapi, diwaktu yang sama, pihaknya melihat anak kecil yang mengalami kejang-kejang. Melihat kondisi kritis korban tersebut, pihaknya mengambil inisiatif untuk membawa korban ke Mataram, tentunya setelah konsultasi dengan pihak dokter yang menangani korban.”Pihak orang tua dan korban tidak memiliki kartu BPJS. Kendati tidak memiliki kartu BPJS, saya sebagai Ketua Lembaga memutuskan untuk membantu korban hingga di lokasi penanganan terakhir di Dempasar,”imbuhnya.
Apa yang dilakukannya itu atas kerjasama lembaga dengan Pemkot. Dimana pada malam itu juga, pemkot memberi bantuan berupa ambulance dan perawat. Ke esokan harinya, Wakil Walikota memberi bantuan uang tunai Rp.2Juta, dan Rp.3Juta yang bersumber dari kas daerah.”Semua uang telah diterima orang tua korban Abdul Rajak secara berfariatif,” tuturnya.
Tak berhenti disitu bantuan yang diberikan lembaganya terhadap korban. Selain memberikan dana, juga melakukan komunikasi dengan pihak Gubernur NTB dan Anggota DPR RI H.Muhammad Syafrudin,ST. Alhasil, Gubernur dan wakil rakyat RI tersebut menjenguk korban dan keluarganya. “Alhamdulillah, berkat kedatangan Gubernur tersebut, pihak rumah sakitpun memberikan pelayanan maksimal terhadap korban,”terangnya.
Lewat press releasenya, Muhtar juga mengungkapkan kekesalannya atas berita yang menyudutnya, karena menulis institusi tempat kerjanya, lembaganya, juga privasinya. Karena aktivitas yang dilakukannya selama ini bukan atasnama institusi, melainkan lembaganya.”Saya juga sesalkan dalam berita tersebut, saya disebut telah merampok, dan membuat karikatur yang mirip wajah saya. Sekali lagi, saya tidak terima dikatakan telah menilep dana bantuan tersebut, sesungguhnya yang terjadi adalah tenaga dan pikiran saya terkuras membantu korban dan keluarganya,”tegasnya.(KS-01)
Muhtar menceritakan, sebelumnya tidak pernah berurusan dengan korban (Putri Khalifah,red). Namun, saat pengurus lembaga kesejahteraan social anak datang ke RSUD untuk persiapan pasien relawan bernama Novi, yang hendak dirujuk ke RSUP NTB. Tapi, diwaktu yang sama, pihaknya melihat anak kecil yang mengalami kejang-kejang. Melihat kondisi kritis korban tersebut, pihaknya mengambil inisiatif untuk membawa korban ke Mataram, tentunya setelah konsultasi dengan pihak dokter yang menangani korban.”Pihak orang tua dan korban tidak memiliki kartu BPJS. Kendati tidak memiliki kartu BPJS, saya sebagai Ketua Lembaga memutuskan untuk membantu korban hingga di lokasi penanganan terakhir di Dempasar,”imbuhnya.
Apa yang dilakukannya itu atas kerjasama lembaga dengan Pemkot. Dimana pada malam itu juga, pemkot memberi bantuan berupa ambulance dan perawat. Ke esokan harinya, Wakil Walikota memberi bantuan uang tunai Rp.2Juta, dan Rp.3Juta yang bersumber dari kas daerah.”Semua uang telah diterima orang tua korban Abdul Rajak secara berfariatif,” tuturnya.
Tak berhenti disitu bantuan yang diberikan lembaganya terhadap korban. Selain memberikan dana, juga melakukan komunikasi dengan pihak Gubernur NTB dan Anggota DPR RI H.Muhammad Syafrudin,ST. Alhasil, Gubernur dan wakil rakyat RI tersebut menjenguk korban dan keluarganya. “Alhamdulillah, berkat kedatangan Gubernur tersebut, pihak rumah sakitpun memberikan pelayanan maksimal terhadap korban,”terangnya.
Lewat press releasenya, Muhtar juga mengungkapkan kekesalannya atas berita yang menyudutnya, karena menulis institusi tempat kerjanya, lembaganya, juga privasinya. Karena aktivitas yang dilakukannya selama ini bukan atasnama institusi, melainkan lembaganya.”Saya juga sesalkan dalam berita tersebut, saya disebut telah merampok, dan membuat karikatur yang mirip wajah saya. Sekali lagi, saya tidak terima dikatakan telah menilep dana bantuan tersebut, sesungguhnya yang terjadi adalah tenaga dan pikiran saya terkuras membantu korban dan keluarganya,”tegasnya.(KS-01)
COMMENTS