Untuk kesekian kalinya, pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Bima mendapat kritikan dan sorotan.
Untuk kesekian kalinya, pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Bima mendapat kritikan dan sorotan. Sebelumnya, anggota Dewan Kabupaten Bima menilai pelayanan RS itu bobrok, karena tidak ada cairan Rontgen. Kini penilaian sama muncul dari keluarga pasien yang merasa kesal atas keterlambatan mendapatkan hasil tes darah untuk mengetahui jenis penyakit yang dialami pasien.
Fadlun, anak kandung pasien Selasa (28/10) kepada Koran Stabilitas, mengaku kecewa atas pelayanan medis RSUD. Masalahnya, pasien yang cek darah guna mengetahui penyakit yang diderita, harus menunggu dalam kurun waktu yang begitu lama. “Orang tua saya menunggu hasil laboratorium sejak pukul 09:00 pagi hingga 12:00 siang ini, belum juga mengetahui hasil laboratoriumnya,” kata Fadlun di ruang tunggu pasien RSUD Bima.
Ketidakpuasaan pelayanan medis di Rumah Sakit (RS) itu lanjutnya, bukan hanya dirasakan orang tuanya. Tetapi, dirinya yakin juga dirasakan sejumlah pasien lain. Hanya saja,mereka (pasien) belum berani complain, karena hasil lab sangat dibutuhkan pasien. “Wartawan bisa lihat sendiri, sejumlah pasien yang duduk menunggu hasil tes darah mereka, ada yang datang mulai dari pukul 09:00 pagi, bahkan ada yang dari pukul 07:30 pagi. Konyolnya, sampai memasuki Azan Dzuhur masih menunggu hasil tes darah mereka,” ujarnya dengan nada kesal.
Pada kesempatan itu, Fadlun juga mempertanyakan penyebab keterlambatan pelayanan khusus di bagian laboratorium itu, apakah karena kurang petugas, petugasnya banyak tapi tidak masuk kerja atau molor, ataukah ada kendala lain. Sebab, sejak awal mengantar orang tua yang cek darah hingga saat ini, hanya ada dua pegawai di ruangan tersebut. Itupun, pegawai yang sudah kurang bersemangat dalam menjalankan tugas.
“Memang dibutuhkan waktu satu hingga dua jam untuk mengetahui hasilnya. Tapi, itu tergantung berapa banyak jenis penyakit yang dialami pasien.Jadi, kalau hanya satu penyakit, saya yakin hanya menelan waktu 10 hingga 15 menit per-pasien. Sedangkan, orang tua saya yang hanya satu jenis penyakit, harus menunggu hingga 3 jam lamanya,” tandas Fadlun.
Meski demikian, bukan berarti dirinya menyalahkan petugas medis RS setempat. Sebab ada penyebab lain, seperti kualitas dan kelengkapan alat medis untuk mengetahui jenis penyakit yang diderita pasien. Artinya, kualitas dan kelengkapan peralatan merupakan penentu prima atau tidaknya pelayanan pada setiap Instansi. “Saya tidak bisa menyalahkan pegawai, karena peralatan medis juga dibutuhkan guna menciptakan pelayanan prima. Percuma pegawai memiliki semangat kerja yang tinggi, sementara alat medis tidak mendukung,” terangnya.
Demi menciptakan pelayanan yang memuaskan, Fadlun menyarankan kepada RSUD dan Pemkab Bima melakukan lobi anggaran untuk pengadaan alat medis di RS setempat. Karena, kemungkinan besar sudah banyak alat medis yang sudah tidak layak digunakan. Apalagi sebelumnya, beredar informasi soal tidak adanya cairan Rongen pada RS yang kini berubah status menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) tersebut. Akibatnya, pasien terpaksa rongen ke RS lain. “Solusinya, ganti saja alat medis yang sudah tidak layak dipakai. Jangan sampai muncul sorotan pasien lain yang merasa tidak puas dengan pelayanan RS ini,” saranya.
Selain mengganti peralatan medis, ia berharap RSUD meningkatkan pelayanan, terutama menyangkut etika dalam melayani pasien, kebersihan ruangan, toilet dan lingkungan RS. Sebab, hal itu adalah salah satu bagian daripada kesembuhan pasien.”Kalau tenaga medisnya jutek, ruangannya bau dan kotor, ditambah lagi halaman bak tempat pembuangan sampah, pasien bukanya sembuh tapi malah tambah sakit. Kalau bisa, mulai sekarang kekurangan itu segera dibenahi,” pintahnya.
