Meninggalnya Ardiyansyah (28) warga Desa Cenggu Kecamatan Belo Kabupaten Bima akibat terkena timah panas senjata rakitan milik warga Nisa
Meninggalnya Ardiyansyah (28) warga Desa Cenggu Kecamatan Belo Kabupaten Bima akibat terkena timah panas senjata rakitan milik warga Nisa, menyisahkan luka mendalam bagi keluarga dan istri yang ditinggalkan.Kesal atas musibah yang menimpa mendiang suaminya, istri korban Ika Trisasmita Mayangsari menuding ada pembiaran dari aparat penegak hukum Polres Bima Kabupaten.
Masalahnya saat bentrok terjadi, Polisi berada pada posisi warga Dusun Kampo Tolo dan memukul mundur warga Desa Cenggu yang saat itu hanya ingin menghadang warga Dusun Kampo Tolo melakukan penyerangan secara membabi buta.”Saat Polisi memberikan tembakan peringatan kearah warga Desa Cenggu, warga Dusun Kampo Tolo justeru malah menembak warga Desa Cenggu sesuka hati ,”ujar istri almarhum dengan nada kesal.
Ironisnya, saat warga Dusun Kampo Tolo melakukan penembakan sesuka hati kearah warga Desa Cenggu,Polisi yang awalnya memberikan tembakan kearah warga Desa Cenggu dengan tujuan agar warga Cenggu mundur, malah membiarkan warga Dusun Kampo Tolo menembak warga Desa Cenggu hingga suaminya menjadi korban.”Polisi harus bertanggungjawab atas meninggalnya suami saya. Karena, polisi saat itu diduga sengaja membiarkan warga kampo tolo menembak warga Cenggu. Sehingga, suami saya meninggal dunia akibat bentrokan tersebut,”tudingnya.
Diceritakanya, saat bentrik terjadi suaminya sedang berada di areal persawahan untuk melihat tanaman. Secara tiba-tiba, datanglah warga Dusun Kampo Tolo melakukan penyerangan. Melihat prilaku Polisi yang terindikasi membantu warga Dusun Kampo Tolo, ia dan seluruh wanita yang ada di Desa Cenggu ingin menghalangi. Namun usaha itu praktis tak membuahkan hasil. ”Tidak ada rasa kemanusiaan, Polisi yang diharapkan menjadi keamanan justru membiarkan bentrok terjadi,”tuturnya.
Selain menuding Polisi melakukan pembiaran atas meninggal suami tercintanya itu, ibu satu anak ini juga meminta agar pelaku pembunuhan segera ditangkap.”Ini tidak bisa dibiarkan terus terjadi. Segera tangkap pelakunya, karena dikhawatirkan akan ada korban lagi akibat bentrokan tersebut,”desaknya.
Liputan langsung wartawan Koran Stabilitas di RSUD Bima, terlihat isteri korban terus mengusap air matanya seraya meratap suaminya yang telah meninggal akibat terkena timah panas. Duka mendalam terlihat diwajahnya, anak yang masih kecil hanya bisa menangis dipelukan ibunya itu. Warga yang berdatangan, juga terlihat mengusap air matanya karena tak tahan melihat isteri dan anak korban yang ditinggalkan. Korban penembakan itu, dibawa keluarganya kembali ke Desa Cenggu untuk dikebumikan sekitar pukul 20. 37 Wita dengan pengawalan ketat dari pihak Polres Bima Kota.(KS-05)
Masalahnya saat bentrok terjadi, Polisi berada pada posisi warga Dusun Kampo Tolo dan memukul mundur warga Desa Cenggu yang saat itu hanya ingin menghadang warga Dusun Kampo Tolo melakukan penyerangan secara membabi buta.”Saat Polisi memberikan tembakan peringatan kearah warga Desa Cenggu, warga Dusun Kampo Tolo justeru malah menembak warga Desa Cenggu sesuka hati ,”ujar istri almarhum dengan nada kesal.
Ironisnya, saat warga Dusun Kampo Tolo melakukan penembakan sesuka hati kearah warga Desa Cenggu,Polisi yang awalnya memberikan tembakan kearah warga Desa Cenggu dengan tujuan agar warga Cenggu mundur, malah membiarkan warga Dusun Kampo Tolo menembak warga Desa Cenggu hingga suaminya menjadi korban.”Polisi harus bertanggungjawab atas meninggalnya suami saya. Karena, polisi saat itu diduga sengaja membiarkan warga kampo tolo menembak warga Cenggu. Sehingga, suami saya meninggal dunia akibat bentrokan tersebut,”tudingnya.
Diceritakanya, saat bentrik terjadi suaminya sedang berada di areal persawahan untuk melihat tanaman. Secara tiba-tiba, datanglah warga Dusun Kampo Tolo melakukan penyerangan. Melihat prilaku Polisi yang terindikasi membantu warga Dusun Kampo Tolo, ia dan seluruh wanita yang ada di Desa Cenggu ingin menghalangi. Namun usaha itu praktis tak membuahkan hasil. ”Tidak ada rasa kemanusiaan, Polisi yang diharapkan menjadi keamanan justru membiarkan bentrok terjadi,”tuturnya.
Selain menuding Polisi melakukan pembiaran atas meninggal suami tercintanya itu, ibu satu anak ini juga meminta agar pelaku pembunuhan segera ditangkap.”Ini tidak bisa dibiarkan terus terjadi. Segera tangkap pelakunya, karena dikhawatirkan akan ada korban lagi akibat bentrokan tersebut,”desaknya.
Liputan langsung wartawan Koran Stabilitas di RSUD Bima, terlihat isteri korban terus mengusap air matanya seraya meratap suaminya yang telah meninggal akibat terkena timah panas. Duka mendalam terlihat diwajahnya, anak yang masih kecil hanya bisa menangis dipelukan ibunya itu. Warga yang berdatangan, juga terlihat mengusap air matanya karena tak tahan melihat isteri dan anak korban yang ditinggalkan. Korban penembakan itu, dibawa keluarganya kembali ke Desa Cenggu untuk dikebumikan sekitar pukul 20. 37 Wita dengan pengawalan ketat dari pihak Polres Bima Kota.(KS-05)
COMMENTS