Menindak lanjuti berita edisi sebelumnya, terkait dugaan rekayasa jumlah siswa di SMP Nurul Ihsan Ntobo, dengan tujuan mendapat Bantuan Operasi Sekolah (BOS) lebih banyak. Dibantah Manajer BOS Kota Bima Taufikrahman, S.Pd
Kota Bima, KS.- Menindak lanjuti berita edisi sebelumnya, terkait dugaan rekayasa jumlah siswa di SMP Nurul Ihsan Ntobo, dengan tujuan mendapat Bantuan Operasi Sekolah (BOS) lebih banyak. Dibantah Manajer BOS Kota Bima Taufikrahman, S.Pd. Menurutnya, rata-rata jumlah siswa sekolah swasta pada umumnya, tidak singkrong dengan jumlah harian saat proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), dengan jumlah siswa saat ulangan dan ujian sekolah.
Kata Manajer BOS Kota Bima Taufikrahman, S.Pd yang juga Kabid Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga (Dikpora) Kota Bima ini, bahwa pada pencairan dana BOS triwulan pertama (Januari – Maret) 2016 sebesar Rp. 17.750.000 untuk 71 orang siswa atau Rp. 250 ribu per siswa. “Berdasarkan Dapokdik (Data Pokok Pendidikan) yang disampaikan pihak SMP Nurul Ihsan pada kelas VII, VII dan IX sejumlah 71 orang, sehingga kami membayar sesuai jumlah riil siswa tersebut,” ujarnya saat ditemui Senin (28/3) diruang kerjanya,
Lanjutnya, pihaknya merasa bersyukur dan berterimakasih kepada seluruh pengelolah pendidikan yang berstatus swasta. Pasalnya, dari seluruh sekolah swasta saling bersaing, untuk mendapatkan siswa untuk masuk disekolahnya.Belum lagi sekolah swasta tersaingi oleh sekolah negeri. Maksudnya, jumlah siswa yang masuk setiap hari tidak sesuai dengan saat ulangan dan ujian sekolah, malah makin berkurang begitupun sebaliknya pada moment penting itu seluruh siswa hadir semua.
Sudah menjadi hal yang lumrah, guru mengunjungi siswa dikediamannya bahkan menjemput para siswanya, agar mau masuk sekolah seperti siswa lainnya. Sehingga sekolah swasta lebih banyak melihat kondisi dan keadaan siswa, misalnya saja untuk siswa kelas IX yang siap ikuti ujian, dan beberapa orang siswa kebetulan berasal dari luar daerah. “Saat sekolah minta ijasah/STTB asli, akte kelahiran dan Kartu Keluarga (KK) sebagai syarat pendaftaran ujian. Mereka (Siswa) kadang pulang kampung berminggu - minggu dan bahkan hingga satu bulan, sehingga sekolah swasta harus menjemput bola,”akunya.
Terkait dugaan rekayasa oleh oknum sekolah setempat, seperti yang disampaikan seorang sumber terpecaya pada wartawan ini. Taufikrahman menegaskan, pada pencairan triwulan kedua (April – Juni) akan dicairkan dalam waktu dekat ini. Namun dengan ada pemberitaan tersebut, akan kros cek jumlah siswa terbaru sekarang. Pasalnya, ketika ada pengurangan siswa dan penambahan siswa akan terjadi kompilasi (Penyesuaian). Sehingga dana BOS yang diterima triwulan kedua nanti bisa berubah menurun dari triwulan awal (Satu, red).
Kompilasi dimaksud akan menekan perbuatan dan kenakalan oknum kepala sekolah (kasek) dan pengelolah lembaga pendidikan. Namun biasanya perubahan siswa terjadi pada saat triwulan ketiga (Juli – September), karena pada pertengan tahun itu, terjadi penerimaan siswa baru, sedangkan dibulan lainnya hanya terjadi proses perpindahan siswa saja dan siswa yang keluar maupun dikeluarkan setelah memenuhi mekanisme yang berlaku.
Penerimaan siswa baru ini, pihak sekolah akan memberikan format untuk pendaftaran seperti mengisi identitas siswa, nama kedua orang tua dan sebagainya. Nah, setelah data itu diisi akan diserahkan kembali pada sekolah dan akan sesuaikan dengan kebutuhan Rombongan Belajar (Rombel) dan jumlah kelas (Ruangan, red) disekolahnya. Baru itu, calon siswa dimaksud diterima dan akan dimasukkan dalam dapokdik.
Sementara itu, Kepala Dikpora Kota Bima Drs. H. Alwi Yasin, M.Ap menegaskan, apabila terbukti oknum kasek dan pengelolah lembaga pendidikan menghalalkan cara dugaan rekayasa jumlah siswa yang sedikit jadi banyak, agar dana BOS-nya tinggi, maka pihaknya tidak segan –segan untuk mengambil tindakan tegas. “Apabila oknum kasek merasa diri mengambil uang negara, tidak sesuai dengan mekanisme yang berlaku. Untuk segera mungkin mengembalikan uang tersebut ke kas negara,” ujarnya saat ditemui dihalaman eks Kantor Walikota Bima Senin (28/3) siang.
