Ada-ada saja ulah oknum Kepsek SD 67 Kota Bima, Mursina H. Yusuf. Ia, berani memotong dana Bantuan Siswa Miskin dengan alasan membeli peralatan sekolah
Kota Bima, KS.- Ada-ada saja ulah oknum Kepsek SD 67 Kota Bima, Mursina H. Yusuf. Ia, berani memotong dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) dengan alasan membeli peralatan sekolah. Perbuatan menyimpang ini, dilaporkan wali murid ke UPT Dikpora Kecamatan Mpunda. Salah seorang wali murid yang meminta namanya dirahasiakan, mengeluhkan ulah kepsek tersebut. Padahal menurutnya, dana BSM spesifik untuk bantuan siswa miskin melalui dana pusat. "Apapun dalilnya, pemotongan dana BSM tidak dibenarkan, itu hak utuh siswa miskin," keluhnya.
Kata dia, bentuk protes pemotongan, ia sudah melakukan pengaduan pada pihak UPT Dikpora setempat."Kita kecewa sikap sepihak seperti itu. Dan beberapa wali murid sudah mengadukan hal itu ke sekolah," terang pria kulit putih ini. Lebih jauh lagi, wali murid ini menegaskan agar pemotongan itu harus dikembalikan. Jika alasan untuk keperluan sekolah, ia meyakini sudah ada anggaran tersendiri. Ia menduga, alasan pemotongan untuk keperluan sekolah hanya alasan klasik seorang kepsek untuk meraup keuntungan pribadi. "Suruh dia baca kembali aturan BSM itu. Jangan kira kami warga miskin tidak tahu aturan itu," sorotnya.
Sementara itu, Kepsek SDN 67 membenarkan adanya pemotongan BSM, sebesar Rp. 50 ribu persiswa miskin. "Ia benar, saya memotong BSM, hingga terkumpul 3,2 juta," akunya beberapa waktu lalu.
Pemotongan dana pusat itu katanya, sudah dilakukan rapat komite bersama wali murid. Saat rapat, semuanya setuju, dengan alasan untuk melengkapi kebutuhan sekolah. "Kami sepakat saat itu, ada pemotongan untuk keperluan sekolah," elaknya.
Mursina tidak menyangka jika sikapnya akan menunai protes wali murid. " Saya siap dengan segala kosekwensi, uang itu untuk membeli papan tulis, alat tulis dan tambahan gaji guru sukarela, ini semua saya lakukan untuk kemajuan sekolah kami, tidak lebih dari itu"dalihnya. (KS-04)
Kata dia, bentuk protes pemotongan, ia sudah melakukan pengaduan pada pihak UPT Dikpora setempat."Kita kecewa sikap sepihak seperti itu. Dan beberapa wali murid sudah mengadukan hal itu ke sekolah," terang pria kulit putih ini. Lebih jauh lagi, wali murid ini menegaskan agar pemotongan itu harus dikembalikan. Jika alasan untuk keperluan sekolah, ia meyakini sudah ada anggaran tersendiri. Ia menduga, alasan pemotongan untuk keperluan sekolah hanya alasan klasik seorang kepsek untuk meraup keuntungan pribadi. "Suruh dia baca kembali aturan BSM itu. Jangan kira kami warga miskin tidak tahu aturan itu," sorotnya.
Sementara itu, Kepsek SDN 67 membenarkan adanya pemotongan BSM, sebesar Rp. 50 ribu persiswa miskin. "Ia benar, saya memotong BSM, hingga terkumpul 3,2 juta," akunya beberapa waktu lalu.
Pemotongan dana pusat itu katanya, sudah dilakukan rapat komite bersama wali murid. Saat rapat, semuanya setuju, dengan alasan untuk melengkapi kebutuhan sekolah. "Kami sepakat saat itu, ada pemotongan untuk keperluan sekolah," elaknya.
Mursina tidak menyangka jika sikapnya akan menunai protes wali murid. " Saya siap dengan segala kosekwensi, uang itu untuk membeli papan tulis, alat tulis dan tambahan gaji guru sukarela, ini semua saya lakukan untuk kemajuan sekolah kami, tidak lebih dari itu"dalihnya. (KS-04)
COMMENTS