$type=carousel$sn=0$cols=4$va=0$count=5$show=home


Tiga Jam Bersama Dahlan, Pewarta Senior | ”Jangan Takut Menulis Kebenaran. Waktu akan Menjawab Tulisanmu”

HM Dahlan Abubakar. Sapaan akrabnya, Lan. Wartawan senior penuh dedikasi dan sarat pengalaman ini, lahir di Bima 1953 silam. Merantau dan m...

HM Dahlan Abubakar. Sapaan akrabnya, Lan. Wartawan senior penuh dedikasi dan sarat pengalaman ini, lahir di Bima 1953 silam. Merantau dan mengais serpihan ilmu di negeri seberang, Makassar yang dulu bernama Ujung Pandang. Tiga jam bersamanya, sesuatu sekali dan belum cukup rasanya bagi kami dan dirinya bercengkrama dalam diskusi seputar profesi jurnalis. Beliau seorang yang bagi kami, wartawan sejati penulis dan pengajar yang bijak. Berikut Catatan Redaktur Pelaksana Koran Stabilitas, M Aris Effendi.


Ahad sekitar pukul 10.00 wita, tetiba dering handphon buatan Jepang yang kondisinya sudah mulai ngadat di meja kerja saya, ternyata sejawat saya, Bin Kalman (Pemred Kahaba) yang mengajak ketemuan dengan seseorang yang katanya saat menelpon, wartawan senior dari Makassar.

Tentu ajakan Bin yang menerima informasi dari rekan Buki sapaan kami pada Arif Rahmansyah yang telah bekerja menjadi PNS di salah satu Kantor Kementerian, berharap kami bisa bertemu dan berdiskusi.”Bin Ketemu sama Pak Dahlan, wartawan senior asal Bima yang menetap di Makassar,”begitu kata Bin meyakinkan saya, betapa pertemuan itu sangat bermakna nantinya.

Ajakan sahabat saya ini, tentu tidak disia-siakan. Pikiran saya sangat penting, melebihi ajakan-ajakan sebelumnya semisal makan bebek barengan atau hunting berita di hari Sabtu dan Ahad, saat perkantoran libur yang tentunya tidak ada peliputan yang berbau pemerintahan.”Iya Bin saya mau. Itu ilmu dan jarang momen seperti ini kita dapatkan,’jawab saya mengamini ajakannya.

Selepas dzuhur Ahad itu, kami ber-empat, Bin, Yadin, Deny semuanya krue Kahaba.net dan saya, menuju kediaman adiknya Doktor Dahlan, di Lingkungan Gindi belakang Kompi Senapan A, Kelurahan Jatiwangi Kecamatan Asakota Kota Bima.

“Bang kita mampir kios dulu. Beli minuman dan jajan.,”kata Bin yang saat itu, berboncengan dengan saya. Maksudnya Bin, tidak ingin merepotkan tuan rumah, karena pak Dahlan juga tamu yang hanya menginap dirumah adiknya.

Sesampai di rumah tempat menginapnya Aji Dahlan, nampak sosok lelaki tidak terlalu tua jika menilik umurnya, berperawakan putih bersih dengan rambut yang tidak begitu beruban namun sedikit tipis. Senyum langsung menyapa kami. Itulah Aji Dahlan yang bagi kami ini pertemuan pertama dari seseorang yang belum sama sekali kami lihat dan kenal. Hanya bermodalkan sosok ini seprofesi dengan kami saja.

Kami ber-empat yang kemudian dua menit berikutnya, datang sahabat saya wartawan Kahaba pula, Erick yang namanya aslinya Rifaid. Tentu kedatangan Erick, menambah suasana semakin akrab dan mencair. Diskusi demi diskusi, cerita demi cerita, terus dilantunkan Aji Dahlan, bagai simphony nada dan music yang dimainkan Yani (Musikal ternama). Kadang serius, kadang menghentak dan tidak joke-joke ringan penuh makna bernilai penting bagi kami yang menjadi pendengar setianya.

