Oleh Usman D.Ganggang *) Artikel opini biasanya berisi : sajian hal – hal yang aktual. Misalnya, opini terkait dengan Perpu Pemil...
Oleh Usman D.Ganggang *)
Disadari, seorang penulis opini, selalu memperhatikan hal-hal: Pertama: topik, merupakan tempat mengacu atau tempat berangkat. Selain itu, hadirkan tema , pokok persoalan yang ada terkait dengan topic, kemudian, boleh jadi disusun pula kerangkanya sebagai pedoman untuk mengatur alur berpikir. Dengan demikian, ketika karangan disusun, maka dapatlah dipastikan bahwa sebagian dari karangan tersebut selesai dibuat.
Kedua, sajiannya harus menarik sehingga enak dibaca oleh pembaca. Bagaimanapun juga, sebuah tulisan dapat dianalogikan dengan pemasak. Biasanya seorang pemasak yang baik, tentu dia tahu bahwa masakan yang dimasak harus enak dimakan oleh para tamu. Karena itu, seorang pemasak harus tahu, menu-menu masakannya. Sehingga, kita mengenal, ada masakan Padang, masakan Makasar, Masakan Bima, dll, yang ada di sekitar kita. Begitu pula dengan artikel yang dikirim ke redaksi, tentulah penulisnya sudah memiliki seperangkat ilmu terkait dengan artikel opini.
Ketiga, isi artikel harus memperhatikan aktualitasnya . Paling kurang seorang pembaca akan membaca tulisan kita, kalau isinya, bukanlah tulisan yang basi atau kedaluwarsa. Oleh karena itu, seorang penulis harus, memperhatikan keaktualitasan tulisan. Selanjutnya, keempat, bahasa yang digunakan harus bahasa yang segar, hidup, tanpa harus meninggalkan makna yang terkandung di dalamnya.
Sementara Amruddin Zuhri dalam bukunya berjudul Sukses Menjadi Penulis Independen, (2008: 69-70) menolak pendapat bahawa ditolaknya artikel opini seseorang bukan lantaran tidak berkualitas. Dia berkeyakinan bahwa seorang penulis opini sudah memahami hal-hal yang terkait dengan naskah opini. Hanya saja kurang memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Pertama, boleh jadi naskah opini tidak sesuai dengan pangsa pasar. “Banyak naskah yang berkualitas, tetapi karena dinilai tidak sejalan dengan pasar, redaktur tidak bisa diterbitkan “, tulisnya.
Kedua, Naskah yang dikirim kalah prioritas. Standar kualitas opini sudah bagus, namun karena redaksi memiliki prioritas lain, akhirnya naskah yang dikirim , tidak dapat diterbitkan atau terpkasa ditolak. Ketiga, Target naskah opini sudah penuh. Sebuah media, biasanya mempunyai kapasitas atau target tertentu dalam menerbitkan naskah. Jika kapasitas penerbitan sudah penuh maka redaksi akan selektif dalam memilih naskah untuk diterbitkan.Akhirnya, naskah yang sebenarnya cukup bagus tidak bisa diterbitkan.
Keempat, masalah non- teknis. Bisa jadi juga naskah yang dikirim tidak bisa diterbitkan karena masalah-masalah yang tidak ada hubungannya dengan tulisan, seperti misalnya naskah tidak diterima karena masalah tertentu. Atau lupa diperiksa oleh redaktur, karena naskah yang diterima redaktur begitu banyak.
Dengan demikian, jika suatu saat naskh Anda ditolak redaksi jangan sekali-sekali langsung membuang naskha tersebut. Cobalah melakukan perbaikan dan sesudah itu dikirim kembalike redaksi. Iya kuatkan mental Anda, selamat berjuang. Bagaimanapun juga, naskah opini Anda , sangat dibutuhkan oleh pembaca setia sebuah media.*)
COMMENTS