Wilayah Bima, baik Kota maupun Kabupaten sangat menjanjikan untuk bisnis narkoka. Dalam kurung waktu dua minggu bisa menghabiskan beberapa ...
Wilayah Bima, baik Kota maupun Kabupaten sangat menjanjikan untuk bisnis narkoka. Dalam kurung waktu dua minggu bisa menghabiskan beberapa kilo narkoba jenis sabu, dengan perkiraan nilai uang mencapai ratusan Juta Rupiah. Bahkan Bima diindikasikan sebagai pusat pembagian narkoba untuk dikirim ke sejumlah wilayah, termasuk Dompu, Sumbawa, Mataram dan sekitarnya, terutama di wilayah bagian Timur, melalui jalur laut di Kecamatan Sape.
BIMA, KS.- Akibat dari leluasanya transaksi narkoba dalam kurung waktu belasan tahun terakhir ini (Sekitar Tahun 2002), membuat para Bandar dan sindikat narkoba semakin banyak uang haramnya, sehingga merekapun membangun sejumlah usaha lainnya, sebagai upaya untuk mengelabui public, dengan harapan seakan-akan bahwa uang yang diperolehnya itu merupakan hasil usaha barunya, padahal didapat dari uang haram, tentunya dari penjualan narkoba.
Salah seorang sumber terpercaya Wartawan Koran Stabilitas berinisial M menuturkan bahwa narkoba yang merajalela selama ini di Bima diduga diedarkan beberapa etnis, yaitu etnis China, etnis arab, etnis Madura atau padang, sementara warga pribumi hanya dijadikan kuli oleh para Bandar narkoba tersebut.
“Sebenarnya saya tidak ingin mengungkap persoalan ini, tapi saya melihat polisi hanya menangkap warga pribumi sebagai pengedar, sementara Bandar besar dari sejumlah oknum etnis tertentu dibiarkan oleh aparat penegak hukum, terutama pihak buser Narkoba Polres Bima Kota dan Kabupaten Bima,” kata M seraya mengaku berkali –kali pernah ditangkap oleh Polisi itu.
M juga mengaku bahwa peredaran narkoba di Bima diduga dibeking oknum aparat tertentu. Sehingga tak heran, ketika ada penangkapan narkoba yang bernilai besar, pergerakan oknum aparat di lapangan yang merasa tidak terima dengan penangkapan tersebut sangat kuat dan terlihat sekali. Oleh karena itu, M meminta adanya kerjasama yang baik antara polisi dan TNI di Bima khususnya, agar bersatu memberantas narkoba, terutama membidik sejumlah oknum warga etnis tertentu yang selama ini leluasa mengedarkan narkoba.
“Jangan hanya warga Bima asli yang ditangkap dong oleh polisi. Bandar narkoba di Bima itu semuanya oknum warga etnis tertentu. Saya tidak mau menyebutkan siapa oknum warga etnis tersebut, karena saya yakin aparat penegak hukum di Bima sebagiannya mengetahui siap etnis dimaksud,” paparnya.
Senada juga disampaikan pengedar sabu lainnya berinisial B. Ia juga mengaku bahwa narkoba jenis sabu di Bima itu dibec-up oleh oknum aparat tertentu. Sehingga sulit untuk memberantas narkoba di Bima ini, karena terjadi banyak kepentingan, apalagi uang hasil penjualan narkoba di Bima sangat banyak nilainya, sehingga jatah perbulan atau perminggu bagi yang membeking sangat banyak pula.
“Nah, yang merasa memiliki narkoba akan marah dan meminta pertanggungjawaban kepada oknum yang menmdapat jatah atau pajak hasil jualan narkoba tersebut. Makanya, ketika diminta tanggungjawab itu, oknum aparat bergerak bahkan ada yang menargetkan beberapa orang di bima yang dianggap mengganggu bisnis narkoba , termasuk teman-teman wartawan juga,” kata B secara serius.
B yang berbadan tinggi ini, juga mengaku tidak seberapa mendapat keuntungan dari p enjualan narkoba, dibandingkan dengan pendapatan pemilik narkoba sesungguhnya. Mereka (Pemilik) memang tidak terlihat banyak uang di Bima, tapi di kampong mereka sendiri diluar Bima, punya asset banyak dan berinvestasi dimana-mana, agar tidak mudah diketahui oleh masyarakat luas.
“Pelaku bisnis narkoba itu pintar investasi. Tidak investasi di bima tapi diluar bima mereka banyak harta dari hasil penjualan narkoba,” pungkasnya.
Oleh karenanya, B meminta kepada pihak kepolisian agar tidak hanya menangkap kurir narkoba di Bima ini, tapi juga menangkap Bandar-bandarnya, yang selama ini hidup mewah dan berkeliaran dimana-mana, bahkan mereka bebas keluar masuk di Bank-Bank untuk menyetor uang hasil jualan narkoba, berkedok usaha dagang lainnya,padahal usaha lainnya itu tidak seberapa pendapatan dalam sehari-hari.
