Tekad, keinginan dan ambisi untuk meraih kesuksesan merupakan impian juga hak bagi setiap warga Negara. Demikian halnya, dengan mimpi besar Hj. Dinda Damayanti Putri Ketua DPD II Golkar
Bima, KS.- Tekad, keinginan dan ambisi untuk meraih kesuksesan merupakan impian juga hak bagi setiap warga Negara. Demikian halnya, dengan mimpi besar Hj. Dinda Damayanti Putri Ketua DPD II Golkar Kabupaten Bimaa untuk meraih kemenangan pada Pemilukada 2016-2021 mendatang. Namun, ambisi politisi Srikandi tersebut tak selamanya berjalan mulus, ada tantangan, riak bahkan beragam asumsi atas tampilnya istri mendiang almarhum Mantan Bupati Bima, H. Fery Zulkarnain, ST terus bermunculan ditengah-tengah masyarakat. Apa saja, faktor yang dianggap menghalangi impian besar politisi golkar tersebut, berikut pernyataan Akademisi Pendidikan, Hartoyo,M.Pd kepada Koran Stabilitas.

Dinda-Dahlan
Menurut Hartoyo, rintangan serius sebagai penghambat keinginan Calon Bupati (Cabup) Bima yang berpasangan dengan Drs. Dahlan untuk meraih kemenangan yakni keberadaanya sebagai Putri asli kelahiran Dompu. Faktor lain, karena statusnya kaum Nisa (wanita). Sementara, rakyat Bima umumnya (Kota dan Kabupaten) hingga saat ini belum menerima pemimpin perempuan. "Sampai kapanpun, rakyat bima tidak akan pernah menerima bila dipimpin perempuan. Apalagi, Dinda bukan asli bima, tapi dompu. Jadi sangatlah tepat apabila rakyat tidak memilih Dinda. Mestinya perlu disadari, karena itu merupakan tantangan besar yang bakal memupuskan ambisi Dinda untuk menang," ujar Hartoyo menanggapi pilihan Dinda tampil sebagai Cabup dan meninggalkan jabatan Wakil Ketua DPRD.
Baginya, teramat dibutuhkan figur pemimpin merakyat, pekerja keras, memiliki jiwa membangun, Amanah lebih-lebih religius. Termasuk, berlatar belakang pendidikan jelas. Sebab, yang dipimpin bukan hanya rakyat biasa diluar pemerintahan. Melainkan, juga Aparatur Pemerintah dilingkaran birokrasi. Tentunya, berlatar belakang pendidikan jelas, minimal tamatan SMA. Itupun, hanya sebagian kecil, sementara yang lebih besar telah menyelesaikan pendidikan D2, D3,S1 bahkan ada yang sudah meraih predikat gelar Doktor. Jadi sebutnya, kepala daerah (pemimpin) harus memiliki latar belakang pendidikan jelas, minimal setara dengan yang dipimpinya."Saya sepakat ini momen politik. Tapi bukan berarti, pendidikan dikesampingkan. Bukankah, pemimpin itu panutan, contoh dan teladan bagi yang dipimpin. Kalau pemimpinya tamat SMA atau sejenisnya, sementara pendidikan yang dipimpin lebih tinggi , bagaimana metode kepemimpinan yang diterapkan. Jika seperti itu yang terjadi didaerah kita, bisa-bisa pemimpin dikelabui bawahanya. Karena, wawasan dan pengetahuan bawahan lebih besar dibanding atasan," tandasnya.
Efek dari pemimpin demikian jelasnya, perjalanan roda pemerintahan akan amburadul, praktek pelanggaran hukum merajalela, dan berpotensi terjadinya penyimpangan yang akan merusak citra daerah. Fatalnya, bahkan akan berimbas terhadap taraf hidup dan kesejahteraan ratusan ribu lebih rakyat kabupaten. Termasuk, beragam kebutuhan dan permasalahan yang sudah, sedang dihaadapi rakyat tidak akan teratasi (diselesaikan). Sejatinya, efek dari pemimpin dengan standar pendidikan standar sangat besar, apa rakyat mau masa depan daerah hancur hanya karena salah memilih pemimpin.
