Pertarungan bergengsi dalam memperebutkan Kursi Kepemimpinan periode 2018 – 2023 mendatang, tinggal hitungan Bulan. Sederet nama bakal kandi...
Pertarungan bergengsi dalam memperebutkan Kursi Kepemimpinan periode 2018 – 2023 mendatang, tinggal hitungan Bulan. Sederet nama bakal kandidat sudah bermunculan, setiap pasangan calon (paslon) memiliki keyakinan hingga bahkan ada yang sudah menargetkan untuk meraih kemenangan. Salah satunya, paslon independent H.Subhan – H. Wahyudin (SW). Namun, penentu akhir dari kompetisi itu tidak terlepas dari kehendak Allah SWT.
KOTA BIMA, KS. – “Saya datang untuk menang dan mengabdi demi Dou Labo Dana Mbojo. Target kami, saya bersama H.Subhan adalah memenangkan pertarungan tersebut. Dalam rumus hidup saya, tidak ada istilah kalah, apalagi kalah sebelum bertarung. Saya datang dan berani bertarung, karena saya sudah siap segala-galanya. Tercapai atau tidaknya target itu, sepenuhnya saya serahkan pada Allah SWT,” kata Wahyudin kepada Koran Stabilitas Rabu (29/11).
Memiliki target meraih kemenangan dalam sebuah kompetisi, terlebih pada momen pertarungan politik merupakan sesuatu hal yang lumrah sekaligus menjadi motivasi. Tetapi, setidaknya ada indikator sehingga target dalam kaitan itu dapat tercapai. Menanggapi hal itu, salah satu Pengusaha Muda sukses asal Sambina,e Kota Bima itu, mengaku tolak ukurnya nampak jelas dari respon, reaksi masyarakat atas kehadiranya sebagai orang nomor dua dari Subhan.
”Indikatornya, sudah sangat jelas terlihat dari jumlah KTP yang terkumpul. Saya yakin dan percaya, ini murni dukungan masyarakat dari hati, bukan karena terpaksa apalagi sampai dipaksa,” ujarnya.
Keyakinan Wahyudin mendapat dukungan pada pesta demokrasi lima tahunan tersebut, diperkuat dengan reaksi masyarakat pasca mendengar informasi soal pengembalian berkas oleh pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bima. Praktis, hanya dalam waktu relatif singkat 1 X 24 Jam, sebanyak 11.107 KTP terkumpul. Bahkan, jauh lebih besar dari jumlah yang diajukan sebelumnya. Baginya, reaksi masyarakat semacam itu tergolong sangat luar biasa. Secara langsung, masyarakat menunjukan dukungan serta kecintaanya terhadap paslon dimaksud. “Logikanya sederhana saja, kalau masyarakat nggak suka dengan tampilnya kami, mustahil ada reaksi semacam itu. Sama halnya buang-buang waktu, tenaga dan pikiran. Faktanya, justru beda dari biasanya, KTP sebagai syarat untuk menentukan maju atau tidaknya kami dikumpulkan dalam waktu yang begitu singkat,” tandasnya.
Bagaimana tanggapan publik terhadap paslon independen, SW ?. menanggapi hal itu, Ikbal, S.Sos mengatakan, dari segi ekonomi jalur indpenden lebih irit kos politiknya. Jadi, tidak ada utang politik ke parpol, yang sedikit tidaknya berpotensi merugikan rakyat. “Karena itu, saya sangat sepakat kalau rakyat mendukung, memilih paslon jalur independen,” tuturnya.
Calon perseorangan dalam pilkada menurutnya, membawa harapan baru bagi masyarakat. Boleh jadi, para politis dan masyarakat tak lagi melirik parpol sebagai kendaraan politiknya. Karena, disamping terlalu banyak intrik pun mahal maharnya. Hasil survei menyebutkan, jalur indepnden mendapat respon sehingga dibahas dan ditetapkan sebagai salah satu cara rakyat untuk ikut dalam pesta demokrasi.
