Kota Bima,KS.- Aksi bisu ratusan Tenaga Kesehatan (Nakes) di depan Kantor Dikes Kota Bima, Kamis (6/8) pagi tadi, hanya dengan memajang span...
Kota Bima,KS.- Aksi bisu ratusan Tenaga Kesehatan (Nakes) di depan Kantor Dikes Kota Bima, Kamis (6/8) pagi tadi, hanya dengan memajang spanduk #Ganti Kadis Kesehatan itu, akhirnya dijawab Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) Kota Bima H Azhari.
Pada sejumlah wartawan, bertempat di ruang Sekda, Azhari secara lugas penuh dengan rasa kasih dan sayang pada para Nakes yang sudah dianggapnya sebagai anaknya, menanggapi aksi itu.
Katanya, ada dua masalah yang menjadi poin aksi ratusan Nakes diganya. yakni soal pergantian jabatan beberapa waktu lalu. Hal tersebut tegas Azhari, menjadi urusan Baperjakat. Ia merasa perihatin melihat aksi para Nakes tersebut, tanpa terlebih dahulu melakukan pertemuan atau diskusi."Mestinya bisa bicara baik baik. apalagi Nakes anak-anak saya,"ucapnya.
Persoalan yang kedua duganya, soal pelayanan para Nakes yang positif Covid-19 di PKM Paruga dan merasa tidak diberikan pelayanan yang maksimal.
Kalau hal ini yang menjadi tuntutan para Nakes, menjadi keliru kalau diterjemahkan. Karena bicara pelayanan, para Nakes mesti sadar diri. Isolasi mandiri bukan di PKM, melainkan di rumah. Hal itu sudah menjadi aturannya. "Tapi malah Nakes yang positif ini memilih isolasi mandiri di PKM,"sebutnya.
Nah parahnya lagi, kata Azhari do depan Sekda dan Asisten 1, Sejumlah Nakes itu menelpon dirinya dengan minta untuk memberikan makan. Jika secara pribadi ia berikan sumbangan sukarela tanpa tekanan, tentu akan diberikan. Tapi secara resmi melalui anggaran Covid-19, tidak boleh dilakukan. Karena mereka tidak isolasi mandiri di rumah.
"Nanti dituntut orang orang yang diisolasi mandiri di rumah kalau kita beri makan untuk para Nakes yang isolasi mandiri di PKM," jelasnya.
25 orang Nakes yang diisolasi mandiri saat itu di PKM Paruga, sebut Kadis Kesehatan, telah menentukan sendiri masuk diisolasi dan keluarnya. Padahal yang boleh menyatakan mereka sembuh dan boleh keluar, hanya dokter.
"Iya itu memang kesalahan Dikes yang tanda tangani mereka agar keluar saat isolasi di PKM Paruga. Tapi perlu diketahui, bukan saya yang tanda tandang surat dari Dikes itu, saya lagi tugas dinas di Mataram," tuturnya.
Parahnya lagi, 25 Nakes ini sambungnya, tetiba keluar dan tidak mau di-tracking baik diri Nakes pun keluarganya. Padahal tracking itu adalah protap.
"Mereka juga itu semaunya menentukan protap sendiri. Bahkan sudah disarankan untuk isolasi di RS Darurat, tapi tidak mau. Para Nakes ini kan tidak memberi contoh baik untuk masyarakat," tudingnya.
Kemudian setelah hasil Swab dan merrka dinyatakan positif, para Nakes mestinya tidak boleh tidur di PKM Paruga, tapi di RS Darurat yang sudah ditunjuk pemerintah. Tapi tetap tidak mau mengikuti ketentuan.(RED)
COMMENTS