Berdasarkan data Dishubkominfo Kota Bima, saat ini angkot yang beroperasi tersisa hanya sekitar 40 unit dari jumlah beberapa tahun lalu sekitar 200 unit.
Dari tahun ke tahun, jumlah angkutan kota (angkot) di Kota Bima ternyata semakin menyusut alias berkurang. Bahkan, penyusutan jumlah angkot berkali-kali lipat selama lima tahun terakhir. Berdasarkan data Dishubkominfo Kota Bima, saat ini angkot yang beroperasi tersisa hanya sekitar 40 unit dari jumlah beberapa tahun lalu sekitar 200 unit.
ilustrasi angkutan kota (angkot)
“Penyusutannya banyak sekali. Semuanya tinggal 60 unit yang beroperasi. 40 unit bermomisili di Kota Bima, sisanya 20 unit bermosili di Kabupaten Bima,” ungkap Kepala Dishubkominfo Kota Bima, H Syahrullah, SH, MH kepada media ini, Rabu (4/3) siang di kantor setempat.
Menurut Syahrullah, ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyusutan angkot di Kota Bima. Diantaranya, karena disebabkan terjadi peningkatan taraf ekonomi masyarakat. Tidak lagi menggunakan jasa angkot karena sudah memiliki kendaraan pribadi, baik mobil maupun sepeda motor. Faktor lainnya, karena menjamurnya tukang ojek sebagai pilihan jasa trasportasi umum. “Masyarakat sudah banyak yang memilih naik ojek karena lebih cepat, tidak berdesakan dan praktis meski tarifnya jauh lebih mahal dibandingkan angkot,” ujarnya.
Selain itu sambungnya, keberadaan mobil jenis pick up kerap digunakan masyarakat untuk jasa transportasi umum. Dampaknya, pendapatan sopir angkot menjadi berkurang dan perlahan beralih ke pekerjaan lainnya. Padahal, secara aturan mobil pick up tidak boleh digunakan untuk mengangkut penumpang karena jelas melanggar. “Kalau petugas kita melihat tetap ditindak, tetapi pasti ada saja yang bandel dan tidak mengindahkan aturan,” akunya.
Melihat perkembangan kemajuan jaman dan moda transportasi saat ini kata Syahrullah, tidak menutup kemungkinan jumlah angkot akan semakin menyusut dan bahkan menghilang. Apalagi, kalau ada jasa Taxi yang masuk ke Kota Bima, angkot akan sulit bertahan. Namun, Ia tidak memungkiri kalangan tertentu seperti pelajar, mahasiswa dan pedagang masih membutuhkan jasa angkot. Sebab selain murah, pedang juga bisa leluasa mengangkut barang dagangan mereka. (KS-13)
ilustrasi angkutan kota (angkot)
“Penyusutannya banyak sekali. Semuanya tinggal 60 unit yang beroperasi. 40 unit bermomisili di Kota Bima, sisanya 20 unit bermosili di Kabupaten Bima,” ungkap Kepala Dishubkominfo Kota Bima, H Syahrullah, SH, MH kepada media ini, Rabu (4/3) siang di kantor setempat.
Menurut Syahrullah, ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyusutan angkot di Kota Bima. Diantaranya, karena disebabkan terjadi peningkatan taraf ekonomi masyarakat. Tidak lagi menggunakan jasa angkot karena sudah memiliki kendaraan pribadi, baik mobil maupun sepeda motor. Faktor lainnya, karena menjamurnya tukang ojek sebagai pilihan jasa trasportasi umum. “Masyarakat sudah banyak yang memilih naik ojek karena lebih cepat, tidak berdesakan dan praktis meski tarifnya jauh lebih mahal dibandingkan angkot,” ujarnya.
Selain itu sambungnya, keberadaan mobil jenis pick up kerap digunakan masyarakat untuk jasa transportasi umum. Dampaknya, pendapatan sopir angkot menjadi berkurang dan perlahan beralih ke pekerjaan lainnya. Padahal, secara aturan mobil pick up tidak boleh digunakan untuk mengangkut penumpang karena jelas melanggar. “Kalau petugas kita melihat tetap ditindak, tetapi pasti ada saja yang bandel dan tidak mengindahkan aturan,” akunya.
Melihat perkembangan kemajuan jaman dan moda transportasi saat ini kata Syahrullah, tidak menutup kemungkinan jumlah angkot akan semakin menyusut dan bahkan menghilang. Apalagi, kalau ada jasa Taxi yang masuk ke Kota Bima, angkot akan sulit bertahan. Namun, Ia tidak memungkiri kalangan tertentu seperti pelajar, mahasiswa dan pedagang masih membutuhkan jasa angkot. Sebab selain murah, pedang juga bisa leluasa mengangkut barang dagangan mereka. (KS-13)
COMMENTS