Angka kriminalitas terhadap guru di Kabupaten Bima, mengalami peningkatan tak terbantahkan.
Bima, KS.- Angka kriminalitas terhadap guru di Kabupaten Bima, mengalami peningkatan tak terbantahkan. Seperti dugaan pembunuhan guru Agama di Kecamatan Lambu, dan kekerasan terhadap guru dengan Senjata Tajam (Sajam) di Kecamatan Madapangga. Terakhir, guru dikejar menggunakan parang dilingkup Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Bima, belum lama ini. Prihatin dengan hal itu, Organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dengan tegas menyatakan siap menjalin kemitraan dengan Institusi Penegak Hukum.
Ketua PGRI, Drs.Syafiullah kepada Wartawan mengatakan, tingginya kekerasan terhadap guru selama ini, membuat organisasi yang tengah dipimpinya cemas. Karena itu PGRI membuat mou dengan polisi.‘’Kita sudah rencanakan buat kerjasama dengan pihak kepolisian, khusus perlindungan guru. Untuk Penasehat Hukum sudah ada,’’ ujarnya.
Kesepakan sebagai bentuk keseriusan PGRI membuat mou dengan lembaga hukum agar proses hukum cepat. Artinya, setiap masalah yang dialami guru, lebih-lebih menyangkut tindak pidana memiliki dapat diproses.‘’Kita akan tetap perjuangkan untuk guru,’’ tuturnya.
Syafiullah yang juga dipercayakan sebagai Koordinator Pengawas (Korwas) mengaku, tindakan kekerasan terhadap guru sering terjadi di Bima. Bahkan, guru menjadi korban pembunuhan.‘’Kita sangat terpukul. Guru di bunuh, guru diparangin,’’ ungkapnya.
Ia menilai, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya guru sudah hilang. Terbukti, Budaya menghormati dan meninggikan derajat guru sudah tidak ada. Padahal, guru sumber cahaya mencerdaskan anak manusia.‘’Saya pribadi dan PGRI Bima mengencam kekerasan terhadap guru,’’ terangnya.
Putra kelahiran Sape tersebut, sangat menyesali tindakan pegawai Dinas Dikpora Kabupaten Bima. Apalagi, saat itu guru dikejar menggunakan parang. Padahal, pemicunya sepele hanya karena miskomunikasi. ‘’Perbuatan oknum pegawai ini tidak dibenarkan. Kita akan rapat dengan Kepala Dinas Dikpora,’’ pungkasnya. (KS-03).
Ketua PGRI, Drs.Syafiullah kepada Wartawan mengatakan, tingginya kekerasan terhadap guru selama ini, membuat organisasi yang tengah dipimpinya cemas. Karena itu PGRI membuat mou dengan polisi.‘’Kita sudah rencanakan buat kerjasama dengan pihak kepolisian, khusus perlindungan guru. Untuk Penasehat Hukum sudah ada,’’ ujarnya.
Kesepakan sebagai bentuk keseriusan PGRI membuat mou dengan lembaga hukum agar proses hukum cepat. Artinya, setiap masalah yang dialami guru, lebih-lebih menyangkut tindak pidana memiliki dapat diproses.‘’Kita akan tetap perjuangkan untuk guru,’’ tuturnya.
Syafiullah yang juga dipercayakan sebagai Koordinator Pengawas (Korwas) mengaku, tindakan kekerasan terhadap guru sering terjadi di Bima. Bahkan, guru menjadi korban pembunuhan.‘’Kita sangat terpukul. Guru di bunuh, guru diparangin,’’ ungkapnya.
Ia menilai, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya guru sudah hilang. Terbukti, Budaya menghormati dan meninggikan derajat guru sudah tidak ada. Padahal, guru sumber cahaya mencerdaskan anak manusia.‘’Saya pribadi dan PGRI Bima mengencam kekerasan terhadap guru,’’ terangnya.
Putra kelahiran Sape tersebut, sangat menyesali tindakan pegawai Dinas Dikpora Kabupaten Bima. Apalagi, saat itu guru dikejar menggunakan parang. Padahal, pemicunya sepele hanya karena miskomunikasi. ‘’Perbuatan oknum pegawai ini tidak dibenarkan. Kita akan rapat dengan Kepala Dinas Dikpora,’’ pungkasnya. (KS-03).
COMMENTS