Praktis, rakyat harus cerdas memilih pemimpin, jangan memilih atas dasar kepentingan sesaat. Intinya, pilihlah pemimpin terbaik, latar belakang pendidikan jelas. Sebab, masa depan daerah lima tahun kedepan tergantung sungguh pemimpinya, pemimpin cerdas akan menciptakan rakyat yang cerdas pula."Sederhana saja, maju mundur, sukses dan tidaknya daerah tergantung pengetahuan dan kemampuan pemimpin. Nah, untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan pengetahuan didukung pengalaman juga kemauan. Sederhana saja, pengetahuan, pengalaman dan semua yang dimiliki pemimpin diperoleh dari pendidikan. Kita mesti sadar, pendidikan mengajarkan dari yang tidak menjadi tahu, pendidikan pula mengajarkan kita membedakan mana yang baik dan buruk," terangnya.
Disinggung dengan pertanyaan tentang kandidat mana saja (cabup-cawabup) yang memiliki latar belakang pendidikan, sehingga layak memimpin lima tahun berikutnya. Menjawab pertanyaan itu, Hartoyo mengaku terdapat pada masing-masing pasangan calon. Seperti pasangan Adi Mahyudi - Drs. A.Zubaer, H.Ar,M.Si, Dinda - Drs.Dahlan, Abdul Khayir,SH,MH - Drs. ABDUL HAMID, M.Si (independent), dan Drs. H.Syafrudin, HM.Nur, M.Pd,MM - Drs.H.Maskur, HMS (Syukur).
Namun tambahnya, dari sekian pasangan kandidat yang resmi maju pada momen pesta demokrasi 9 Desember 2015 mendatang lebih menonjol di pasangan Syukur. Karena, selain memiliki gelar Sarjana pendidikan, juga kemampuan serta pengalaman baik di dunia politik maupun birokrasi. Cabup H.Syafru pernah menjadi guru, pengusaha sukses, dua periode duduk sebagai wakil ketua dewan utusan PAN, Dosen Perguruan Tinggi dan menjabat Wabup sebelum dipercayakan menjalankan tugas sebagai bupati. Bicara hasil selama satu tahun lebih memimpin tak diragukan lagi. Karena sederet keberhasilan sukses ditorehkan. Sedangkan, H.Maskur, berpendidikan jelas dan memiliki SDM serta berpengalaman. Berkat kemaampuan yaang dimilikinya, figur cawabup itu diangkat menjadi Camat, Kepala BPMDes dan mengakhiri karier sebagai Sekretaris Daerah (Sekda).
"Tanpa di paparkan, saya rasa rakyat sudah mengetahui profil masing-masing calon. Sekarang tergantung rakyat, apakah memilih pemimpin terbaik dengan segala macam kelebihan, lebih-lebih pendidikan, ataukah justru sebaliknya mengorbankan daerah haanya karna memilih calon pemimpin yang tak didukung kemampuan SDM, memimpin dengan modal pengalaman bicara saja. Tapi semua itu tergantung pilihan rakyat, saya hanya memberikan pencerahan agar rakyat tidak salah memilih calon pemimpin," terangnya.
Sementara, Hj, Indah Damayanti Putri yang hendak dikonfirmasi guna perimbangan berita tidak berhasil. Dihubungi via Hand Phone (HP), tidak juga ditanggapi. Namun, wartawan Koran Stabilitas sudah mengirim pesan singkat tentang tujuan yang ingin dikonfirmasi. (KS-09)

Dinda-Dahlan
Menurut Hartoyo, rintangan serius sebagai penghambat keinginan Calon Bupati (Cabup) Bima yang berpasangan dengan Drs. Dahlan untuk meraih kemenangan yakni keberadaanya sebagai Putri asli kelahiran Dompu. Faktor lain, karena statusnya kaum Nisa (wanita). Sementara, rakyat Bima umumnya (Kota dan Kabupaten) hingga saat ini belum menerima pemimpin perempuan. "Sampai kapanpun, rakyat bima tidak akan pernah menerima bila dipimpin perempuan. Apalagi, Dinda bukan asli bima, tapi dompu. Jadi sangatlah tepat apabila rakyat tidak memilih Dinda. Mestinya perlu disadari, karena itu merupakan tantangan besar yang bakal memupuskan ambisi Dinda untuk menang," ujar Hartoyo menanggapi pilihan Dinda tampil sebagai Cabup dan meninggalkan jabatan Wakil Ketua DPRD.
