Mengantisipasi terjadinya bencana kekeringan yang kemungkinan akan terjadi pada musim tanam tahun 2016, Pemerintah Kabupaten Bima melalui Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura mengadakan Rapat Koordinasi Antisipasi Kekeringan
Bima,KS.- Mengantisipasi terjadinya bencana kekeringan yang kemungkinan akan terjadi pada musim tanam tahun 2016, Pemerintah Kabupaten Bima melalui Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura mengadakan Rapat Koordinasi Antisipasi Kekeringan, Rabu (13/1) di aula kantor Bupati Bima.Rakor tersebut dihadiri Dandim 1608/Bima Letkol Arh. Edi Nugraha, para Kepala SKPD terkait, Kepala Stasiun Meteorologi M. Salahuddin Bima, Camat dan pengamat hama penyakit se Kabupaten Bima.
Bupati Bima yang diwakili Asisten III Bidang Administrasi Umum Setda H. Makruf, SE dalam arahannya mengatakan, diitilik dari faktor penyebabnya, kekeringan di sebabkan oleh beberapa aspek seperti penyimpangan iklim, gangguan keseimbangan hidrologis, kebiasaan petani memaksakan pola tanam pada daerah yang ketersediaan airnya kurang serta wilayah yang secara teknis sering terjadi kekeringan. "Kekeringan tersebut telah berdampak pada menurunnya produksi tanaman akibat terserang "puso" bahkan menyebabkan tanaman mati yang pada akhirnya merugikan petani secara material maupun finansial,”ujarnya.
Bila terjadi secara meluas, lanjut Makruf, hal ini juga akan mengancam ketahanan pangan nasional serta terganggunya hidrologis lingkungan yang berakibat kekurangan air pada musim kemarau. Itulah sebabnya kata Asisten III, maka penting dibahas secara seksama upaya mengatasi kekeringan ini melalui gerakan masyarakat dalam membangun dan memelihara jaringan irigasi. “Upaya lainnya yang perlu ditingkatkan adalah konservasi lahan dan air serta memberikan bantuan sarana produksi benih, pupuk maupun pompa pada lokasi bencana kekeringan,”tegasnya.
“Upaya lain yang dilakukan adalah perlunya mengembangkan budaya hemat air dan mengatasi penyebab iklim ini dengan melakukan penyebaran informasi prakiraan iklim secara lebih akurat, membuat kalender tanam serta menerapkan peta rawan kekeringan yang dihasilkan oleh Balitbang Pertanian,”lanjut ma’aruf.
Sementara itu, Kadis Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Bima Ir. Muh. Tayeb dalam laporannya mengatakan, Rakor ini penting dan strategis untuk membangun kesamaan persepsi dalam menghadapi gejala kekeringan yang kemungkinan akan terjadi.Terkait pencapaian target produksi musim tanam 2016, Tayeb mengatakan, perlu peningkatan produksi dan produktifitas komoditi pertanian, khusunyaa padi. “Namun di lapangan, hal ini dipengaruhi oleh perubahan iklim yang menyebabkan terjadinya puso. Bila terjadi di Bima maka akan pengaruh pada ketahanan pangan nasional,"katanya.
Menurut mantan kepala BKP ini, sampai dengan Desember 2015, luas lahan tanam baru mencapai 21.224 ha atau 36,44 persen dari 50an ribu haktar yang direncanakan. Pencapaian luas tanam ini terancam karena pengaruh cuaca. Oleh karena itu harapnya, diperlukan koordinasi intensif instansi terkait agar terbangun sinergi dan dukungan dalam penanganan kekeringan di Kabupaten Bima.
“Misalnya, Kepada camat, bila ada wilayah yang kekeringan dan disekitarnya ada sungai agar disampaikan ke Dinas Pertanian untuk dibantu. Demikian halnya kepada stasiun BMKG Bima kiranya memberikan informasi cuaca yang dibutuhkan petani dan penyuluh di lapangan,"terangnya.
Rakor kemudian dilanjutkan dengan paparan Kepala BMKG Bima tentang kondisi dan pola cuaca dan dampaknya terhadap sektor pertanian. (KS-09)
Bupati Bima yang diwakili Asisten III Bidang Administrasi Umum Setda H. Makruf, SE dalam arahannya mengatakan, diitilik dari faktor penyebabnya, kekeringan di sebabkan oleh beberapa aspek seperti penyimpangan iklim, gangguan keseimbangan hidrologis, kebiasaan petani memaksakan pola tanam pada daerah yang ketersediaan airnya kurang serta wilayah yang secara teknis sering terjadi kekeringan. "Kekeringan tersebut telah berdampak pada menurunnya produksi tanaman akibat terserang "puso" bahkan menyebabkan tanaman mati yang pada akhirnya merugikan petani secara material maupun finansial,”ujarnya.
Bila terjadi secara meluas, lanjut Makruf, hal ini juga akan mengancam ketahanan pangan nasional serta terganggunya hidrologis lingkungan yang berakibat kekurangan air pada musim kemarau. Itulah sebabnya kata Asisten III, maka penting dibahas secara seksama upaya mengatasi kekeringan ini melalui gerakan masyarakat dalam membangun dan memelihara jaringan irigasi. “Upaya lainnya yang perlu ditingkatkan adalah konservasi lahan dan air serta memberikan bantuan sarana produksi benih, pupuk maupun pompa pada lokasi bencana kekeringan,”tegasnya.
“Upaya lain yang dilakukan adalah perlunya mengembangkan budaya hemat air dan mengatasi penyebab iklim ini dengan melakukan penyebaran informasi prakiraan iklim secara lebih akurat, membuat kalender tanam serta menerapkan peta rawan kekeringan yang dihasilkan oleh Balitbang Pertanian,”lanjut ma’aruf.
Sementara itu, Kadis Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Bima Ir. Muh. Tayeb dalam laporannya mengatakan, Rakor ini penting dan strategis untuk membangun kesamaan persepsi dalam menghadapi gejala kekeringan yang kemungkinan akan terjadi.Terkait pencapaian target produksi musim tanam 2016, Tayeb mengatakan, perlu peningkatan produksi dan produktifitas komoditi pertanian, khusunyaa padi. “Namun di lapangan, hal ini dipengaruhi oleh perubahan iklim yang menyebabkan terjadinya puso. Bila terjadi di Bima maka akan pengaruh pada ketahanan pangan nasional,"katanya.
Menurut mantan kepala BKP ini, sampai dengan Desember 2015, luas lahan tanam baru mencapai 21.224 ha atau 36,44 persen dari 50an ribu haktar yang direncanakan. Pencapaian luas tanam ini terancam karena pengaruh cuaca. Oleh karena itu harapnya, diperlukan koordinasi intensif instansi terkait agar terbangun sinergi dan dukungan dalam penanganan kekeringan di Kabupaten Bima.
“Misalnya, Kepada camat, bila ada wilayah yang kekeringan dan disekitarnya ada sungai agar disampaikan ke Dinas Pertanian untuk dibantu. Demikian halnya kepada stasiun BMKG Bima kiranya memberikan informasi cuaca yang dibutuhkan petani dan penyuluh di lapangan,"terangnya.
Rakor kemudian dilanjutkan dengan paparan Kepala BMKG Bima tentang kondisi dan pola cuaca dan dampaknya terhadap sektor pertanian. (KS-09)
COMMENTS