Lantaran kayu yang sudah keropos dan dimakan usia, atap ruangan kelas Sekolah Dasar Negeri (SDN) Jo Rato Desa Sari Kecamatan Sape saat ini telah ambruk
Lantaran kayu yang sudah keropos dan dimakan usia, atap ruangan kelas Sekolah Dasar Negeri (SDN) Jo Rato Desa Sari Kecamatan Sape saat ini telah ambruk. Akibat kerusakan itu, siswa setempat kekurangan ruangan belajar dan terpaksa belajar berdesakan dalam satu ruang kelas. Sebab, satu ruang kelas disulap untuk tiga rombongan belajar.
Salah seorang wali murid, Arlan Buana mengaku sangat prihatin melihat kondisi fisik bangunan SDN JO Rato Desa Sari. Lebih menyedihkan lagi, siswa belajar berdesak-desakan pada satu ruang kelas yang disekat menggunakan triplek oleh Kepala Sekolah. Satu ruangan dijadikan tempat tiga rombongan belajar sehingga kegiatan belajar mengajar tetap berjalan seperti biasa. “Saya berharap kepada Bupati Bima untuk segera memberikan bantuan rehab total SDN Jo Rato,” ujarnya.
Sementara Kepala SDN JO Rato Desa Sari, Lukman, S.Pd mengatakan, ambruknya atap ruangan kelas sekolah bukan karena angin puting beliung ataupun gempa. Namun, karena kapnya sudah keropos. “Untungnya, kejadian tersebut terjadi pada malam hari, kalau hal ini terjadi saat proses belajar mengajar pasti akan banyak korban,” kata Lukman didampingi pegawas TK/SD UPT dikpora Sape Burhanudin, S.Pd dan Abdullah H. Ajrun, S.Pd saat ditemui di ruang kerjanya.
Ia mengaku, sekolah yang dibangun tahun 2008 ini memiliki siswa sebanyak 48 orang. Hampir semuanya berasal dari rumah tangga kelurga miskin, sehingga pihak sekolah sulit untuk meminta bantuan, baik untuk subsidi pembangunan pagar sekolah, meubeler maupun pembangunan fisik sekolah.
Lanjutnya, SDN Jo Rato saat ini hanya memiliki empat ruang kelas belajar (RKB), padahal semestinya harus tersedia enam RKB. Sehingga masih kekurangan dua RKB. Mirinsnya lagi, lantaran atap ruangan ambruk kini hanya tersisa dua RKB saja. Terpaksa, dua RKB yang ada digunakan untuk tempat belajar enam rombongan belajar.
“Akibat dari robohnya sekolah tersebut sehingga terpaksa saya jadikan satu ruang kelas yang masih bagus untuk dijadikan tiga rombongan belajar dengan cara disekat menggunakan tripleks. Kalau hal ini tidak dilakukan seperti ini maka konsentrasi guru maupun siswa terganggu. Siswa saat kegiatan belajar mengajar terpaksa harus duduk tiga sampai empat orang satu bangku,” terangnya.
Lukman berharap kepada Pemerintah Kabupaten Bima, agar memberikan bantuan rehab total dua RKB yang ambruk. Serta tambahan dua RKB baru sekaligus bantuan meubeler untuk empat RKB. Demi keamanan dan kenyamanan sekolah, diharapkannya juga kepada Bupati Bima dan Dinas Dikpora Kabupaten Bima memberikan bantuan anggaran pagar permanen sepanjang 100 meter. “Sementara ini kami menggunakan pagar kayu seadanya,” ujarnya.
Selain SDN JO Rato, SDN No 5 Sape juga mengalami nasib serupa. Namun penyebabnya karena diterjang angin puting beliung menyebabkan dua RKB rusak total. Ironisnya, pihak sekolah tetap memanfaatkan KBM sementara karena tidak ada RKB yang kosong. Sementara ruang perpustakaan juga digunakan untuk kegiatan KBM.