Lanjut Alwi, pembayaran dana BOS sekarang sesuai jumlah riil siswa bukan memakai rasio. Mantan Kepala SMKN 3 Kota Bima ini, menyampaikan rasa kecewanya kepada sikap oknum kasek yang melakukan dugaan rekayasa jumlah siswa dan akibat perbuatan itu, dapat merusak citra dunia pendidikan sebagai lembaga pencetak generasi bangsa yang cerdas. (KS – 05)
Kata Manajer BOS Kota Bima Taufikrahman, S.Pd yang juga Kabid Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga (Dikpora) Kota Bima ini, bahwa pada pencairan dana BOS triwulan pertama (Januari – Maret) 2016 sebesar Rp. 17.750.000 untuk 71 orang siswa atau Rp. 250 ribu per siswa. “Berdasarkan Dapokdik (Data Pokok Pendidikan) yang disampaikan pihak SMP Nurul Ihsan pada kelas VII, VII dan IX sejumlah 71 orang, sehingga kami membayar sesuai jumlah riil siswa tersebut,” ujarnya saat ditemui Senin (28/3) diruang kerjanya,
Lanjutnya, pihaknya merasa bersyukur dan berterimakasih kepada seluruh pengelolah pendidikan yang berstatus swasta. Pasalnya, dari seluruh sekolah swasta saling bersaing, untuk mendapatkan siswa untuk masuk disekolahnya.Belum lagi sekolah swasta tersaingi oleh sekolah negeri. Maksudnya, jumlah siswa yang masuk setiap hari tidak sesuai dengan saat ulangan dan ujian sekolah, malah makin berkurang begitupun sebaliknya pada moment penting itu seluruh siswa hadir semua.
Sudah menjadi hal yang lumrah, guru mengunjungi siswa dikediamannya bahkan menjemput para siswanya, agar mau masuk sekolah seperti siswa lainnya. Sehingga sekolah swasta lebih banyak melihat kondisi dan keadaan siswa, misalnya saja untuk siswa kelas IX yang siap ikuti ujian, dan beberapa orang siswa kebetulan berasal dari luar daerah. “Saat sekolah minta ijasah/STTB asli, akte kelahiran dan Kartu Keluarga (KK) sebagai syarat pendaftaran ujian. Mereka (Siswa) kadang pulang kampung berminggu - minggu dan bahkan hingga satu bulan, sehingga sekolah swasta harus menjemput bola,”akunya.
Terkait dugaan rekayasa oleh oknum sekolah setempat, seperti yang disampaikan seorang sumber terpecaya pada wartawan ini. Taufikrahman menegaskan, pada pencairan triwulan kedua (April – Juni) akan dicairkan dalam waktu dekat ini. Namun dengan ada pemberitaan tersebut, akan kros cek jumlah siswa terbaru sekarang. Pasalnya, ketika ada pengurangan siswa dan penambahan siswa akan terjadi kompilasi (Penyesuaian). Sehingga dana BOS yang diterima triwulan kedua nanti bisa berubah menurun dari triwulan awal (Satu, red).
Kompilasi dimaksud akan menekan perbuatan dan kenakalan oknum kepala sekolah (kasek) dan pengelolah lembaga pendidikan. Namun biasanya perubahan siswa terjadi pada saat triwulan ketiga (Juli – September), karena pada pertengan tahun itu, terjadi penerimaan siswa baru, sedangkan dibulan lainnya hanya terjadi proses perpindahan siswa saja dan siswa yang keluar maupun dikeluarkan setelah memenuhi mekanisme yang berlaku.
Penerimaan siswa baru ini, pihak sekolah akan memberikan format untuk pendaftaran seperti mengisi identitas siswa, nama kedua orang tua dan sebagainya. Nah, setelah data itu diisi akan diserahkan kembali pada sekolah dan akan sesuaikan dengan kebutuhan Rombongan Belajar (Rombel) dan jumlah kelas (Ruangan, red) disekolahnya. Baru itu, calon siswa dimaksud diterima dan akan dimasukkan dalam dapokdik.
Sementara itu, Kepala Dikpora Kota Bima Drs. H. Alwi Yasin, M.Ap menegaskan, apabila terbukti oknum kasek dan pengelolah lembaga pendidikan menghalalkan cara dugaan rekayasa jumlah siswa yang sedikit jadi banyak, agar dana BOS-nya tinggi, maka pihaknya tidak segan –segan untuk mengambil tindakan tegas. “Apabila oknum kasek merasa diri mengambil uang negara, tidak sesuai dengan mekanisme yang berlaku. Untuk segera mungkin mengembalikan uang tersebut ke kas negara,” ujarnya saat ditemui dihalaman eks Kantor Walikota Bima Senin (28/3) siang.
Lanjut Alwi, pembayaran dana BOS sekarang sesuai jumlah riil siswa bukan memakai rasio. Mantan Kepala SMKN 3 Kota Bima ini, menyampaikan rasa kecewanya kepada sikap oknum kasek yang melakukan dugaan rekayasa jumlah siswa dan akibat perbuatan itu, dapat merusak citra dunia pendidikan sebagai lembaga pencetak generasi bangsa yang cerdas. (KS – 05)
COMMENTS