Mantan petinju Bima ini sudah belasan Tahun menjaga dan merawat pantai Lawata, namun sekarang di usir keluar dari lokasi itu oleh pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Bima, dengan alasan untuk direhab secara total
Kota Bima, KS.- Nasip apes tengah menimpa seorang penjaga Pantai Lawat, tempat rekreasi warga Kota Bima, Efendi alias Fendo. Mantan petinju Bima ini sudah belasan Tahun menjaga dan merawat pantai Lawata, namun sekarang di usir keluar dari lokasi itu oleh pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Bima, dengan alasan untuk direhab secara total, agar Pantai Lawat menjadi salah satu tempat rekreasi terbagus di Wilayah Dana Mbojo tercinta ini.
Meski Pemkot berharap Fendo agar keluar dari wilayah Lawata secara baik-baik, dengan alasan untuk kepentingan umum. Namun, Fendo tetap bertahan di lokasi itu, kecuali pemerintah menyediakan tempat tinggal permanen dan menjadi hak miliknya, sebagai jasa atau penghargaan terhadapnya selama menjadi penjaga Lawata, baru mengindahkan keinginan Pemerintah tersebut.
Drs. Arif Sukirman,MH selaku keluarga Fendo menyampaikan harapan agar Walikota Bima, HM Qurais H.Abidin selaku Kepala Daerah, agar sedikit memiliki rasa iba terhadap pamannya itu, karena telah menghabiskan waktu puluhan tahun menjaga Lawata, namun tak pernah menuntut gaji atau imbalan dari Pemerintah, demi mengabdi kepada Daerah dan rakyat Bima secara keseluruhan.”Fendo tidak pernah digaji sesenpun selama menjaga Lawata. Dia (Fendo,red) hidup dengan hasil keringat sendiri, menjaga lawata, hanya mendapat belas kasihan dari pengunjung, berupa uang parkir masuk lokasi. Dengan uang itu, selain untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, juga sebagian disetor ke Pemerintah Kota Bima sebagai Pendapat Asli Daerah (PAD), sedangkan gaji tidak pernah diberikan oleh pihak pemerintah,”kata dosen STISIP Mbojo Bima ini dengan nada harap.
Karena itu, Dosen senior yang biasa disapa Dae Moa ini sangat berharap agar Walikota Bima segera menarik kembali surat perintah pengosongan Lawata yang ditujukan kepada Fendo. Jika tidak, maka patut dipertanyakan keberpihakan Pemerintah, terutama Walikota Bima atas nasib rakyat jelata seperti Fendo sekarang.”Saya sangat berharap, agar Fendo tetap menjaga Lawata selama punya kemampuan. Jika ingin mengusir keluar dari Lawata, mestinya harus disediakan tempat tinggalnya. Nah, jika Fendo dipaksakan keluar sekarang, lalu akan tinggal dimana nantinya,” tanya Dae Moa seraya meminta Walikota agar bersikap bijak soal hal tersebut.
Dae Moa mengaku keberhasilan Walikota Bima dalam membangun Daerah ini beberapa tahun terakhir ini, terutama merenovasi seluruh bagian dari wilayah Lawata. Namun, akan berdampak subyektif, jika pembangunan itu bertujuan untuk mengusir penjaga yang selama ini tak dipedulikan nasibnya oleh pihak pemerintah.”Jika ada isu lawata ajang maksiat, maka lakukan razia. Justeru maksiat sekarang itu terang-terangan terjadi di sejumlah Kafe di Kota Bima. Buktinya, minuman keras bebas dijual di sejumlah kafe, juga PSK bebas berkeliaran di Wilayah Kota Bima saat ini. Itu yang harus di basmi oleh pemerintah, mengingat Kota bima bermoto “Bima Berzakat, Magrib Mengaji”, bukan menindas rakyat miskin yang tidak punya tempat tinggal sendiri,” tandasnya.
Walikota Bima melalui Kasat Pol-PP, Syarif Mustamar, M.Si membenarkan telah memberikan surat peringatan ketiga tentang perintah pengosongan lokasi Lawata terhadap Fendo, karena lokasi itu akan di tata secara total oleh Pemerintah Kota tahun ini dan tahun depan. Namun, pihak Fendo belum juga keluar, karena belum diberikan tali asih yang layak sebagai tanda terimakasih pemerintah menjaga Lawata selama ini.”Pendekatan kekeluargaan saya lakukan terhadap Fendo sekeluarga. Alhamdulillah, sudah ada pembicaraan ke dalam yaitu akan diberikan tali asih. Nah, berapa nilai tali asih itu, sangata bergantung pada Walikota bima. Dan saya yakin, Walikota bima akan memperhatikan secara khusus soal tali asih untuk Fendo tersebut,”tuturnya yakin.
