Kondisi itu seperti dialami Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Sape Kecamatan Sape. Sebanyak tiga lokal ruangan mengalami kerusakan berat.
Pemerataan pembangunan, termasuk di bidang pendidikan masih belum dirasakan sepenuhnya seluruh masyarakat di Kabupaten Bima. Beberapa sekolah yang berada di pelosok dan pinggiran terkesan diabaikan dan tak pernah tersentuh program pembangunan. Sementara disisi lain, sekolah-sekolah di pusat kota terus dibangun megah.
Kondisi itu seperti dialami Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Sape Kecamatan Sape. Sebanyak tiga lokal ruangan mengalami kerusakan berat. Sementara sejumlah ruangan lainnya juga rusak ringan. Kondisi itu sudah lama terjadi, tetapi belum ada perhatian dari Pemerintah Kabupaten Bima.
Kepala SMP Negeri 3 Sape, Imam Mujaddid, S.Pd mengaku, sekolah yang dipimpinnya memiliki sebanyak 14 ruangan kegiatan belajar (RKB). Untuk tambahan dua RK, sekolah terpaksa menggunaka ruangan Laboratorium IPA dan ruangan Perpustakaan. “Dari jumlah ruangan yang ada, tiga ruangan rusak sedang, dua ruangan rusak berat dan ruang perpustakaan tidak layak di huni lagi karena rusak berat,” ungkapnya di Sape, kemarin.
Sejak dirinya sebagai Kasek Tahun 2011 lalu, diakuinya memang pernah mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Bima untuk rehab enam RKB dan satu ruangan Laboratorium IPA, satu ruang guru, satu ruang kepala sekolah, satu ruang administrasi, satu ruang BK, satu ruang gudang dan 6 WC. Sementara untuk Tahun 2014, mendapatkan bantuan rehab tiga lokal ruangan, 60 set meubeler (meja dan kursi siswa). “Sehingga total ruangan yang telah di rehab tahun ini sebanyak sembilan RKB,” tuturnya.
SMP Negeri 3 Sape kata dia, tidak memungut lagi dana komite pada siswa dan hanya memanfaatkan Biaya Operasional Sekolah (BOS). Termasuk memberikan bantuan pada siswa miskin setiap tahunnya sebanyak Rp. 18 juta hingga Rp. 19 juta. “RKB yang rusak parah tersebut di bangun secara gotong Royong oleh masyarakat pada saat berstatus SMP Gotong Royong. Idealnya sekolah kami sesuai jumlah siswa harus 17 RKB sehingga kalau direhab tiga RKB yang rusak berat tersebut bisa terpenuhi semua dan tidak ada lagi yang pada sore hari. (Anwar)
Kondisi itu seperti dialami Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Sape Kecamatan Sape. Sebanyak tiga lokal ruangan mengalami kerusakan berat. Sementara sejumlah ruangan lainnya juga rusak ringan. Kondisi itu sudah lama terjadi, tetapi belum ada perhatian dari Pemerintah Kabupaten Bima.
Kepala SMP Negeri 3 Sape, Imam Mujaddid, S.Pd mengaku, sekolah yang dipimpinnya memiliki sebanyak 14 ruangan kegiatan belajar (RKB). Untuk tambahan dua RK, sekolah terpaksa menggunaka ruangan Laboratorium IPA dan ruangan Perpustakaan. “Dari jumlah ruangan yang ada, tiga ruangan rusak sedang, dua ruangan rusak berat dan ruang perpustakaan tidak layak di huni lagi karena rusak berat,” ungkapnya di Sape, kemarin.
Sejak dirinya sebagai Kasek Tahun 2011 lalu, diakuinya memang pernah mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Bima untuk rehab enam RKB dan satu ruangan Laboratorium IPA, satu ruang guru, satu ruang kepala sekolah, satu ruang administrasi, satu ruang BK, satu ruang gudang dan 6 WC. Sementara untuk Tahun 2014, mendapatkan bantuan rehab tiga lokal ruangan, 60 set meubeler (meja dan kursi siswa). “Sehingga total ruangan yang telah di rehab tahun ini sebanyak sembilan RKB,” tuturnya.
SMP Negeri 3 Sape kata dia, tidak memungut lagi dana komite pada siswa dan hanya memanfaatkan Biaya Operasional Sekolah (BOS). Termasuk memberikan bantuan pada siswa miskin setiap tahunnya sebanyak Rp. 18 juta hingga Rp. 19 juta. “RKB yang rusak parah tersebut di bangun secara gotong Royong oleh masyarakat pada saat berstatus SMP Gotong Royong. Idealnya sekolah kami sesuai jumlah siswa harus 17 RKB sehingga kalau direhab tiga RKB yang rusak berat tersebut bisa terpenuhi semua dan tidak ada lagi yang pada sore hari. (Anwar)
COMMENTS