Bima,KS.- Sesumbar yang sempat beredar, petahana Indah Damayanti Puteri (IDP) yang akan berpasangan dengan siapapun, melawan peti kosong saa...
Bima,KS.-Sesumbar yang sempat beredar, petahana Indah Damayanti Puteri (IDP) yang akan berpasangan dengan siapapun, melawan peti kosong saat prosesi Pilkada Kabupaten Bima yang dilakukan pungut hitung pada 23 September tahun ini, sepertinya hanyalah pepesan kosong dari gertakan murahan yang tak beralasan sama sekali.
Begitu narasi dari prolog yang disampaikan Edi Mukhlis, anggota DPRD setempat, baru-baru ini pada sejumlah awak media.
Proses demokrasi pastinya, tidak akan seru jika menempatkan petaha yang akan berpasangan dengan siapapun hanya akan disandingkan dengan peti kosong.”Sesumbar dan sebaran opini itu, sangat menyesatkan dan hanyalah opini prematur tanpa makna dan bukti yang berlogika politik,”sentilnya.
Duta Partai Nasdem ini, dalam narasi politiknya, mesti itu bagian dari strategi dalam mengkerdilkan rival politik lain yang ingin berkompetisi pada Pilkada Kabupaten Bima, memilih Bupati dan Wakil Bupati periode 2020-2025, tentu menempatkan isu politik petahana versus peti kosong adalah sebuah kekonyolan tak beretika dan beralasan. Dialektika politik berdemokrasi, mestinya mendinamikan prosesi Pilkada Bima pada pesta demokrasi yang elegan dan bermartabat.
“Apa ukurannya menggeliding isu politik dengan menempatkan petahana sebagai calon tunggal tanpa lawan. Ini sangat tidak benar dan tidak baik dalam sebuah pesta demokrasi memilih pemimpin Bima 5 tahun mendatang,”sebutnya.
Lebih jauh Ketua Fraksi Nasdem ini, menimpali, mengkultuskan seorang figur hingga sesumbar hanya akan melawan peti kosong, mestinya ada ukuran dan takaran dari berbagai sisi. Sebab dalam anasirnya, selama ini IDP selaku petahana pada Pilkada September mendatang, diselimuti banyak kekurangan dalam menakhodai Kabupaten Bima selama kurun waktu lima tahun berjalan. Mulai dari tata kelola infrastruktur terbangun saja, patut dipertanyakan apa saja yang monumental yang telah berdiri menjadi sejarah selama memimpin. “Sudah berapa bendungan, Dam, jembatan dan jalan yang sudah direalisasi Bupati Bima ini. jika anda turun lapangan dan melihat realitas yang terjadi, keluhan hingga aksi blokir dan tanam pohon dijalan, sebagai pertanda kebutuhan akan infrastruktur terbangun itu, minim sekali terealisir,”sentilnya.
Belum lagi dibidang kesehatan, pendidikan dan tata kelola keuangan selama kurun waktu lima tahun berjalan. Semua itu, sangat dipahaminya selaku wakil rakyat, IDP hanyalah bupati dalam simbol saja. Termasuk pula dari sisi kesejahteraan ekonomi dan kemakmuran rakyat. Bisa pula ditanyakan lontarannya, prosentasi penurunan angka kemiskinan yang terprogres dengan baik pula.
Lalu urai Edi, dari fakta lapangan yang terjadi, kemudian dikaitkan dengan rintihan, kekecewaan serta keluhan masyarakat yang terkadang dibalut dengan berbagai aksi, menghadirkan penantang petahana yang paham dan mengerti bahasa kalbu serta rasa yang tengah berkecamuk dimasyarakat, tawaran dengan menempatkan H Syafruddin HM Noer dan Ady Mahyudi (Syafru-Ady) sebagai penantang petahana, adalah solusi cerdas sekaligus menjawab sesumbar politik yang menyebutkan petahana hanya melawan peti kosong.
Syafru-Ady sambungnya, bukanlah sosok dan figur baru dipentas perpoltikan Kabupaten Bima. keduanya syarat pengalaman baik di luar pun didalam pemerintahan. Syafru katanya pernah menjadi Bupati Bima dan ada beberapa sejarah monumental yang telah dipondasikan dengan baik oleh figur yang satu ini. semisal memulai pembangunan Kantor Bupati Bima, guna menjawab kebutuhan Kabupaten Bima tidak lagi terus berada di wilayah Kota Bima. sederet sejarah lain katanya juga telah ditorehkan dan publik tahu itu. Begitupun dengan Ady Mahyudi, sebutnya, sebagai figur yang pernah menjadi Ketua DPRD Kabupaten Bima. Ady katanya yang kini menjadi anggota DPRD Provinsi NTB, bisa menjadi bukti betapa secara politis, tokoh ini sudah saatnya memimpin Kabupaten Bima.
