BIMA,KS.- Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatat sebanyak 693 kasus g...
BIMA,KS.- Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatat sebanyak 693 kasus gigitan anjing suspek rabies sepanjang 2024. Diantara ratusan kasus gigitan tersebut menyebabkan 4 korban meninggal dunia.
"Totalnya 693 kasus gigitan, kemudian 4 orang korban meninggal dunia," kata Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan Disnakeswan Kabupaten Bima, Taufik Walhidayah dikonfirmasi, Rabu (8/1/2025).
Empat korban meninggal tersebut tersebar di Kecamatan Parado, Woha, Palibelo dan Kecamatan Langgudu. Rata-rata para korban digigit anjing liar mulai dari bagian wajah, tangan, kaki hingga perut.
Mereka juga sempat dilarikan ke Puskesmas terdekat untuk diberikan perawatan medis. Lalu setelahnya dinyatakan meninggal dunia lebih dari sebulan usai dilaporkan digigit anjing.
"Yang menggigit para korban anjing liar dan anjing peliharaan diduga sudah ditular virus rabies," jelas dia.
Menurut Taufik, kasus gigitan di 2024 meningkat signifikan dibandingkan pada 2023 lalu. Saat itu 635 kasus gigitan, sementara jumlah korban meninggal dunia sedikitnya hanya tiga orang saja.
"Kasus gigitan meningkat tahun 2024 jika dibandingkan 2023 lalu, karena sudah banyak anjing yang tertular rabies baik anjing liar maupun peliharaan," jelasnya.
Ia menilai, kondisi itu akibat kurangnya dukungan anggaran pengadaan dosis Vaksinasi Anjing Rabies (VAR) baik dari pemerintah daerah (Pemda) maupun pusat. Di 2024 lalu, pihaknya hanya menyasar 17 ribu anjing yang disuntik VAR, dari populasi anjing di Bima sebanyak 146 ribu ekor.
"Sekitar 17 ribu sekian ekor anjing yang sudah disuntik VAR, karena memang sesuai dengan dosis yang tersedia. Untuk di 2025 ini, kami berharap kucuran anggaran dari Pemda dan pusat lebih banyak untuk pengadaan VAR biar bisa menekan kasus gigitan," bebernya.
Selain itu, meningkatnya kasus gigitan di 2024 juga karena kurangnya kesadaran masyarakat sebagai pemilik anjing. Mereka tidak menyadari anjing peliharaan telah tertular rabies yang dapat membahayakan dirinya maupun warga sekitar.
"Padahal sudah sering kami sosialisasikan dan pajang spanduk melalui Upt peternakan di setiap wilayah soal tanda-tanda anjing ketularan rabies, pencegahan dan bagaimana penanganannya," jelas dia.
Menurut dia, dengan keterbatasan anggaran penanganan ini, ia berharap setiap pemerintah desa (Pemdes) menggandeng masyarakat untuk melakukan eliminasi terhadap anjing terindikasi terpapar rabies. Langkah itu dinilai dapat meminimalisir kasus gigitan anjing di hari mendatang.
"Coba Pemdes dan warga lakukan saja eliminasi anjing rabies dalam kondisi keterbatasan anggaran ini, saya yakin dengan cara itu dapat menurunkan kasus gigitan," pungkas Taufik. (KS-ZUL)
COMMENTS