”Ongkosnya yang ringan, akan lebih memaksimalkan kepemimpinan ketika calon independen itu terpilih sebagai kepala daerah. Setelah menduduki kursi kepemimpinan, otomatis tidak lagi sibuk memikirkan bagaimana caranya untuk mengembalikan modal yang dihabsikan untuk membayara parpol,” pungkasnya. (KS-Anh)
 |
| H. Wahyudin |
KOTA BIMA, KS. – “Saya datang untuk menang dan mengabdi demi Dou Labo Dana Mbojo. Target kami, saya bersama H.Subhan adalah memenangkan pertarungan tersebut. Dalam rumus hidup saya, tidak ada istilah kalah, apalagi kalah sebelum bertarung. Saya datang dan berani bertarung, karena saya sudah siap segala-galanya. Tercapai atau tidaknya target itu, sepenuhnya saya serahkan pada Allah SWT,” kata Wahyudin kepada Koran Stabilitas Rabu (29/11).
Memiliki target meraih kemenangan dalam sebuah kompetisi, terlebih pada momen pertarungan politik merupakan sesuatu hal yang lumrah sekaligus menjadi motivasi. Tetapi, setidaknya ada indikator sehingga target dalam kaitan itu dapat tercapai. Menanggapi hal itu, salah satu Pengusaha Muda sukses asal Sambina,e Kota Bima itu, mengaku tolak ukurnya nampak jelas dari respon, reaksi masyarakat atas kehadiranya sebagai orang nomor dua dari Subhan.
”Indikatornya, sudah sangat jelas terlihat dari jumlah KTP yang terkumpul. Saya yakin dan percaya, ini murni dukungan masyarakat dari hati, bukan karena terpaksa apalagi sampai dipaksa,” ujarnya.
Keyakinan Wahyudin mendapat dukungan pada pesta demokrasi lima tahunan tersebut, diperkuat dengan reaksi masyarakat pasca mendengar informasi soal pengembalian berkas oleh pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bima. Praktis, hanya dalam waktu relatif singkat 1 X 24 Jam, sebanyak 11.107 KTP terkumpul. Bahkan, jauh lebih besar dari jumlah yang diajukan sebelumnya. Baginya, reaksi masyarakat semacam itu tergolong sangat luar biasa. Secara langsung, masyarakat menunjukan dukungan serta kecintaanya terhadap paslon dimaksud. “Logikanya sederhana saja, kalau masyarakat nggak suka dengan tampilnya kami, mustahil ada reaksi semacam itu. Sama halnya buang-buang waktu, tenaga dan pikiran. Faktanya, justru beda dari biasanya, KTP sebagai syarat untuk menentukan maju atau tidaknya kami dikumpulkan dalam waktu yang begitu singkat,” tandasnya.
Bagaimana tanggapan publik terhadap paslon independen, SW ?. menanggapi hal itu, Ikbal, S.Sos mengatakan, dari segi ekonomi jalur indpenden lebih irit kos politiknya. Jadi, tidak ada utang politik ke parpol, yang sedikit tidaknya berpotensi merugikan rakyat. “Karena itu, saya sangat sepakat kalau rakyat mendukung, memilih paslon jalur independen,” tuturnya.
Calon perseorangan dalam pilkada menurutnya, membawa harapan baru bagi masyarakat. Boleh jadi, para politis dan masyarakat tak lagi melirik parpol sebagai kendaraan politiknya. Karena, disamping terlalu banyak intrik pun mahal maharnya. Hasil survei menyebutkan, jalur indepnden mendapat respon sehingga dibahas dan ditetapkan sebagai salah satu cara rakyat untuk ikut dalam pesta demokrasi.
”Ongkosnya yang ringan, akan lebih memaksimalkan kepemimpinan ketika calon independen itu terpilih sebagai kepala daerah. Setelah menduduki kursi kepemimpinan, otomatis tidak lagi sibuk memikirkan bagaimana caranya untuk mengembalikan modal yang dihabsikan untuk membayara parpol,” pungkasnya. (KS-Anh)
COMMENTS