Diujung pernyataanya, Edi menyeruhkan pada masyarakat Kabupaten Bima, cerdas menyikapi kondisi kekinian di Kabupaten Bima. sudah saatnya merubah tatanan daerah ini lebih maju dan lebih baik lagi. (RED)
Edi Mukhlis |
Begitu narasi dari prolog yang disampaikan Edi Mukhlis, anggota DPRD setempat, baru-baru ini pada sejumlah awak media.
Proses demokrasi pastinya, tidak akan seru jika menempatkan petaha yang akan berpasangan dengan siapapun hanya akan disandingkan dengan peti kosong.”Sesumbar dan sebaran opini itu, sangat menyesatkan dan hanyalah opini prematur tanpa makna dan bukti yang berlogika politik,”sentilnya.
Duta Partai Nasdem ini, dalam narasi politiknya, mesti itu bagian dari strategi dalam mengkerdilkan rival politik lain yang ingin berkompetisi pada Pilkada Kabupaten Bima, memilih Bupati dan Wakil Bupati periode 2020-2025, tentu menempatkan isu politik petahana versus peti kosong adalah sebuah kekonyolan tak beretika dan beralasan. Dialektika politik berdemokrasi, mestinya mendinamikan prosesi Pilkada Bima pada pesta demokrasi yang elegan dan bermartabat.
“Apa ukurannya menggeliding isu politik dengan menempatkan petahana sebagai calon tunggal tanpa lawan. Ini sangat tidak benar dan tidak baik dalam sebuah pesta demokrasi memilih pemimpin Bima 5 tahun mendatang,”sebutnya.
Lebih jauh Ketua Fraksi Nasdem ini, menimpali, mengkultuskan seorang figur hingga sesumbar hanya akan melawan peti kosong, mestinya ada ukuran dan takaran dari berbagai sisi. Sebab dalam anasirnya, selama ini IDP selaku petahana pada Pilkada September mendatang, diselimuti banyak kekurangan dalam menakhodai Kabupaten Bima selama kurun waktu lima tahun berjalan. Mulai dari tata kelola infrastruktur terbangun saja, patut dipertanyakan apa saja yang monumental yang telah berdiri menjadi sejarah selama memimpin. “Sudah berapa bendungan, Dam, jembatan dan jalan yang sudah direalisasi Bupati Bima ini. jika anda turun lapangan dan melihat realitas yang terjadi, keluhan hingga aksi blokir dan tanam pohon dijalan, sebagai pertanda kebutuhan akan infrastruktur terbangun itu, minim sekali terealisir,”sentilnya.
Belum lagi dibidang kesehatan, pendidikan dan tata kelola keuangan selama kurun waktu lima tahun berjalan. Semua itu, sangat dipahaminya selaku wakil rakyat, IDP hanyalah bupati dalam simbol saja. Termasuk pula dari sisi kesejahteraan ekonomi dan kemakmuran rakyat. Bisa pula ditanyakan lontarannya, prosentasi penurunan angka kemiskinan yang terprogres dengan baik pula.
Lalu urai Edi, dari fakta lapangan yang terjadi, kemudian dikaitkan dengan rintihan, kekecewaan serta keluhan masyarakat yang terkadang dibalut dengan berbagai aksi, menghadirkan penantang petahana yang paham dan mengerti bahasa kalbu serta rasa yang tengah berkecamuk dimasyarakat, tawaran dengan menempatkan H Syafruddin HM Noer dan Ady Mahyudi (Syafru-Ady) sebagai penantang petahana, adalah solusi cerdas sekaligus menjawab sesumbar politik yang menyebutkan petahana hanya melawan peti kosong.
Syafru-Ady sambungnya, bukanlah sosok dan figur baru dipentas perpoltikan Kabupaten Bima. keduanya syarat pengalaman baik di luar pun didalam pemerintahan. Syafru katanya pernah menjadi Bupati Bima dan ada beberapa sejarah monumental yang telah dipondasikan dengan baik oleh figur yang satu ini. semisal memulai pembangunan Kantor Bupati Bima, guna menjawab kebutuhan Kabupaten Bima tidak lagi terus berada di wilayah Kota Bima. sederet sejarah lain katanya juga telah ditorehkan dan publik tahu itu. Begitupun dengan Ady Mahyudi, sebutnya, sebagai figur yang pernah menjadi Ketua DPRD Kabupaten Bima. Ady katanya yang kini menjadi anggota DPRD Provinsi NTB, bisa menjadi bukti betapa secara politis, tokoh ini sudah saatnya memimpin Kabupaten Bima.
Diujung pernyataanya, Edi menyeruhkan pada masyarakat Kabupaten Bima, cerdas menyikapi kondisi kekinian di Kabupaten Bima. sudah saatnya merubah tatanan daerah ini lebih maju dan lebih baik lagi. (RED)
COMMENTS