“Intinya, jangan mimpi narkoba di bima bisa diberantas kalau Bandar dari oknum etnis tersebut tidak ditangkap oleh polisi, kecuali sengaja di biarkan karena mendapat jatah banyak tiap minggu, atau tiap bulan, karena penjualan narkoba di bima itu tinggi sekali omzetnya,” tandasnya mengakhiri pengungkapannya.(KS-TIM)
Ilustrasi |
BIMA, KS.- Akibat dari leluasanya transaksi narkoba dalam kurung waktu belasan tahun terakhir ini (Sekitar Tahun 2002), membuat para Bandar dan sindikat narkoba semakin banyak uang haramnya, sehingga merekapun membangun sejumlah usaha lainnya, sebagai upaya untuk mengelabui public, dengan harapan seakan-akan bahwa uang yang diperolehnya itu merupakan hasil usaha barunya, padahal didapat dari uang haram, tentunya dari penjualan narkoba.
Salah seorang sumber terpercaya Wartawan Koran Stabilitas berinisial M menuturkan bahwa narkoba yang merajalela selama ini di Bima diduga diedarkan beberapa etnis, yaitu etnis China, etnis arab, etnis Madura atau padang, sementara warga pribumi hanya dijadikan kuli oleh para Bandar narkoba tersebut.
“Sebenarnya saya tidak ingin mengungkap persoalan ini, tapi saya melihat polisi hanya menangkap warga pribumi sebagai pengedar, sementara Bandar besar dari sejumlah oknum etnis tertentu dibiarkan oleh aparat penegak hukum, terutama pihak buser Narkoba Polres Bima Kota dan Kabupaten Bima,” kata M seraya mengaku berkali –kali pernah ditangkap oleh Polisi itu.
M juga mengaku bahwa peredaran narkoba di Bima diduga dibeking oknum aparat tertentu. Sehingga tak heran, ketika ada penangkapan narkoba yang bernilai besar, pergerakan oknum aparat di lapangan yang merasa tidak terima dengan penangkapan tersebut sangat kuat dan terlihat sekali. Oleh karena itu, M meminta adanya kerjasama yang baik antara polisi dan TNI di Bima khususnya, agar bersatu memberantas narkoba, terutama membidik sejumlah oknum warga etnis tertentu yang selama ini leluasa mengedarkan narkoba.
“Jangan hanya warga Bima asli yang ditangkap dong oleh polisi. Bandar narkoba di Bima itu semuanya oknum warga etnis tertentu. Saya tidak mau menyebutkan siapa oknum warga etnis tersebut, karena saya yakin aparat penegak hukum di Bima sebagiannya mengetahui siap etnis dimaksud,” paparnya.
Senada juga disampaikan pengedar sabu lainnya berinisial B. Ia juga mengaku bahwa narkoba jenis sabu di Bima itu dibec-up oleh oknum aparat tertentu. Sehingga sulit untuk memberantas narkoba di Bima ini, karena terjadi banyak kepentingan, apalagi uang hasil penjualan narkoba di Bima sangat banyak nilainya, sehingga jatah perbulan atau perminggu bagi yang membeking sangat banyak pula.
“Nah, yang merasa memiliki narkoba akan marah dan meminta pertanggungjawaban kepada oknum yang menmdapat jatah atau pajak hasil jualan narkoba tersebut. Makanya, ketika diminta tanggungjawab itu, oknum aparat bergerak bahkan ada yang menargetkan beberapa orang di bima yang dianggap mengganggu bisnis narkoba , termasuk teman-teman wartawan juga,” kata B secara serius.
B yang berbadan tinggi ini, juga mengaku tidak seberapa mendapat keuntungan dari p enjualan narkoba, dibandingkan dengan pendapatan pemilik narkoba sesungguhnya. Mereka (Pemilik) memang tidak terlihat banyak uang di Bima, tapi di kampong mereka sendiri diluar Bima, punya asset banyak dan berinvestasi dimana-mana, agar tidak mudah diketahui oleh masyarakat luas.
“Pelaku bisnis narkoba itu pintar investasi. Tidak investasi di bima tapi diluar bima mereka banyak harta dari hasil penjualan narkoba,” pungkasnya.
Oleh karenanya, B meminta kepada pihak kepolisian agar tidak hanya menangkap kurir narkoba di Bima ini, tapi juga menangkap Bandar-bandarnya, yang selama ini hidup mewah dan berkeliaran dimana-mana, bahkan mereka bebas keluar masuk di Bank-Bank untuk menyetor uang hasil jualan narkoba, berkedok usaha dagang lainnya,padahal usaha lainnya itu tidak seberapa pendapatan dalam sehari-hari.
“Intinya, jangan mimpi narkoba di bima bisa diberantas kalau Bandar dari oknum etnis tersebut tidak ditangkap oleh polisi, kecuali sengaja di biarkan karena mendapat jatah banyak tiap minggu, atau tiap bulan, karena penjualan narkoba di bima itu tinggi sekali omzetnya,” tandasnya mengakhiri pengungkapannya.(KS-TIM)
COMMENTS