Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bima bukan hanya tercoreng akibat kasus dugaan Korupsi proyek air bersih yang melibatkan mantan Direktur (Dirut), Irianto alias Toto tersangkut.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bima bukan hanya tercoreng akibat kasus dugaan Korupsi proyek air bersih yang melibatkan mantan Direktur (Dirut), Irianto alias Toto tersangkut. Kini, salah satu Perusahaan Daerah tersebut kembali diduga mencari keuntungan melalui penjualan air bersih pada beberapa pelanggan.
Modusnya, konsumen diharuskan membayar ratusan ribu per-satu kali pengambilan air bersih di lokasi PDAM . Padahal, meteran pada masing-masing pelanggan tidak berjalan normal akibat tidak lancar penyaluran air dari Perusahaan tersebut. Dugaan mafia pada penyaluran air bersih oleh Perusahaan tersebut menimpa sederet pelanggan Pertokoan di lingkungan Bina Baru Kecamatan Paruga Kecamatan Rasana,e Barat Kota Bima. Masalahnya, hampir setiap hari lebih kurang lima orang pelanggan mengambil langsung air bersih di Kantor PDAM tersebut.
Namun, untuk mendapatkan air bersih, para pelanggan diduga harus membayar ke PDAM senilai ratusan ribu per-satu kali pengambilan. “Pembayaranya bervariatif sesuai kebutuhan, ada yang Rp.200 ribu, 400 ribu, bahkan ada yang tembus hingga 700 ribu,” kata salah seorang pelanggan inisial N kepada Koran Stabilitas, Senin (27/10).
Dirinya terpaksa mengambil air bersih di Perusahaan tersebut, karena penyaluranya tidak lancar. Jadi, untuk memenuhi kebutuhan air bersih setiap hari, dirinya harus mengambil langsung di Perusahaan dimaksud, meski mengeluarkan biaya lumayan mahal untuk membayar salah satu sumber kehidupan tersebut. “Mau tidak mau, cara yang menghabiskan biaya mahal itu terpaksa dilakukan. Kalau tidak seperti itu, kami tidak bakal menikmati air bersih. Apalagi, penyaluran air ditoko kami hanya dimalam hari, itupun tidak normal,” ujarnya.
Keluhan atas pelayanan PDAM, tidak saja datang dari satu pelanggan, melainkan juga dari beberapa pelanggan lain yang mengalami masalah yang sama. Mereka mengaku heran dengan metode pembayaran yang diberlakukan PDAM, pasalnya pembayaran tidak sesuai dengan meteran masing-masing pelanggan. Maksudnya, langsung dihitung per-satu kali pengambilan. “Bagaimana cara menghitungnya, apa dasar penetapan tarif persatu kali pengambilan. Karena, kalau air tidak jalan, otomatis meteran juga terhenti. Lagipula, kami mengambil langsung air bersih lantaran penyaluranya tidak lancar,” tutur beberapa pelanggan PDAM.
Sementara, Dirut PDAM, Drs, H.Usman, MH yang hendak dikonfirmasi guna perimbangan berita Senin (27/10) tidak berhasil dijumpai. Menurut stafnya, yang bersangkutan sedang berada diluar Kantor. “Beliau sudah keluar, kemungkinan mengikuti rombongan Bupati Bima ke Kecamatan Bolo,” ujar staf. (KS-09)
Modusnya, konsumen diharuskan membayar ratusan ribu per-satu kali pengambilan air bersih di lokasi PDAM . Padahal, meteran pada masing-masing pelanggan tidak berjalan normal akibat tidak lancar penyaluran air dari Perusahaan tersebut. Dugaan mafia pada penyaluran air bersih oleh Perusahaan tersebut menimpa sederet pelanggan Pertokoan di lingkungan Bina Baru Kecamatan Paruga Kecamatan Rasana,e Barat Kota Bima. Masalahnya, hampir setiap hari lebih kurang lima orang pelanggan mengambil langsung air bersih di Kantor PDAM tersebut.
Namun, untuk mendapatkan air bersih, para pelanggan diduga harus membayar ke PDAM senilai ratusan ribu per-satu kali pengambilan. “Pembayaranya bervariatif sesuai kebutuhan, ada yang Rp.200 ribu, 400 ribu, bahkan ada yang tembus hingga 700 ribu,” kata salah seorang pelanggan inisial N kepada Koran Stabilitas, Senin (27/10).
Dirinya terpaksa mengambil air bersih di Perusahaan tersebut, karena penyaluranya tidak lancar. Jadi, untuk memenuhi kebutuhan air bersih setiap hari, dirinya harus mengambil langsung di Perusahaan dimaksud, meski mengeluarkan biaya lumayan mahal untuk membayar salah satu sumber kehidupan tersebut. “Mau tidak mau, cara yang menghabiskan biaya mahal itu terpaksa dilakukan. Kalau tidak seperti itu, kami tidak bakal menikmati air bersih. Apalagi, penyaluran air ditoko kami hanya dimalam hari, itupun tidak normal,” ujarnya.
Keluhan atas pelayanan PDAM, tidak saja datang dari satu pelanggan, melainkan juga dari beberapa pelanggan lain yang mengalami masalah yang sama. Mereka mengaku heran dengan metode pembayaran yang diberlakukan PDAM, pasalnya pembayaran tidak sesuai dengan meteran masing-masing pelanggan. Maksudnya, langsung dihitung per-satu kali pengambilan. “Bagaimana cara menghitungnya, apa dasar penetapan tarif persatu kali pengambilan. Karena, kalau air tidak jalan, otomatis meteran juga terhenti. Lagipula, kami mengambil langsung air bersih lantaran penyaluranya tidak lancar,” tutur beberapa pelanggan PDAM.
Sementara, Dirut PDAM, Drs, H.Usman, MH yang hendak dikonfirmasi guna perimbangan berita Senin (27/10) tidak berhasil dijumpai. Menurut stafnya, yang bersangkutan sedang berada diluar Kantor. “Beliau sudah keluar, kemungkinan mengikuti rombongan Bupati Bima ke Kecamatan Bolo,” ujar staf. (KS-09)
COMMENTS