Gafur dan Jainal adalah dua orang polisi yang ditembak di jalan raya umum di Kota Bima. Untuk Gafur ditembak di sekitar Lingkungan Penatoi, ...
Gafur dan Jainal adalah dua orang polisi yang ditembak di jalan raya umum di Kota Bima. Untuk Gafur ditembak di sekitar Lingkungan Penatoi, sementara Jainal ditembak depan SMKN II Kota Bima. Kendati keduanya kenak tembakan, namun tidak merenggut nyawa. Karena peluru yang bersarang di tubuh kedua mantan anggota Buser Narkoba tersebut, bisa dikeluarkan oleh tim medis Rumah Sakit lewat operasi.
KOTA BIMA, KS.- Lantas siapa eksekutor yang bernyali tinggi dengan mengeksekusi kedua anggota Polri di pinggir jalan raya yang tergolong ramai tersebut ?. Hingga berita ini ditulis, pihak kepolisian yang hendak di lakukan konfirmasi tak satupun berhasil ditemui, namun sudah empat orang termasuk seorang perempuan bercadar diamankan oleh jajaran kepolisian, meski wanita cadar tersebut dilepas kembali karena dianggap tidak terlibat dalam kasus penembakan tersebut.
Seorang akademisi senior di STISIP Mbojo Bima, Drs.Arif Sukirman kepada Wartawan menilai bahwa penembakan dua anggota Polri tersebut di Bima merupakan hal biasa, dimana sebelumnya juga terdapat tiga polisi yang terbunuh tanpa terungkap pelakunya. Antara lain, M.Yamin Anggota Intel Polres Bima Kabupaten yang ditembak mati di pasar Bolo, Kapolsek Ambalawi Iptu Abdul Salam yang ditembak mati di wilayah Ncai Kapenta dan Briptu Hendra, Anggota Polsek Rasanae Barat yang ditemukan tergeletak di wilayah Tanjung, tepatnya disebuah Kafe beberapa tahun lalu.
“Pelaku pembunuhan terhadap tiga anggota Polisi tersebut hingga sekarang tidak diungkap oleh polisi. Nah, tidak heran ketika ada polisi yang ditembak lagi di Bima ini, karena para pelaku kejahatan tersebut merasa nyaman, dimana polisi tidak mampu mengungkap jejak mereka ketika mengeksekusi mati ketiga anggota Polri tersebut,” terang Arif Sukirman.
Pertanyaan selanjutnya, apakah pelaku penembakan polisi tersebut merupakan jaringan teroris atau jaringan gembong narkoba yang diduga mendapat bekingan orang-orang besar, sehingga merasa risih dengan seringnya penangkapan pelaku narkoba di Bima selama ini, yang berakibat kurangnya pendapatan bagi para sindikat tersebut.
“Bagi saya, harus melalui analisi intelejen yang benar-benar jitu untuk mengungkap pelaku penembakan polisi tersebut. Masalahnya, kalau teroris yang berbuat demikian, tujuannya apa. Soalnya Bima ini kecil, untuk apa mereka (Jaringan teroris) membutuh polisi di Bima ini,” imbuhnya.
Bagaimana kalau pelaku penembakan tersebut merupakan sindikat narkoba, apalagi narkoba di Bima ini semakin merajalela, padahal polisi hampir setiap minggu melakukan penangkapan para pelaku pengedar serta Bandar narkoba. Hanya saja, sampai hari ini, polisi belum mampu menangkap Bandar besar narkoba di Kota dan Kabupaten Bima, kecuali disaat AKBP Kumbul KS, S.Ik menjadi Kapolres Bima Kota beberapa tahun lalu, saat menangkap Erwin, warga etnis tinghoa.
“Setelah Erwin, sampai sekarang polisi tidak mampu mengungkap Bandar besar narkoba di Kota Bima ini. Entah siapa Bandar itu, saya yakin polisi mengetahui, hanya saja sulit untuk melakukan penangkapan, dikarenakan sulit menerobos lokasi atau kepastian barang bukti di rumah Bandar tersebut,” duganya.
Ditanya, apakah ada kaitan penembakan anggota polisi tersebut dengan sindikat narkoba di Bima ini ?. Arif Sukirman menduga kuat bahwa pelaku penembakan polisi selama ini, ada indikasi kuat tak jauh dari narkoba. Masalahnya, tidak semuanya polisi atau aparat keamanan lainnya memiliki kemauan sama untuk memberantas narkoba, tapi juga akan dugaan yang membeking.”Nah, ketika polisi gagal terus mengungkap targetnya, karena ada indikasi yang beking didalamnya, maka apapun bisa terjadi, termasuk menembak mati anggota polisi,” paparnya.
Bagaimana dengan penangkapan sejumlah orang yang diduga kuat ada kaitan dengan jaringan islam keras ?. Lelaki beranak tiga yang biasa disapa Dae Moa ini menyampaikan apresiasi atas keberhasilan polisi yang cepat menangkap sejumlah orang yang diduga pelaku penembakan tersebut.”Tapi bisakah pollisi membuktikan bahwa mereka pelakunya. Sudahkah polisi mengamankan senjata yang digunakan untuk menembak atau barang bukti lainnya. Kalau hanya sebatas beberapa eksemplar buku soal jihad dan lainnya, belum tentu mereka sebagai pelaku atau jaringan teroris,” pungkasnya.
