SDN 18 Kota Bima yang berdomisili di Kelurahan Dodu Kecamatan Rasanae Timur merupakan sekolah dasar yang rawan bencana alam khususnya bencana banjir.
Kota Bima, KS.- SDN 18 Kota Bima yang berdomisili di Kelurahan Dodu Kecamatan Rasanae Timur merupakan sekolah dasar yang rawan bencana alam khususnya bencana banjir. Tidak heran sekolah yang ada diujung Timur Kota Bima itu, setiap musim hujan wajib direndam banjir. Hasilnya, sembilan lokal kelas dipenuhi lumpur dan akhirnya proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) lumpuh total. Namun musibah itu, ternyata membawa berkah bagi sekolah tersebut masuk 10 besar sekolah/madrasah sekolah aman bencana tingkat nasional.
Kepala SDN 18 Kota Bima H. Sulaiman HM. Yusuf, S.Pd pada wartawan Kamis (25/2) mengatakan, di propinsi NTB hanya SDN 18 Dodu yang terpilih sebagai sekolah aman bencana. Pasalnya, sekolah ini selalu rutin kedatangan tamu yang tidak di undang yakni banjir yang merendam sekolah. “Program ini mengajarkan pada pihak sekolah untuk tanggap darurat terhadap bencana. Sehingga apabila terjadi perubahan cuaca dan curah hujan tinggi, maka petugas akan datang memberitahukan untuk siap,” ujarnya saat ditemui diruang kerjanya.
Sebelum bencana itu tiba, penjaga sekolah akan memadamkan listrik dan kepala sekolah serta dewan guru lainnya akan mengamankan fasilitas sarana dan prasarana. Setelah itu, siswa akan dievakluasi ditempat yang lebih tinggi dan tidak hanya komponen sekolah yang dilibatkan dalam program sekolah aman bencana. Akan tetapi pengurus komite sekolah dan masyarakat dilibatkan untuk bahu membahu mengamankan sekolah dari bencana.
Dalam istilah sekolah aman bencana tersebut, mengandung tiga pilar. Yakni, fasilitas sekolah aman, manajemen bencana disekolah dan pilar ketiga pendidikan penunggahan dan pengurangan risiko bencana. Program ini juga bekerjasama dan didukung Pemerintah Kota (Pemkot) Bima, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora).
SDN 18 Kota Bima ditunjuk sejak November 2015 untuk mendapatkan predikat sekolah aman bencana. Pada latihan (Simulasi) November – Desember lalu, siswa guru dan masyarakat dilatih untuk menanggani bencana. “Tidak heran sekolah ini rawan bencana, pada awal 2016 ini saja sudah dua kali direndam banjir setinggi lutut orang dewasa. Sehingga proses KBM terganggu selama tiga hari,” bebernya.
Lanjutnya, upaya pencegahan mengurangi angka bencana banjir yang masuk disekolah ini hanya diminta kepada pemerintah untuk menaikan jembatan Dodu. Yakni jembatan penghubung jalan potong Bima – Wawo maupun sungainya untuk di keruk. Agar air banjir yang membawah sampah tidak nyangkut dikolom jembatan, yang berimpas air banjir lari keluar ke luas jalan dan masuk ke areal sekolah.
Dari pantauan langsung koran ini jarak jembatan dan DAM hanya 7 Meter saja, sedangkan jembatan dan sekolah jaraknya lebih dekat, belum lagi sungai di Dodu berliku-liku. Sehingga dapat menghasilkan bencana alam dan korban. Sasaran pertama luapan air banjir yang membawah lumpur dan sampah menuju SDN 18 Kota Bima, baru itu masuk kepemukiman warga lainnya. (KS – 05)
Kepala SDN 18 Kota Bima H. Sulaiman HM. Yusuf, S.Pd pada wartawan Kamis (25/2) mengatakan, di propinsi NTB hanya SDN 18 Dodu yang terpilih sebagai sekolah aman bencana. Pasalnya, sekolah ini selalu rutin kedatangan tamu yang tidak di undang yakni banjir yang merendam sekolah. “Program ini mengajarkan pada pihak sekolah untuk tanggap darurat terhadap bencana. Sehingga apabila terjadi perubahan cuaca dan curah hujan tinggi, maka petugas akan datang memberitahukan untuk siap,” ujarnya saat ditemui diruang kerjanya.
Sebelum bencana itu tiba, penjaga sekolah akan memadamkan listrik dan kepala sekolah serta dewan guru lainnya akan mengamankan fasilitas sarana dan prasarana. Setelah itu, siswa akan dievakluasi ditempat yang lebih tinggi dan tidak hanya komponen sekolah yang dilibatkan dalam program sekolah aman bencana. Akan tetapi pengurus komite sekolah dan masyarakat dilibatkan untuk bahu membahu mengamankan sekolah dari bencana.
Dalam istilah sekolah aman bencana tersebut, mengandung tiga pilar. Yakni, fasilitas sekolah aman, manajemen bencana disekolah dan pilar ketiga pendidikan penunggahan dan pengurangan risiko bencana. Program ini juga bekerjasama dan didukung Pemerintah Kota (Pemkot) Bima, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora).
SDN 18 Kota Bima ditunjuk sejak November 2015 untuk mendapatkan predikat sekolah aman bencana. Pada latihan (Simulasi) November – Desember lalu, siswa guru dan masyarakat dilatih untuk menanggani bencana. “Tidak heran sekolah ini rawan bencana, pada awal 2016 ini saja sudah dua kali direndam banjir setinggi lutut orang dewasa. Sehingga proses KBM terganggu selama tiga hari,” bebernya.
Lanjutnya, upaya pencegahan mengurangi angka bencana banjir yang masuk disekolah ini hanya diminta kepada pemerintah untuk menaikan jembatan Dodu. Yakni jembatan penghubung jalan potong Bima – Wawo maupun sungainya untuk di keruk. Agar air banjir yang membawah sampah tidak nyangkut dikolom jembatan, yang berimpas air banjir lari keluar ke luas jalan dan masuk ke areal sekolah.
Dari pantauan langsung koran ini jarak jembatan dan DAM hanya 7 Meter saja, sedangkan jembatan dan sekolah jaraknya lebih dekat, belum lagi sungai di Dodu berliku-liku. Sehingga dapat menghasilkan bencana alam dan korban. Sasaran pertama luapan air banjir yang membawah lumpur dan sampah menuju SDN 18 Kota Bima, baru itu masuk kepemukiman warga lainnya. (KS – 05)
COMMENTS