Bima, KS. - Minyak tanah (mitan) adalah jenis bahan bakar yang semakin langka keberadaannya. Namun, kebutuhan rumah tangga terhadap bahan ba...
Bima, KS.- Minyak tanah (mitan) adalah jenis bahan bakar yang semakin langka keberadaannya. Namun, kebutuhan rumah tangga terhadap bahan bakar yang satu ini masih tinggi saja. Tak jarang keadaan ini dimanfaatkan oleh pemilik pangkalan atau penyalur mitan yang ada di tiap desa. Kali ini, kasus klasik menaikkan harga mitan yang tidak sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) kembali terjadi di Desa Teke, Kecamatan Palibelo, Kabupaten Bima. Dari pengakuan warga setempat, pangkalan minyak tanah (Kios) Mai Lalo milik Drs. M. Nor sengaja menaikkan harga mitan secara sepihak. Ulah pemilik pangkalan ini mendapat protes sekaligus ancaman pembongkoran pangkalan itu oleh masyarakat.
Dari pengakuan salah seorang warga berinisial MA, menaikkan harga mitan yang dilakukan sepihak oleh pemilik pangkalan, M. Nor sangat membebani masyayarakat. “Pemerintah sudah menentukan Harga Eceran Tertingginya Rp3.800, namun seenak dengkulnya pemilik pangkalan menaikkan harga menjadi Rp5.000,” sorot MA yang meminta namanya diinisialkan sebagai sumber berita.
Selain itu, sambung MA, tindakan M. Nor bukan hanya sekali ini menaikkan harga mitan. Di bulan Juli ini sudah yang kedua kalinya. Ia pun berharap, dari kasus ini, izin pangkalan milik M. Nor harus di evaluasi dan kalau bisa langsung dicabut oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bima. Tindakan yang dilakukan pemilik pangkalan, Sambung MA, jelas melanggar peraturan presiden terkait harga bahan bakar yang sudah ditentukan oleh negara. Hal ini jelas sangat merugikan masyarakat banyak.
“Bukan hanya di cabut izinnya sebagai hukuman bagi M. Nor. Perbuatannya ini merupakan tindak pidana yang melanggar undang-undang perlindungan konsumen. Kami harap, pihak aparat segera memproses yang bersangkutan, agar bisa memberikan efek jera bagi pemilik pangkalan lainnya,” papar tokoh pemuda Desa Teke tersebut.
Untuk itu, MA menegaskan, jika dari kasus ini tidak ada reaksi dari pemerintah dan aparat. Dan bila pihak pemilik pangkalan masih melakukan kenaikan harga sepihak, maka, MA menegaskan dirinya bersama masyarakat akan menempuh upaya hukum sendiri.
“Kami akan bongkar paksa kios milik M. Nor, jika masih berani menaikkan harga mitan di atas nilai HET yang sudah ditentukan oleh pemerintah,” ancamnya.
Pemilik panggakan, M. Nor yang dikonfirmasi Koran Stabilitas via hanphonenya, menanggapi santai masalah ini. Ia pun membenarkan menjual mitan kepada masyarakat dengan harga Rp5.000 per liternya. Alasan Nor, kenaikan harga ini dilakukan karena menyeseuaikan dengan harga yang dijual oleh beberapa pangkalan lainnya.
“Benar saya menaikkan harga dari Rp3.800 menjadi Rp5.000 per liternya. Saya lakukan untuk menyeragamkan harga dengan penjual lainnya,” tukas pemilik pangkalan depan SMPN 1 Palibelo itu.
Ia pun mengaku bersalah dengan menaikkan harga mitan di atas harga yang sudah ditentukan pemerintah. Diakuinya, di bulan Juli ini, kios miliknya sudah dua kali menjual mitan di atas nilai HET. Kendati tindakan yang dilakukannya memberatkan masyarakat dan dapat dijerat secara hukum pidana. Ia pun hanya pasrah dan mengaku bahwa tindakan yang dilakukannya sudah salah.
“Memang saya salah sudah menaikkan harga mitan diatas nilai HET. Tapi, bagi pedagang mencari untung adalah hal yang lumrah. Saya pun menaikkan harga mitan ini bukanlah sesuatu yang direncanakan sejak awal. Saya menaikkan harga mitan untuk menyesuaikan dengan harga yang dijual oleh pedagang lainnya. Pangkalan lain rata-rata menjual mitan Rp5.000 per liternya,” aku M. Nor.
Soal adanya ancaman dari warga jika masih menaikkan harga mitan di kiosnya, ia pun tak begitu menanggapinya. “Ke depan, kami akan menjual mitan dengan harga yang sudah ditentukan oleh pemerintah,” janji Nor. (KS-03)
COMMENTS