Kata Syarif, dalam waktu secepatnya, lokasi Lawata akan di kosongkan, setelah pembicaraan kedua belah pihak ada titik temunya.”Insya Allah, semuanya akan berjalan lancar dan tidak akan ada yang tersakiti nantinya. Karena apa yang dilakukan pemerintah sekarang demi kepentingan masyarakat banyak, sementara sikap fendo yang tetap bertahan disana, juga berharap belas kasih pemerintah sebagai tanda terimakasih menjaga Lawata selama ini,”ujarnya.(R-01)
Meski Pemkot berharap Fendo agar keluar dari wilayah Lawata secara baik-baik, dengan alasan untuk kepentingan umum. Namun, Fendo tetap bertahan di lokasi itu, kecuali pemerintah menyediakan tempat tinggal permanen dan menjadi hak miliknya, sebagai jasa atau penghargaan terhadapnya selama menjadi penjaga Lawata, baru mengindahkan keinginan Pemerintah tersebut.
Drs. Arif Sukirman,MH selaku keluarga Fendo menyampaikan harapan agar Walikota Bima, HM Qurais H.Abidin selaku Kepala Daerah, agar sedikit memiliki rasa iba terhadap pamannya itu, karena telah menghabiskan waktu puluhan tahun menjaga Lawata, namun tak pernah menuntut gaji atau imbalan dari Pemerintah, demi mengabdi kepada Daerah dan rakyat Bima secara keseluruhan.”Fendo tidak pernah digaji sesenpun selama menjaga Lawata. Dia (Fendo,red) hidup dengan hasil keringat sendiri, menjaga lawata, hanya mendapat belas kasihan dari pengunjung, berupa uang parkir masuk lokasi. Dengan uang itu, selain untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, juga sebagian disetor ke Pemerintah Kota Bima sebagai Pendapat Asli Daerah (PAD), sedangkan gaji tidak pernah diberikan oleh pihak pemerintah,”kata dosen STISIP Mbojo Bima ini dengan nada harap.
Karena itu, Dosen senior yang biasa disapa Dae Moa ini sangat berharap agar Walikota Bima segera menarik kembali surat perintah pengosongan Lawata yang ditujukan kepada Fendo. Jika tidak, maka patut dipertanyakan keberpihakan Pemerintah, terutama Walikota Bima atas nasib rakyat jelata seperti Fendo sekarang.”Saya sangat berharap, agar Fendo tetap menjaga Lawata selama punya kemampuan. Jika ingin mengusir keluar dari Lawata, mestinya harus disediakan tempat tinggalnya. Nah, jika Fendo dipaksakan keluar sekarang, lalu akan tinggal dimana nantinya,” tanya Dae Moa seraya meminta Walikota agar bersikap bijak soal hal tersebut.
Dae Moa mengaku keberhasilan Walikota Bima dalam membangun Daerah ini beberapa tahun terakhir ini, terutama merenovasi seluruh bagian dari wilayah Lawata. Namun, akan berdampak subyektif, jika pembangunan itu bertujuan untuk mengusir penjaga yang selama ini tak dipedulikan nasibnya oleh pihak pemerintah.”Jika ada isu lawata ajang maksiat, maka lakukan razia. Justeru maksiat sekarang itu terang-terangan terjadi di sejumlah Kafe di Kota Bima. Buktinya, minuman keras bebas dijual di sejumlah kafe, juga PSK bebas berkeliaran di Wilayah Kota Bima saat ini. Itu yang harus di basmi oleh pemerintah, mengingat Kota bima bermoto “Bima Berzakat, Magrib Mengaji”, bukan menindas rakyat miskin yang tidak punya tempat tinggal sendiri,” tandasnya.
Walikota Bima melalui Kasat Pol-PP, Syarif Mustamar, M.Si membenarkan telah memberikan surat peringatan ketiga tentang perintah pengosongan lokasi Lawata terhadap Fendo, karena lokasi itu akan di tata secara total oleh Pemerintah Kota tahun ini dan tahun depan. Namun, pihak Fendo belum juga keluar, karena belum diberikan tali asih yang layak sebagai tanda terimakasih pemerintah menjaga Lawata selama ini.”Pendekatan kekeluargaan saya lakukan terhadap Fendo sekeluarga. Alhamdulillah, sudah ada pembicaraan ke dalam yaitu akan diberikan tali asih. Nah, berapa nilai tali asih itu, sangata bergantung pada Walikota bima. Dan saya yakin, Walikota bima akan memperhatikan secara khusus soal tali asih untuk Fendo tersebut,”tuturnya yakin.
Kata Syarif, dalam waktu secepatnya, lokasi Lawata akan di kosongkan, setelah pembicaraan kedua belah pihak ada titik temunya.”Insya Allah, semuanya akan berjalan lancar dan tidak akan ada yang tersakiti nantinya. Karena apa yang dilakukan pemerintah sekarang demi kepentingan masyarakat banyak, sementara sikap fendo yang tetap bertahan disana, juga berharap belas kasih pemerintah sebagai tanda terimakasih menjaga Lawata selama ini,”ujarnya.(R-01)
COMMENTS