Jalan sepanjang 5 Km yang menuju SDN Inpres Woro Parado Dalam. Celakanya, belum dihotmixnya jalan menuju Dusun Woro Parado itu bukan satu atau dua tahun, tetapi sudah puluhan tahun.
Bima, KS.- Dari ratusan Sekolah mulai dari tingkat SD, SMP hingga SMA, ternyata masih banyak sekolah di Kabupaten Bima yang sangat membutuhkan sarana dan prasarana memadai. Masalahnya, kondisi sekolah terutama yang berada di daerah terpencil sangat memprihatinkan. Karena, selain harus menjalankan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) ditengah kondisi bangunan gedung sekolah yang mengalami kerusakan akibat jarang mendapat anggaran untuk rehab dan bangun baru. Tapi, juga harus dihadapkan dengan beberapa persoalan serius lainya.
Seperti keterbatasan jumlah siswa, termasuk kesulitan infrastruktur jalan sebagai akses untuk sampai pada sekolah dimaksud (terpencil). Sebab, masih ada lokasi sekolah terpencil dengan kondisi jalan yang belum diaspal. Salah satunya, jalan sepanjang 5 Km yang menuju SDN Inpres Woro Parado Dalam. Celakanya, belum dihotmixnya jalan menuju Dusun Woro Parado itu bukan satu atau dua tahun, tetapi sudah puluhan tahun.
Meski terdapat sejumlah keterbatasan, mulai dari kondisi bangunan yang memprihatinkan, minimnya jumlah siswa, hingga pada persoalan kondisi jalan yang tidak pernah mendapat bantuan anggaran pemerintah. Namun, hal itu tidak menjadi hambatan bagi tenaga pendidik untuk berhenti berbuat, menjalankan tugas sekaligus mempersembahkan yang terbaik bagi dunia pendidikan.
”Sebenarnya, keterbatasan yang sudah sedang dihadapi dapat menimbulkan prilaku malas. Apalagi, rata-rata tenaga pendidik termasuk saya sebagai Kepala Sekolah (Kepsek) bukan asli Dusun tersebut. Tapi, itu bukan hambatan bagi kami untuk menjalankan tugas,” ujar Kepsek SDN Inpres Woro Parado, Sarmin Muhamad,S.Pd kepada Koran Stabilitas.
Buktinya, hingga saat ini tenaga pendidik juga dirinya masih bertahan menjalankan tugas di SDN tersebut. Kendati, harus dihadapkan dengan sejumlah keterbatasan baik sarana dan prasarana pendidikan, maupun akses jalan yang belum diaspal. Diakuinya, selama menjalankan tugas ada suka dan duka. Sukanya, karena dapat beradaptasi dan berbaur dengan warga setempat layaknya saudara sendiri. Sementara dukanya, saat musim hujan berlangsung, karena disamping proses KBM berjalan ditengah kondisi atap gedung yang bocor. Tapi, juga dihadapkan dengan kondisi jalan yang super becek.
”Saat musim hujan, kami harus berjibaku dengan jalan becek bak lumpur sawah. Akibatnya, sepeda motor yang digunakan selain kotor, juga sering kali keluar masuk bengkel. Kalau seragam kerja jangan ditanya lagi, apalagi menempuh perjalanan saat turun hujan, saya sendiri kesana menggunakan sepatu weka, begitupun guru-guru,” akunya.
Tak hanya dihadapkan dengan keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan serta infrastruktur jalan, sekolah yang memiliki kerusakan empat lokal ruang kelas itu juga mengalami masalah lain sebagai pemacu semangat para guru untuk terus menjalankan tugas. Masalah dimaksud, yakni masih banyak guru Honor Daerah (Honda) dan PNS yang belum terakomodir mendapat tunjangan daerah terpencil. Padahal, sekolah itu layak mendapat tunjangan tersebut, karena lokasinya tergolong daerah tertinggal.”Rata-rata guru disini belum mendapat tunjangan itu (terpencil),” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Sarmin berharap kepada Bupati Bima, Drs. H. Syafrudin, HM. Nur, M.Pd untuk memperhatikan, memperjuangkan sekaligus mengucurkan anggaran untuk mengatasi sejumlah persoalan yang sudah dan sedang terjadi di dusun terpencil tersebut. Begitupun, nasib para guru menyangkut tunjangan terpencilnya seyogyanya diperhatikan. ”Saya hanya bisa berharap, yang menentukan semua itu tergantung sungguh Pemerintah. Tapi, saya yakin Pemerintah saat ini sangat peduli dengan masalah yang tengah dihadapi rakyat dan dunia pendidikan saat ini,” pungkasnya. (KS-09)
Seperti keterbatasan jumlah siswa, termasuk kesulitan infrastruktur jalan sebagai akses untuk sampai pada sekolah dimaksud (terpencil). Sebab, masih ada lokasi sekolah terpencil dengan kondisi jalan yang belum diaspal. Salah satunya, jalan sepanjang 5 Km yang menuju SDN Inpres Woro Parado Dalam. Celakanya, belum dihotmixnya jalan menuju Dusun Woro Parado itu bukan satu atau dua tahun, tetapi sudah puluhan tahun.
Meski terdapat sejumlah keterbatasan, mulai dari kondisi bangunan yang memprihatinkan, minimnya jumlah siswa, hingga pada persoalan kondisi jalan yang tidak pernah mendapat bantuan anggaran pemerintah. Namun, hal itu tidak menjadi hambatan bagi tenaga pendidik untuk berhenti berbuat, menjalankan tugas sekaligus mempersembahkan yang terbaik bagi dunia pendidikan.
”Sebenarnya, keterbatasan yang sudah sedang dihadapi dapat menimbulkan prilaku malas. Apalagi, rata-rata tenaga pendidik termasuk saya sebagai Kepala Sekolah (Kepsek) bukan asli Dusun tersebut. Tapi, itu bukan hambatan bagi kami untuk menjalankan tugas,” ujar Kepsek SDN Inpres Woro Parado, Sarmin Muhamad,S.Pd kepada Koran Stabilitas.
Buktinya, hingga saat ini tenaga pendidik juga dirinya masih bertahan menjalankan tugas di SDN tersebut. Kendati, harus dihadapkan dengan sejumlah keterbatasan baik sarana dan prasarana pendidikan, maupun akses jalan yang belum diaspal. Diakuinya, selama menjalankan tugas ada suka dan duka. Sukanya, karena dapat beradaptasi dan berbaur dengan warga setempat layaknya saudara sendiri. Sementara dukanya, saat musim hujan berlangsung, karena disamping proses KBM berjalan ditengah kondisi atap gedung yang bocor. Tapi, juga dihadapkan dengan kondisi jalan yang super becek.
”Saat musim hujan, kami harus berjibaku dengan jalan becek bak lumpur sawah. Akibatnya, sepeda motor yang digunakan selain kotor, juga sering kali keluar masuk bengkel. Kalau seragam kerja jangan ditanya lagi, apalagi menempuh perjalanan saat turun hujan, saya sendiri kesana menggunakan sepatu weka, begitupun guru-guru,” akunya.
Tak hanya dihadapkan dengan keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan serta infrastruktur jalan, sekolah yang memiliki kerusakan empat lokal ruang kelas itu juga mengalami masalah lain sebagai pemacu semangat para guru untuk terus menjalankan tugas. Masalah dimaksud, yakni masih banyak guru Honor Daerah (Honda) dan PNS yang belum terakomodir mendapat tunjangan daerah terpencil. Padahal, sekolah itu layak mendapat tunjangan tersebut, karena lokasinya tergolong daerah tertinggal.”Rata-rata guru disini belum mendapat tunjangan itu (terpencil),” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Sarmin berharap kepada Bupati Bima, Drs. H. Syafrudin, HM. Nur, M.Pd untuk memperhatikan, memperjuangkan sekaligus mengucurkan anggaran untuk mengatasi sejumlah persoalan yang sudah dan sedang terjadi di dusun terpencil tersebut. Begitupun, nasib para guru menyangkut tunjangan terpencilnya seyogyanya diperhatikan. ”Saya hanya bisa berharap, yang menentukan semua itu tergantung sungguh Pemerintah. Tapi, saya yakin Pemerintah saat ini sangat peduli dengan masalah yang tengah dihadapi rakyat dan dunia pendidikan saat ini,” pungkasnya. (KS-09)
COMMENTS