“Menjadi wartawan itu, tidak mudah. Diperlukan orang-orang yang serius dan jujur dan peka terhadap setiap fenomena dan peristiwa yang terjadi,”begitu percikan dogma yang mulai ditanamkan perlahan tapi pasti dalam darah dan ingatan yang tidak akan kami sia-siakan sebagai generasi penerusnya di profesi mulia ini, oleh penulis biografi KH Abd Gany Maskur ini.

Setiap detak dan denyut peristiwa sekecil apapun, dalam pikiran pewarta sebutnya, adalah berita penting yang pasti dibaca dan ingin ditahu pembaca. Semakin aneh sebuah peristiwa yang ditulis, maka semakin menarik berita yang disajikan dibaca pembaca.

Bagi mantan Humas di Universitas Hasanuddin (UNHAS) ini, menjadi jurnalis merupakan profesi yang membahagiakan, penuh tantangan dan membuat naluri penasaran semakin berkecamuk. Doktor yang tamat di SMA 1 Bima puluhan tahun silam ini, memang memiliki hoby menulis. Jadi tidak butuh lama saat menimba ilmu di UNHAS, langsung melakoni dunia kewartawanan, sebagai wartawan kampus dan pengurus madding di UNHAS. Karena menekuni dunia ini pulalah, membuatnya berlama-lama di kampus hingga wisuda pada tahun ke-7.

Sejatinya sebuah profesi, kata Aji Dahlan, mesti mendarah dan mendaging dengan hati dan raga serta jiwa pula. Karena berakar dan kebaisaan menulis menjadi kesehariannya. Sampai berlabuh pada perlbagai media terkemuka di Makassar bahkan media nasional. Semisal di Media Harian Pedoman Rakyat dan menjadi Pemimpin Redaksi (Pemred) beberapa media Koran dan On-line di sana.

Menulis berita konten Humas Interest, kata wartawan yang pernah meliput di India dan Pakistan ini, begitu menantang dan memuaskan bathin. Apalagi itu peristiwa aneh, nyeleneh pun menyentuh rasa kemanusian. “Menulis saja, bercerita saja kita dalam tulisan itu. Seperti apa yang kita dengar dan lihat saat meliput. Ungkapkan apa adanya, pasti menarik dan orang akan suka membacanya. Apalagi kita bisa merangkai kata demi kata pun kalimat demi kalimta dengan rasa terdalam, seakan kitalah yang mengalaminya. Pembacapun akan merasakan sepertinya mereka pula yang merasakannya,”begitu arahanya yang disampaikan pada kami.

Memilih profesi wartawan, bagi Dahlan yang pernah menjadi Sekretaris PWI Sulawesi Selatan ini, adalah anugerah terindah yang menjadi bagian cerita hidupnya. “Ya harus tanggung jawab, kerja keras dan kuat ditempa tantangan dan rintangan. Sebab kita ini pelita dikegelapan yang menerangi ruang-ruang kehampaan informasi,”ucapnya sembari meyakini sebagai pilar ke-empat demokrasi, bukan perkara mudah yang patut disombongkan.

Fenomena wartawan bodrek,Wartawan Tanpa Surat Kabar (WTS), bukanlah hal baru dinegeri ini, bukan saja di Bima, di Makassar pun demikian adanya pula. Nah, disinilah menariknya menjadi wartawan atau menyandang nama profesi jurnalis. Orang dengan mudahnya mengaku wartawan hanya sekedar, sesuatu misi dan tujuan yang sesungguhnya diluar dari makna profesi jurnalis itu sendiri. Karena menjadi wartawan itu, haruslah bekerja sesuai kaidah dan norma aturan yang melandasinya. Undang-undang Pokok Pers nomor 40 tahun 2019, Kode Etik Jurnali (KEJ) serta sederat dasar kaidah lainnya, menjadi rambu dan pilar serta pondasi yang mengawal dan mengiringi setiap perjalanan wartawan.