Dirut RSUD, Dr.g, Ikhsan yang coba dikonfirmasi Koran ini Selasa (28/10) tidak berhasil ditemui, karena sedang sibuk melayani tamu penting. “Beliau sedang sibuk melayani tamu penting dari BRI,” ujar salah seorang staf RSUD Bima. Untuk mengetahui kejelasan atas keterlambatan pelayanan hingga mengakibatkan pasien menunggu berjam-jam, wartawan menanyakan pegawai RS tersebut. Kata pegawai yang enggan namanya dikorankan, banyak petugas medis di bagian Laboratorium itu. Tapi, untuk lebih jelasnya silahkan tanyakan pada Dirut saja. “Saya tidak soal itu, karena saya hanya staf biasa,” timpalnya. (KS-09)
Fadlun, anak kandung pasien Selasa (28/10) kepada Koran Stabilitas, mengaku kecewa atas pelayanan medis RSUD. Masalahnya, pasien yang cek darah guna mengetahui penyakit yang diderita, harus menunggu dalam kurun waktu yang begitu lama. “Orang tua saya menunggu hasil laboratorium sejak pukul 09:00 pagi hingga 12:00 siang ini, belum juga mengetahui hasil laboratoriumnya,” kata Fadlun di ruang tunggu pasien RSUD Bima.
Ketidakpuasaan pelayanan medis di Rumah Sakit (RS) itu lanjutnya, bukan hanya dirasakan orang tuanya. Tetapi, dirinya yakin juga dirasakan sejumlah pasien lain. Hanya saja,mereka (pasien) belum berani complain, karena hasil lab sangat dibutuhkan pasien. “Wartawan bisa lihat sendiri, sejumlah pasien yang duduk menunggu hasil tes darah mereka, ada yang datang mulai dari pukul 09:00 pagi, bahkan ada yang dari pukul 07:30 pagi. Konyolnya, sampai memasuki Azan Dzuhur masih menunggu hasil tes darah mereka,” ujarnya dengan nada kesal.
Pada kesempatan itu, Fadlun juga mempertanyakan penyebab keterlambatan pelayanan khusus di bagian laboratorium itu, apakah karena kurang petugas, petugasnya banyak tapi tidak masuk kerja atau molor, ataukah ada kendala lain. Sebab, sejak awal mengantar orang tua yang cek darah hingga saat ini, hanya ada dua pegawai di ruangan tersebut. Itupun, pegawai yang sudah kurang bersemangat dalam menjalankan tugas.
“Memang dibutuhkan waktu satu hingga dua jam untuk mengetahui hasilnya. Tapi, itu tergantung berapa banyak jenis penyakit yang dialami pasien.Jadi, kalau hanya satu penyakit, saya yakin hanya menelan waktu 10 hingga 15 menit per-pasien. Sedangkan, orang tua saya yang hanya satu jenis penyakit, harus menunggu hingga 3 jam lamanya,” tandas Fadlun.
Meski demikian, bukan berarti dirinya menyalahkan petugas medis RS setempat. Sebab ada penyebab lain, seperti kualitas dan kelengkapan alat medis untuk mengetahui jenis penyakit yang diderita pasien. Artinya, kualitas dan kelengkapan peralatan merupakan penentu prima atau tidaknya pelayanan pada setiap Instansi. “Saya tidak bisa menyalahkan pegawai, karena peralatan medis juga dibutuhkan guna menciptakan pelayanan prima. Percuma pegawai memiliki semangat kerja yang tinggi, sementara alat medis tidak mendukung,” terangnya.
Demi menciptakan pelayanan yang memuaskan, Fadlun menyarankan kepada RSUD dan Pemkab Bima melakukan lobi anggaran untuk pengadaan alat medis di RS setempat. Karena, kemungkinan besar sudah banyak alat medis yang sudah tidak layak digunakan. Apalagi sebelumnya, beredar informasi soal tidak adanya cairan Rongen pada RS yang kini berubah status menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) tersebut. Akibatnya, pasien terpaksa rongen ke RS lain. “Solusinya, ganti saja alat medis yang sudah tidak layak dipakai. Jangan sampai muncul sorotan pasien lain yang merasa tidak puas dengan pelayanan RS ini,” saranya.
Selain mengganti peralatan medis, ia berharap RSUD meningkatkan pelayanan, terutama menyangkut etika dalam melayani pasien, kebersihan ruangan, toilet dan lingkungan RS. Sebab, hal itu adalah salah satu bagian daripada kesembuhan pasien.”Kalau tenaga medisnya jutek, ruangannya bau dan kotor, ditambah lagi halaman bak tempat pembuangan sampah, pasien bukanya sembuh tapi malah tambah sakit. Kalau bisa, mulai sekarang kekurangan itu segera dibenahi,” pintahnya.
Dirut RSUD, Dr.g, Ikhsan yang coba dikonfirmasi Koran ini Selasa (28/10) tidak berhasil ditemui, karena sedang sibuk melayani tamu penting. “Beliau sedang sibuk melayani tamu penting dari BRI,” ujar salah seorang staf RSUD Bima. Untuk mengetahui kejelasan atas keterlambatan pelayanan hingga mengakibatkan pasien menunggu berjam-jam, wartawan menanyakan pegawai RS tersebut. Kata pegawai yang enggan namanya dikorankan, banyak petugas medis di bagian Laboratorium itu. Tapi, untuk lebih jelasnya silahkan tanyakan pada Dirut saja. “Saya tidak soal itu, karena saya hanya staf biasa,” timpalnya. (KS-09)
COMMENTS