Karena itu, diharapkan kepada Polisi di Bima, agar tidak main-main mengungkap pelaku penembakan anggota Polri tersebut, bila tidak ingin akan ada lagi polisi yang bakal menjadi korban penembakan berikutnya.”Semoga saja tidak ada anggota yang membeking atau menjadi kaki tangan sindikat narkoba. Dan semoga pula tidak ada teroris di bima ini, karena teroris sekarang tidak hanya seseorang yang belajar islam radikal kemudian melakukan tindakan atasnama jihad, tapi pelaku sindikat atau masuk dalam jaringan narkoba, itu teroris yang harus diberantas habis,” tandasnya.(KS-IB02)
 |
| Drs.Arif Sukirman |
KOTA BIMA, KS.- Lantas siapa eksekutor yang bernyali tinggi dengan mengeksekusi kedua anggota Polri di pinggir jalan raya yang tergolong ramai tersebut ?. Hingga berita ini ditulis, pihak kepolisian yang hendak di lakukan konfirmasi tak satupun berhasil ditemui, namun sudah empat orang termasuk seorang perempuan bercadar diamankan oleh jajaran kepolisian, meski wanita cadar tersebut dilepas kembali karena dianggap tidak terlibat dalam kasus penembakan tersebut.
Seorang akademisi senior di STISIP Mbojo Bima, Drs.Arif Sukirman kepada Wartawan menilai bahwa penembakan dua anggota Polri tersebut di Bima merupakan hal biasa, dimana sebelumnya juga terdapat tiga polisi yang terbunuh tanpa terungkap pelakunya. Antara lain, M.Yamin Anggota Intel Polres Bima Kabupaten yang ditembak mati di pasar Bolo, Kapolsek Ambalawi Iptu Abdul Salam yang ditembak mati di wilayah Ncai Kapenta dan Briptu Hendra, Anggota Polsek Rasanae Barat yang ditemukan tergeletak di wilayah Tanjung, tepatnya disebuah Kafe beberapa tahun lalu.
“Pelaku pembunuhan terhadap tiga anggota Polisi tersebut hingga sekarang tidak diungkap oleh polisi. Nah, tidak heran ketika ada polisi yang ditembak lagi di Bima ini, karena para pelaku kejahatan tersebut merasa nyaman, dimana polisi tidak mampu mengungkap jejak mereka ketika mengeksekusi mati ketiga anggota Polri tersebut,” terang Arif Sukirman.
Pertanyaan selanjutnya, apakah pelaku penembakan polisi tersebut merupakan jaringan teroris atau jaringan gembong narkoba yang diduga mendapat bekingan orang-orang besar, sehingga merasa risih dengan seringnya penangkapan pelaku narkoba di Bima selama ini, yang berakibat kurangnya pendapatan bagi para sindikat tersebut.
“Bagi saya, harus melalui analisi intelejen yang benar-benar jitu untuk mengungkap pelaku penembakan polisi tersebut. Masalahnya, kalau teroris yang berbuat demikian, tujuannya apa. Soalnya Bima ini kecil, untuk apa mereka (Jaringan teroris) membutuh polisi di Bima ini,” imbuhnya.
Bagaimana kalau pelaku penembakan tersebut merupakan sindikat narkoba, apalagi narkoba di Bima ini semakin merajalela, padahal polisi hampir setiap minggu melakukan penangkapan para pelaku pengedar serta Bandar narkoba. Hanya saja, sampai hari ini, polisi belum mampu menangkap Bandar besar narkoba di Kota dan Kabupaten Bima, kecuali disaat AKBP Kumbul KS, S.Ik menjadi Kapolres Bima Kota beberapa tahun lalu, saat menangkap Erwin, warga etnis tinghoa.
“Setelah Erwin, sampai sekarang polisi tidak mampu mengungkap Bandar besar narkoba di Kota Bima ini. Entah siapa Bandar itu, saya yakin polisi mengetahui, hanya saja sulit untuk melakukan penangkapan, dikarenakan sulit menerobos lokasi atau kepastian barang bukti di rumah Bandar tersebut,” duganya.
Ditanya, apakah ada kaitan penembakan anggota polisi tersebut dengan sindikat narkoba di Bima ini ?. Arif Sukirman menduga kuat bahwa pelaku penembakan polisi selama ini, ada indikasi kuat tak jauh dari narkoba. Masalahnya, tidak semuanya polisi atau aparat keamanan lainnya memiliki kemauan sama untuk memberantas narkoba, tapi juga akan dugaan yang membeking.”Nah, ketika polisi gagal terus mengungkap targetnya, karena ada indikasi yang beking didalamnya, maka apapun bisa terjadi, termasuk menembak mati anggota polisi,” paparnya.
Bagaimana dengan penangkapan sejumlah orang yang diduga kuat ada kaitan dengan jaringan islam keras ?. Lelaki beranak tiga yang biasa disapa Dae Moa ini menyampaikan apresiasi atas keberhasilan polisi yang cepat menangkap sejumlah orang yang diduga pelaku penembakan tersebut.”Tapi bisakah pollisi membuktikan bahwa mereka pelakunya. Sudahkah polisi mengamankan senjata yang digunakan untuk menembak atau barang bukti lainnya. Kalau hanya sebatas beberapa eksemplar buku soal jihad dan lainnya, belum tentu mereka sebagai pelaku atau jaringan teroris,” pungkasnya.
Karena itu, diharapkan kepada Polisi di Bima, agar tidak main-main mengungkap pelaku penembakan anggota Polri tersebut, bila tidak ingin akan ada lagi polisi yang bakal menjadi korban penembakan berikutnya.”Semoga saja tidak ada anggota yang membeking atau menjadi kaki tangan sindikat narkoba. Dan semoga pula tidak ada teroris di bima ini, karena teroris sekarang tidak hanya seseorang yang belajar islam radikal kemudian melakukan tindakan atasnama jihad, tapi pelaku sindikat atau masuk dalam jaringan narkoba, itu teroris yang harus diberantas habis,” tandasnya.(KS-IB02)
COMMENTS