Anggaran yang dikucurkan oleh pemerintah tahun 2008 silam untuk Restoran Terapung di Amahami, kini tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Bima.
Anggaran yang dikucurkan oleh pemerintah tahun 2008 silam untuk Restoran Terapung di Amahami, kini tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Bima. Restoran Terapung dipinggir pantai itu, saat ini sudah tidak ada yang mengelolanya lagi alias tak bertuan. Wajar saja, kondisinya sudah terlihat kumuh dan tak terurus.
Untuk membuktikan restoran terapung sudah tidak bertuan, wartawan koran stabilitas mencoba melihat secara langsung keberadaan restoran terapung itu yang berlokasi di Amahami Kota Bima. Sungguh miris, Restoran terapung yang pernah menjadi idola Warga Kota Bima terlihat tidak terawat dan kusam. Warna aslinya mulai memudar terkikis air laut.
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Bima yang dikonfirmasi terkait hal itu melalui Sekretaris, Ir. Juwait membenarkan dalam beberapa bulan terakhir ini restoran terapung sudah ditinggalkan oleh pengelolanya. Dengan alasan karena mengaku setoran yang dibayarkan ke pihak pemerintah tidak seimbang dengan omset usaha di tempat tersebut sehingga tidak berani melanjutkan lagi. “Pengelola menceritakan itu kepada kami dan itu menjadi bahan evaluasi kami selanjutnya untuk mematok harga yang bisa sama-sama seimbang,” terang Alumni Universitas Brawijawa ini.
Selain masalah omzet yang tidak seimbang jelas Juwait, ada hal teknis yang juga menjadi alasan keluarnya pengelola kapal terapung itu. Diantaranya tidak amannya lahan parkir di sekitar Amahami dan biaya operasional pengelola restoran terapung itu terbilang cukup besar karena ketersedian air bersih dan biaya lainnya. ”Ini juga menjadi alasan mereka tidak lagi ingin melanjutkan bisnis itu,” bebernya.
Tidak hanya itu, banyaknya kuliner jalanan di sekitarnya membuat restoran terapung itu merugi. Ditambah lagi sepinya pelanggan untuk menikmati wisata kuliner di restoran terapung itu membuat pengelola yakin untuk hengkang di restoran yang di rancang Mantan Walikota Bima, Almarhum HM Nur A Latif Tahun 2008 silam. Restoran itu dirancang agar pengunjung dapat menikmati kuliner khas Bima sambil menikmati indahnya pantai Amahami.
Keadaan restoran yang sudah kusam tersebut diakuinya karena Pemkot Bima tidak memiliki anggaran untuk pemeliharaan. Untuk itu, pihaknya terus mencoba melakukan terobosan baru agar ada pengelola lain yang bisa memanfaatkan restoring terapung itu secara maksimal. Pihak DKP akan mempelajari semua hal teknis yang berkaitan dengan kurang minatnya masyarakat untuk kelola restoran itu. ”Kami mencoba dengan terobosan baru nantinya, agar restoran terapung itu di minati masyarakat,” katanya.
Sementara ini, pihaknya sudah mendapatkan beberapa masyarakat maupun pengusaha yang mengajukan proposal untuk meminta mengelola restoran itu. ”Ada yang mengajukan proposal, namun mereka belum melakukan komunikasi yang lebih seirus lagi,” imbuhnya. (KS-17)
Untuk membuktikan restoran terapung sudah tidak bertuan, wartawan koran stabilitas mencoba melihat secara langsung keberadaan restoran terapung itu yang berlokasi di Amahami Kota Bima. Sungguh miris, Restoran terapung yang pernah menjadi idola Warga Kota Bima terlihat tidak terawat dan kusam. Warna aslinya mulai memudar terkikis air laut.
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Bima yang dikonfirmasi terkait hal itu melalui Sekretaris, Ir. Juwait membenarkan dalam beberapa bulan terakhir ini restoran terapung sudah ditinggalkan oleh pengelolanya. Dengan alasan karena mengaku setoran yang dibayarkan ke pihak pemerintah tidak seimbang dengan omset usaha di tempat tersebut sehingga tidak berani melanjutkan lagi. “Pengelola menceritakan itu kepada kami dan itu menjadi bahan evaluasi kami selanjutnya untuk mematok harga yang bisa sama-sama seimbang,” terang Alumni Universitas Brawijawa ini.
Selain masalah omzet yang tidak seimbang jelas Juwait, ada hal teknis yang juga menjadi alasan keluarnya pengelola kapal terapung itu. Diantaranya tidak amannya lahan parkir di sekitar Amahami dan biaya operasional pengelola restoran terapung itu terbilang cukup besar karena ketersedian air bersih dan biaya lainnya. ”Ini juga menjadi alasan mereka tidak lagi ingin melanjutkan bisnis itu,” bebernya.
Tidak hanya itu, banyaknya kuliner jalanan di sekitarnya membuat restoran terapung itu merugi. Ditambah lagi sepinya pelanggan untuk menikmati wisata kuliner di restoran terapung itu membuat pengelola yakin untuk hengkang di restoran yang di rancang Mantan Walikota Bima, Almarhum HM Nur A Latif Tahun 2008 silam. Restoran itu dirancang agar pengunjung dapat menikmati kuliner khas Bima sambil menikmati indahnya pantai Amahami.
Keadaan restoran yang sudah kusam tersebut diakuinya karena Pemkot Bima tidak memiliki anggaran untuk pemeliharaan. Untuk itu, pihaknya terus mencoba melakukan terobosan baru agar ada pengelola lain yang bisa memanfaatkan restoring terapung itu secara maksimal. Pihak DKP akan mempelajari semua hal teknis yang berkaitan dengan kurang minatnya masyarakat untuk kelola restoran itu. ”Kami mencoba dengan terobosan baru nantinya, agar restoran terapung itu di minati masyarakat,” katanya.
Sementara ini, pihaknya sudah mendapatkan beberapa masyarakat maupun pengusaha yang mengajukan proposal untuk meminta mengelola restoran itu. ”Ada yang mengajukan proposal, namun mereka belum melakukan komunikasi yang lebih seirus lagi,” imbuhnya. (KS-17)
COMMENTS