Kepala SDN NO.5 Sape, Hj. Nursani, S.Pd berharap agar pemerintah Kabupaten Bima memberikan bantuan rehab total dua RKB yang rusak. Serta tambahan satu RKB baru. “Karena di sekolah kami masih kekurangan satu RKB. Dimana jumlah siswa sebanyak 187 orang yang dibagi dalam tujuh kelompok belajar. Sedangkan RKB hanya lima RKB. Untuk kelas 2 ada dua kelas, yaitu kelas 2A dan 2B,” jelasnya. (KS-16)
Salah seorang wali murid, Arlan Buana mengaku sangat prihatin melihat kondisi fisik bangunan SDN JO Rato Desa Sari. Lebih menyedihkan lagi, siswa belajar berdesak-desakan pada satu ruang kelas yang disekat menggunakan triplek oleh Kepala Sekolah. Satu ruangan dijadikan tempat tiga rombongan belajar sehingga kegiatan belajar mengajar tetap berjalan seperti biasa. “Saya berharap kepada Bupati Bima untuk segera memberikan bantuan rehab total SDN Jo Rato,” ujarnya.
Sementara Kepala SDN JO Rato Desa Sari, Lukman, S.Pd mengatakan, ambruknya atap ruangan kelas sekolah bukan karena angin puting beliung ataupun gempa. Namun, karena kapnya sudah keropos. “Untungnya, kejadian tersebut terjadi pada malam hari, kalau hal ini terjadi saat proses belajar mengajar pasti akan banyak korban,” kata Lukman didampingi pegawas TK/SD UPT dikpora Sape Burhanudin, S.Pd dan Abdullah H. Ajrun, S.Pd saat ditemui di ruang kerjanya.
Ia mengaku, sekolah yang dibangun tahun 2008 ini memiliki siswa sebanyak 48 orang. Hampir semuanya berasal dari rumah tangga kelurga miskin, sehingga pihak sekolah sulit untuk meminta bantuan, baik untuk subsidi pembangunan pagar sekolah, meubeler maupun pembangunan fisik sekolah.
Lanjutnya, SDN Jo Rato saat ini hanya memiliki empat ruang kelas belajar (RKB), padahal semestinya harus tersedia enam RKB. Sehingga masih kekurangan dua RKB. Mirinsnya lagi, lantaran atap ruangan ambruk kini hanya tersisa dua RKB saja. Terpaksa, dua RKB yang ada digunakan untuk tempat belajar enam rombongan belajar.
“Akibat dari robohnya sekolah tersebut sehingga terpaksa saya jadikan satu ruang kelas yang masih bagus untuk dijadikan tiga rombongan belajar dengan cara disekat menggunakan tripleks. Kalau hal ini tidak dilakukan seperti ini maka konsentrasi guru maupun siswa terganggu. Siswa saat kegiatan belajar mengajar terpaksa harus duduk tiga sampai empat orang satu bangku,” terangnya.
Lukman berharap kepada Pemerintah Kabupaten Bima, agar memberikan bantuan rehab total dua RKB yang ambruk. Serta tambahan dua RKB baru sekaligus bantuan meubeler untuk empat RKB. Demi keamanan dan kenyamanan sekolah, diharapkannya juga kepada Bupati Bima dan Dinas Dikpora Kabupaten Bima memberikan bantuan anggaran pagar permanen sepanjang 100 meter. “Sementara ini kami menggunakan pagar kayu seadanya,” ujarnya.
Selain SDN JO Rato, SDN No 5 Sape juga mengalami nasib serupa. Namun penyebabnya karena diterjang angin puting beliung menyebabkan dua RKB rusak total. Ironisnya, pihak sekolah tetap memanfaatkan KBM sementara karena tidak ada RKB yang kosong. Sementara ruang perpustakaan juga digunakan untuk kegiatan KBM.
Kepala SDN NO.5 Sape, Hj. Nursani, S.Pd berharap agar pemerintah Kabupaten Bima memberikan bantuan rehab total dua RKB yang rusak. Serta tambahan satu RKB baru. “Karena di sekolah kami masih kekurangan satu RKB. Dimana jumlah siswa sebanyak 187 orang yang dibagi dalam tujuh kelompok belajar. Sedangkan RKB hanya lima RKB. Untuk kelas 2 ada dua kelas, yaitu kelas 2A dan 2B,” jelasnya. (KS-16)
COMMENTS