Kisah Musab, Muallaf Asal Sumba Barat
Kisah Musab, Muallaf Asal Sumba Barat
Kitab suci Al-Qur’an tidak saja diyakini sebagai Mukjijat Nabi Muhammad SAW. Namun, isi Al-Qur’an mengandung nilai-nilai kebenaran yang wajib diimani dan dipedomani oleh umat Islam dalam setiap kehidupan sehari-hari. Sebagai Wahyu Tuhan, bahasa Al-Qur’an juga tak mampu ditandingi siapapun. Sehingga wajar, ketika setiap manusia membaca dan menyelami isi di dalamnya akan menemukan ketenangan batin dan memuji kebesaran-Nya.

surat al ikhlas
Tak sedikit, pemeluk agama lain yang bersyahadat memeluk Islam karena mendapat hidayah setelah membaca Al-Qur’an. Seperti kisah, Musab warga Sumba Barat Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pemuda kelahiran 5 Juli 1991 ini memeluk Islam setelah membaca dan menghayati kandungan Surat Al Ikhlas. Bagaimana kisahnya?
Pemuda berkulit hitam ini bercerita, awalnya saat masih duduk di bangku Kelas tiga SMP Negeri 2 Mabuboro, Sumba Barat tanpa sengaja membaca buku pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Memang, kesenangannya membaca buku membuat rasa ingin tahunya terhadap segala sesuatu yang baru sangat besar. Sehingga koleksi buku mata pelajaran di perpustakaan sekolah, hampir tak pernah Ia lewatkan untuk membacanya.
Selain itu, meski hidup di lingkungan sekolah dan masyarakat dengan mayoritas Agama Kristen, Ia tak pernah menutup diri bergaul dengan teman dari Agama Islam dan agama lainnya. Berawal dari membaca buku mata pelajaran PAI itu, Ia mendapatkan banyak ilmu baru tentang Agama Islam. Rasa ingin tahu tentang Islam pun semakin menjadi dalam dirinya waktu itu.
Hingga suatu ketika, pemuda yang bernama asli Enos Takuamulu (sebelum bersyahadat) ini mencari Kitab Suci Al-Qur’an untuk mencari tahu lebih banyak ajaran Islam. Seperti digerakkan oleh sesuatu, tanpa disengaja halaman pertama yang dibuka dalam Al-Qur’an langsung tertuju pada Surat Al-Ikhlas. Surat yang berisi empat ayat ini ternyata memberi jawaban terhadap rasa ingin tahunya tentang Islam.
“Ketika membaca arti dan kandungan Surat Al-Ikhlas, saya langsung tertegun karena penjelasannya sangat padat, tetapi mengandung makna besar yang menggugah keyaninan saya sebelumnya,” kisah kepada wartawan di Kantor Kemenag Kota Bima, beberapa hari lalu.
Setelah menghayati kandungan surat berisi ajaran Aqidah dan Tauhid itu, Musab memantapkan hati untuk memeluk Agama Islam. Keputusannya untuk menjadi Muallaf merupakan sebuah pilihan yang penuh konsekuensi, mengingat Ia hidup dalam lingkungan Agama Kristen yang taat. “Saya bersyahadat dituntun Ustad asal Kampung Na’e Kota Bima yang kebetulan sedang safari ramadhan di kampung saya saat itu. Orangtua sendiri belum saya kasitau kalau sudah masuk Islam,” tuturnya.
Dua minggu setelah masuk Islam, Musab memberanikan diri menceritakan kepada kedua orangtua dan saudaranya tentang keputusannya memeluk Islam. Kabar itu tentu saja sangat mengagetkan keluarganya. Ia pun sempat dibenci kedua orangtua dan saudaranya karena berani mengambil pilihan sendiri. Namun, lambat laun kesabaran Musab berbuah manis karena secara perlahan mampu menjelaskan keputusannya tersebut.
Untuk memperdalam ilmu Islam, pemuda yang baru membina rumah tangga dengan wanita asal Kota Bima ini memutuskan belajar di Pondok Pesantren Usman Bin Affan di Kabupaten Dompu. Tiga tahun belajar di Pondok ternyata membawa banyak perubahan terhadap dirinya. “Saya makin tahu tentang Islam dan belajar banyak hal tentang ajaran-Nya,” kata pemuda yang sudah fasih berbahasa Arab ini.
Setelah selesai mondok, anak ketiga dari enam bersaudara ini pun kembali ke kampung halaman dan sedikit demi sedikit berdakwah kepada kedua orangtua dan keluarga terdekat tentang Islam. Alhasil, kesabaran dan semangat Musab berbuah hidayah bagi Bapak dan Ibunya. Karena keduanya juga memutuskan bersyahadat memeluk Islam bersama tiga suadaranya yang lain. “Ada beberapa remaja juga saya Islam-kan dan mereka saat ini sudah masuk pondok pesantren. Tinggal dua saudara saya yang belum bersyahadat,” ujarnya.
Untuk memperdalam ilmu Islam, Musab kembali melanjutkan studi pendidikan tinggi di bidang Aqidah Islam di Jawa Tengah dan telah meraih gelar sarjana. Kini, pemuda murah senyum ini semakin aktif berdakwah dan berbagi pengalaman spiritualnya kepada masyarakat Bima. Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Bima juga telah mempercayakannya menjadi penyuluh Agama Islam.
“Alhamdulillah ini merupakan hidayah dari Allah dan kewajiban saya untuk kembali berdakwah menyiarkan Islam kepada masyarakat,” tandasnya. (KS-13)
COMMENTS