Kota Bima, KS. - Melintasi jalan di tengah pemukiman warga Kelurahan Rabangodu Utara dan Kelurahan Rabangodu Selatan tampak kegiatan pelebar...
Kota Bima, KS.- Melintasi jalan di tengah pemukiman warga Kelurahan Rabangodu Utara dan Kelurahan Rabangodu Selatan tampak kegiatan pelebaran dan pengaspalan jalan yang dikerjakan oleh kontraktor.
Namun, proyek dengan paket pekerjaan Pemeliharaan Jalan Kedondong yang dilaksanakan oleh CV. Dewi Wangi dengan nilai kontrak Rp1.932.905.000 di protes tokoh masyarakat dua Kelurahan itu.
H. Junaidin, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyakat (LPM) Kelurahan Rabngodu Selatan menilai pekerjaan pengaspalan yang dilakukan itu asal-asalan dan hanya sekadar mengaspal saja. Kata dia, saat pekerjaan pelebaran, pihak pelaksana tidak melakukan penggalian yang benar. Kalaupun ada penggalian itu hanya pada bahu jalan tertentu saja.
Dijelaskannya, proses pengerasan pada bahu jalan tidak dipadati oleh kerikil namun isi timbunan disi kembali dengan tanah dan batu kerikil sekedarnya saja. Kondisi bahu jalan yang sudah dilakukan pengerasan pun ada yang tidak diaspal oleh pihak pelaksana.
“Proyek ini asal jadi saja. Aspalnya pun tidak rata yang harusnya semua tingginya 3 cm. Ini aspal ada yang setengah centi ada juga yang 3 cm. Ingin kami sampaikan terima kasih, tapi kalau seperti ini pekerjaannya ini sama saja pemborosan uang rakyat dan pekerjaan ini tidak akan bertahan lama,” pungkas dia yang ditemui Wartawan Koran Stabilitas di lokasi proyek Kelurahan Rabangodu Selatan, Rabu (3/8).
Senada dengan H. Junaidin, seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) warga Kelurahan Rabangodu Utara pun menyesalkan pekerjaan pengaspalan jalan di lingkungannya. Kata sumber yang enggan dikorankan namanya itu, pekerjaan ini memang memperbaiki jalan namun merusak drainase yang ada. Hasil galian di bahu jalan, banyak yang menimbun selokan-selokan di depan rumah warga. Dikatakannya, proyek ini telah merusak sistim drainase yang ada. Untuk itu, diharapkannya, pihak kontraktor bisa mengangkat kembali tanah dan batu yang masuk ke selokan saat penggalian bahu jalan proyek tersebut.
“Bukan hanya sistim drainase yang dirusak dari pelaksanaan proyek ini di Rabangodu, pengaspalannya pun tidak sesuai dengan spec yang ada. Secara kasat mata, masih banyak tinggi aspal yang setengah centi dan jelas tidak sesuai dengan spec yang tingginya harus 3 cm,” ungkap PNS itu.
Di lokasi Pekerjaan, Wartawan Koran Stabilitas mengkonfirmasi keluhan warga ini kepada pihak pengawas CV. Geodesi. Pelaksana Pengawas, Masrin mengaku pekerjaan ini sudah sesuai dengan spec kegiatan.
“Tadi sudah ada yang mengambil sampel dari pihal laborotorium pengujian pengaspalan milik Pemerintah Kota Bima. Untuk uji hasil labnya memang belum keluar. Dan penilaian saya di lapangan pekerjaan PT. Bunga Raya sudah cukup baik. Dan silahkan Pak wartawan menemui Pak Anas sebagai pelaksana pekerjaan. Pak Anas itu yang baju putih,” kata Masrin, Rabu (3/8).
Anas yang ditemui Wartawan Koran Stabilitas enggan memberikan komentarnya. Anas yang duduk di atas alat berat memberikan tanda penolakan lewat lambaian tangannya ketika diminta untuk diwawancara.
Sementara itu, ada hal yang berbeda dari pengakuan Masrin (pengawas dari CV. Geodesi) yang mengatakan pelaksana pekerjaaan adalah PT. Bunga Raya. Namun setelah dicek pada papan proyek yang ada di sebelah timur Jembatan di jalan baru Kelurahan Sadia, pelaksana kegiatan adalah CV. Dewi Wangi.
“Si Masrin itu bukan Pengawas, tapi antek,” kata Soma, pegiat LSM yang bersama Wartawan Koran Stabilitas menginvestigasi proyek tersebut.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bima yang hendak dikonfirmasi terkait pekerjaan proyek ini tidak ada di kantornya.
“Hari ini anaknya Pak Kepala sedang proses antar mahar pernikahannnya. Dan Bapak mungkin ngak masuk kantor,” kata seorang staf di kantor bekas Islamic Centre itu, Rabu (03/8). (KS-08)
COMMENTS