“Profesi ini mengajari kita kepekaan memahami dunia dan dinamika yang terjadi. Serentetan perisitiwa disekeliling kita, menjadi gamabarn yang mesti kita lukis indah dan factual serta seobyektif mungkin, tanpa mengada-ada, dalam tulisan yang bertanggungjawab. Keseimbangan menjadi syarat penting yang harus tertuang dalam pemberitaan. Wartawan tidak boleh membohongi pembaca mengungkap perisitiwa yang terjadi,”ujarnya seraya meneguk kopi panas yang diteras rumah yang begitu sejuk dengan pohon mangganya yang rindang menutup sinar mentari yang mulai beranjak sore.

Ada makna terselip menusuk dihati tersampaikan penulis hebat ini. Teruslah berkarya dan teruslah menulis kebaikan dan kebenaran. Jangan ada kebimbangan sedikitpun, sebab dipenghujung cerita nanti, pilihan pembaca akan dilabuhkan pada sebuah konsistensi dari profesi itu. Tidak perlu khawatir menjadi banyak dan menjamurnya profesi dan perusahan pemberitaan. Seleksi alam akan pasti nantinya.

Sepertinya durasi pertemuan 3 jam itu, begitu singkat dan sepertinya rasa penasaran kami, ingin berncengkrama dan berlama-lama dengan senior kami seprofesi itu, tidak ingin diakhiri. Ya, pertemuan mana yang tidak berakhir, seperti siang berganti malam, seperti gelap berruabah terang. Jelang Ashar, kamipun pamit. Beliu pun serasa masih ingin bersama. “Terimakasih telah mengisi pulang kampung saya dengan diskusi jurnalis bersama para pewarta hebat,”ucapnya seraya menyalami kami yang pamitan.

Semoga kita bisa bersama lagi di lain kesempatan pak Doktor, pewarta senior dan penulis hebat.*

COMMENTS

BLOGGER




Nama

Featured,1620,Hukum Kriminal,2143,Kesehatan,387,Korupsi,751,Olahraga,236,Opini,134,Pemerintahan,1561,Pendidikan,832,Politik,1271,Sosial Ekonomi,2602,
ltr
item
Koran Stabilitas: Tiga Jam Bersama Dahlan, Pewarta Senior | ”Jangan Takut Menulis Kebenaran. Waktu akan Menjawab Tulisanmu”
Tiga Jam Bersama Dahlan, Pewarta Senior | ”Jangan Takut Menulis Kebenaran. Waktu akan Menjawab Tulisanmu”
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtYbkbasiYHWIckHwsjR2ztOIgfekIVVmCKzF0GfXtlMkmrJw4TiyLkeOz2P-A5zEJPv6y885FwlmYua5h3jmCqpm4kad1N4LsQFqBLbzHYxC9CxUb0K3NMXlBzwCKOc11ZEJoy3FONCfk/s640/HM-Dahlan-Abubakar.jpeg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtYbkbasiYHWIckHwsjR2ztOIgfekIVVmCKzF0GfXtlMkmrJw4TiyLkeOz2P-A5zEJPv6y885FwlmYua5h3jmCqpm4kad1N4LsQFqBLbzHYxC9CxUb0K3NMXlBzwCKOc11ZEJoy3FONCfk/s72-c/HM-Dahlan-Abubakar.jpeg
Koran Stabilitas
https://www.koranstabilitas.com/2020/02/tiga-jam-bersama-dahlan-pewarta-senior.html
https://www.koranstabilitas.com/
https://www.koranstabilitas.com/
https://www.koranstabilitas.com/2020/02/tiga-jam-bersama-dahlan-pewarta-senior.html
true
8582696224840651461
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share. STEP 2: Click the link you shared to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy