Dalam aksi tersebut, selain melakukan pelemparan dan pengrusakan, mahasiswa juga meluapkan kemarahannya dengan membakar belasan aset kampus berupa kursi.
Akibat kecewa dengan pihak Lembaga, puluhan Mahasiswa STKIP Bima, Rabu (29/4) pagi melakukan aksi unjuk rasa dalam areal kampus setempat. Dalam aksi tersebut, selain melakukan pelemparan dan pengrusakan, mahasiswa juga meluapkan kemarahannya dengan membakar belasan aset kampus berupa kursi.
Koordinator Aksi, Putra dalam orasinya mengungkapkan, pembakaran belasan kursi milik Kampus itu merupakan bentuk kritikan dan kekecewaan mahasiswa terhadap pihak lembaga. "Bila perlu, semua kursi kami bakar agar pihak Lembaga sadar," ungkapnya berapi-api saat berorasi, Rabu (29/4) pagi.
Saat demo yang digelar pada hari Selasa (28/4) kemarin lanjutnya, terjadi insiden pemukulan yang diduga dilakukan oleh pertugas pengaman Kampus. Korbannya bernama Suparman, mahasiswa semester empat jurusan Sosiologi warga Lambu Sumi dan Noval Ady Putra, mahasiswa semester enam jurusan sama asal Penana'e. "Saat demo pertama, satpan bernama Hendra merasa tersinggung. Tanpa basa basi, dia langsung memukul kedua orang mahasiswa tersebut," ungkapnya.
Berangkat dari itu lanjutnya, mahasiswa mempertanyakan terkait fasilitas dan pemecatan Ketua Lembaga. Pihaknya, meminta kepada pihak kampus untuk memperjelas soal akreditasi jurusan sosiologi. "Untuk tuntutan aksi kami hari ini (Rabu, red), meminta agar pihak Lembaga menjelaskan tentang aturan dan hak mahasiwa," ujarnya kesal.
Selain itu, pihaknya juga mempertanyakan tentang fungsi dan peranan petugas pengaman kampus atau Satpam di STKIP Bima ini. Masalahnya, satpam telah melakukan tindakan anarkis terhadap mahasiswa. Menurutnya itu tidak pantas dilakukan, karena sepengetahuannya satpam hanya bertugas sebagai penjaga bukan sebagai pengawal apalagi memukul mahasiswa yang melakukan aksi. "Masalah pemukulan itu telah dilaporkan ke Polisi. Tapi, kami meminta keadilan dari pihak kampus," tuturnya.
Liputan langsung Wartawan Koran Stabilitas, puluhan massa aksi melakukan orasi secara bergantian. Satu demi satu, kursi yang berada dalam ruang Kampus dikeluarkan dan dibakar ditengah Kampus setempat. Tidak ada satu pun, pihak lembaga yang melarang para mahasiswa mengambil dan membakar kursi itu. Ribuan mata mahasiswa STKIP Bima, hanya menyaksikan dan menonton aksi pembakaran aset kampus itu tanpa berkutik, apalagi menegur. Usai membakar kursi, puluhan mahasiswa kembali meluapkan kemarahannya dengan melempar dan merusaki gedung jendela kaca lembaga.
Mahasiswa juga sempat ingin merusaki mobil-mobil pribadi milik para dosen dan Ketua Lembaga yang terparkir di halaman Kampus. Tapi karena banyak mahasiswa lain melarang, pengrusakan mobil tidak jadi dilakukan.
Sementara pihak Lembaga STKIP Bima yang hendak dikonfirmasi sejumlah awak media, hingga saat ini belum berhasil dikonfirmasi. Karena, pimpinan kampus sedang tidak berada di tempat. "Pak Ketuanya lagi keluar pak,"ujar salah seorang yang mengaku staf ini, sembari meminta namanya tidak dikorankan. (KS-05)
Koordinator Aksi, Putra dalam orasinya mengungkapkan, pembakaran belasan kursi milik Kampus itu merupakan bentuk kritikan dan kekecewaan mahasiswa terhadap pihak lembaga. "Bila perlu, semua kursi kami bakar agar pihak Lembaga sadar," ungkapnya berapi-api saat berorasi, Rabu (29/4) pagi.
Saat demo yang digelar pada hari Selasa (28/4) kemarin lanjutnya, terjadi insiden pemukulan yang diduga dilakukan oleh pertugas pengaman Kampus. Korbannya bernama Suparman, mahasiswa semester empat jurusan Sosiologi warga Lambu Sumi dan Noval Ady Putra, mahasiswa semester enam jurusan sama asal Penana'e. "Saat demo pertama, satpan bernama Hendra merasa tersinggung. Tanpa basa basi, dia langsung memukul kedua orang mahasiswa tersebut," ungkapnya.
Berangkat dari itu lanjutnya, mahasiswa mempertanyakan terkait fasilitas dan pemecatan Ketua Lembaga. Pihaknya, meminta kepada pihak kampus untuk memperjelas soal akreditasi jurusan sosiologi. "Untuk tuntutan aksi kami hari ini (Rabu, red), meminta agar pihak Lembaga menjelaskan tentang aturan dan hak mahasiwa," ujarnya kesal.
Selain itu, pihaknya juga mempertanyakan tentang fungsi dan peranan petugas pengaman kampus atau Satpam di STKIP Bima ini. Masalahnya, satpam telah melakukan tindakan anarkis terhadap mahasiswa. Menurutnya itu tidak pantas dilakukan, karena sepengetahuannya satpam hanya bertugas sebagai penjaga bukan sebagai pengawal apalagi memukul mahasiswa yang melakukan aksi. "Masalah pemukulan itu telah dilaporkan ke Polisi. Tapi, kami meminta keadilan dari pihak kampus," tuturnya.
Liputan langsung Wartawan Koran Stabilitas, puluhan massa aksi melakukan orasi secara bergantian. Satu demi satu, kursi yang berada dalam ruang Kampus dikeluarkan dan dibakar ditengah Kampus setempat. Tidak ada satu pun, pihak lembaga yang melarang para mahasiswa mengambil dan membakar kursi itu. Ribuan mata mahasiswa STKIP Bima, hanya menyaksikan dan menonton aksi pembakaran aset kampus itu tanpa berkutik, apalagi menegur. Usai membakar kursi, puluhan mahasiswa kembali meluapkan kemarahannya dengan melempar dan merusaki gedung jendela kaca lembaga.
Mahasiswa juga sempat ingin merusaki mobil-mobil pribadi milik para dosen dan Ketua Lembaga yang terparkir di halaman Kampus. Tapi karena banyak mahasiswa lain melarang, pengrusakan mobil tidak jadi dilakukan.
Sementara pihak Lembaga STKIP Bima yang hendak dikonfirmasi sejumlah awak media, hingga saat ini belum berhasil dikonfirmasi. Karena, pimpinan kampus sedang tidak berada di tempat. "Pak Ketuanya lagi keluar pak,"ujar salah seorang yang mengaku staf ini, sembari meminta namanya tidak dikorankan. (KS-05)
COMMENTS