Kota Bima,KS.- Kisah tidak percaya dengan penanganan protokol Covid-19 yang dibijaki Tim Gugus Tugas Covid-19 dan Rumah Sakit, kembali terul...
Kota Bima,KS.-Kisah tidak percaya dengan penanganan protokol Covid-19 yang dibijaki Tim Gugus Tugas Covid-19 dan Rumah Sakit, kembali terulang. Jika sebelumnya warga Kelurahan Dodu Kecamatan Rasanae Timur yang membawa pulang keluarganya yang meningggal yang dinyatakan terpapar Covid-19, kini hal yang tidak berbeda terjadi lagi.
Sejumlah keluarga almarhum Tuan IM (60) warga Desa Ngali Kecamatan Belo Kabupaten Bima, pun membawa pulang pasien yang dinyatakan terpapar Covid-19 oleh RSUD Bima. Tentu keputusan keluarga pasien membawa pulang almarhum, sebagi bentuk ketidakpercayaan atas hasil Swab yang menyatakan keluarga yang menghembuskan nafas terkahir di RSUD Bima, terpapar Covid-19.
Sebagaimana peristiwa yang terjadi, Rabu (9/9) sore tadi, perdebatan panjang pihak keluarga dengan pihak RSUD Bima, tidak terhindarkan. Meski dijaga ketat aparat kepolisian dan TNI, keluarga almarhum IM, bersih keras membawa pulang jenajah tanpa ingin menjalankan protokol Covid-19 pada pasien yang telah dinyatakan meninggal terpapar Covid-19.
"Kalau memang dari awal itu reaktif, ya harusnya dilarang dong keluarga pasien yang menjenguk dan mengurusi selama dirawat,”ujar Usman, satu dari sekian keluarga pasien yang meminta almarhum ddibawah pulang dan dikuburkan layak biasanya.
Almarhum, Tuan Im berusia 60 tahun lebih masuk ke RSUD Bima Selasa (8/9) kemarin. Yang bersangkutan sempat dibawa ke RS Dr Agung , namun kemudian dioper lagi ke RS Muhammadiyah.
Menurut Usman, di RS Muhammadiyah yang bersangkutan dinyatakan reaktif dan sudah dalam kondisi berat .
"Karena berat dan reaktif, akhirnya dirujuk ke RSUD Bima. Ketika tiba di sini, gejalanya paru, gula dan ginjal. Almarhum langsung dimasukkan dalam ruang isolasi, " ungkap Usman.
Jika hasil media reaktif dan menunggu proses swab, sebagai ungkapan kekecewaan keluarga almarhum, mengapa selama almarhum ditempatkan di ruang isolasi, tidak ada pembatasan bagi keluarga yang menjenguk dan yang mengurusi almarhum.
"Sampai almarhum meninggal, istri dan keluarga lain menangis, memeluk, memenuhi ruang isolasi. Terus tiba-tiba saja dikatain covid, ketus Usman, semabri bertanya kenapa tidak ada upaya paksa pembatasan hubungan pasien dengan keluarga pasien. Itu yang membuat kelurga tidak percaya kalau almarhum dinyatakan Covid-19.
Mestinya sambung Usman, jika dari awal almarhum sudah dicurigai covid-19 maka pihak RSUD tegas melarang siapapun masuk ke ruang isolasi untuk menemui pasien. "Ini nggak. Pasien dinyatakan positif setelah meningga. Kami kecewa dengan pelayanan rumah sakit ini, " tambahnya.
Sementara itu terpantau, tenaga medis saat menjelaskan kronolgi media pada keluarga pasien, mengatakan bahwa pasien datang ke RSUD Bima dengan keluhan sesak napas berat, infeksi paru.
"Hasil dari screaning di RS Muhammadiyah, yang bersangkutan reaktif. Karena itu, dibuktikan dong dengan dilakukan swab dan hasilnya positif dinyatakan covid-19,”jelasnya.
Menurutnya, RSUD Bima telah memiliki alat untuk melakukan tes swab secara mandiri. Namun digunakan untuk situasi darurat, seperti pada pasien Tuan Im, yang telah dinyatakan reaktif dan meninggal dunia sehingga dibutuhkan tes swab dengan segera.
“RSUD Bima sudah miliki alat tes swab, jadi dalam satu hari sudah bisa diketahui hasilnya tanpa harus mengirim ke sumbawa,”kata dokter, yang tidak diketahui namanya tersebut.
Terpantau pula, setelah pihak keluarga menandatangani secarik surat pernyataan menolak perlakukan protokol Covid-19 pada alamrhum, jenazah pasien akhirnya dibawa pulang keluarga menggunakan ambulance RSUD Bima.
Sejumlah awak media yang berusaha medapatkan keterangan medis langsung dari pihak RSUD Bima terutama tenaga medis yang menganai, engga memberikan keterangan dan mengarahkan wartawan ke Humas RSUD Bima.
Humas RSUD Bima, dr Akbar yang dihubungi via selulernya oleh sejumlah wartawan, tidak terhubung. Hingga berita ini layak terbit, belum ada keterangan resmi dari pihak RSUD Bima.(RED)
COMMENTS