Baginya, teramat dibutuhkan figur pemimpin merakyat, pekerja keras, memiliki jiwa membangun, Amanah lebih-lebih religius. Termasuk, berlatar belakang pendidikan jelas. Sebab, yang dipimpin bukan hanya rakyat biasa diluar pemerintahan. Melainkan, juga Aparatur Pemerintah dilingkaran birokrasi. Tentunya, berlatar belakang pendidikan jelas, minimal tamatan SMA. Itupun, hanya sebagian kecil, sementara yang lebih besar telah menyelesaikan pendidikan D2, D3,S1 bahkan ada yang sudah meraih predikat gelar Doktor. Jadi sebutnya, kepala daerah (pemimpin) harus memiliki latar belakang pendidikan jelas, minimal setara dengan yang dipimpinya."Saya sepakat ini momen politik. Tapi bukan berarti, pendidikan dikesampingkan. Bukankah, pemimpin itu panutan, contoh dan teladan bagi yang dipimpin. Kalau pemimpinya tamat SMA atau sejenisnya, sementara pendidikan yang dipimpin lebih tinggi , bagaimana metode kepemimpinan yang diterapkan. Jika seperti itu yang terjadi didaerah kita, bisa-bisa pemimpin dikelabui bawahanya. Karena, wawasan dan pengetahuan bawahan lebih besar dibanding atasan," tandasnya.
Efek dari pemimpin demikian jelasnya, perjalanan roda pemerintahan akan amburadul, praktek pelanggaran hukum merajalela, dan berpotensi terjadinya penyimpangan yang akan merusak citra daerah. Fatalnya, bahkan akan berimbas terhadap taraf hidup dan kesejahteraan ratusan ribu lebih rakyat kabupaten. Termasuk, beragam kebutuhan dan permasalahan yang sudah, sedang dihaadapi rakyat tidak akan teratasi (diselesaikan). Sejatinya, efek dari pemimpin dengan standar pendidikan standar sangat besar, apa rakyat mau masa depan daerah hancur hanya karena salah memilih pemimpin.
Praktis, rakyat harus cerdas memilih pemimpin, jangan memilih atas dasar kepentingan sesaat. Intinya, pilihlah pemimpin terbaik, latar belakang pendidikan jelas. Sebab, masa depan daerah lima tahun kedepan tergantung sungguh pemimpinya, pemimpin cerdas akan menciptakan rakyat yang cerdas pula."Sederhana saja, maju mundur, sukses dan tidaknya daerah tergantung pengetahuan dan kemampuan pemimpin. Nah, untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan pengetahuan didukung pengalaman juga kemauan. Sederhana saja, pengetahuan, pengalaman dan semua yang dimiliki pemimpin diperoleh dari pendidikan. Kita mesti sadar, pendidikan mengajarkan dari yang tidak menjadi tahu, pendidikan pula mengajarkan kita membedakan mana yang baik dan buruk," terangnya.
Disinggung dengan pertanyaan tentang kandidat mana saja (cabup-cawabup) yang memiliki latar belakang pendidikan, sehingga layak memimpin lima tahun berikutnya. Menjawab pertanyaan itu, Hartoyo mengaku terdapat pada masing-masing pasangan calon. Seperti pasangan Adi Mahyudi - Drs. A.Zubaer, H.Ar,M.Si, Dinda - Drs.Dahlan, Abdul Khayir,SH,MH - Drs. ABDUL HAMID, M.Si (independent), dan Drs. H.Syafrudin, HM.Nur, M.Pd,MM - Drs.H.Maskur, HMS (Syukur).
Namun tambahnya, dari sekian pasangan kandidat yang resmi maju pada momen pesta demokrasi 9 Desember 2015 mendatang lebih menonjol di pasangan Syukur. Karena, selain memiliki gelar Sarjana pendidikan, juga kemampuan serta pengalaman baik di dunia politik maupun birokrasi. Cabup H.Syafru pernah menjadi guru, pengusaha sukses, dua periode duduk sebagai wakil ketua dewan utusan PAN, Dosen Perguruan Tinggi dan menjabat Wabup sebelum dipercayakan menjalankan tugas sebagai bupati. Bicara hasil selama satu tahun lebih memimpin tak diragukan lagi. Karena sederet keberhasilan sukses ditorehkan. Sedangkan, H.Maskur, berpendidikan jelas dan memiliki SDM serta berpengalaman. Berkat kemaampuan yaang dimilikinya, figur cawabup itu diangkat menjadi Camat, Kepala BPMDes dan mengakhiri karier sebagai Sekretaris Daerah (Sekda).
"Tanpa di paparkan, saya rasa rakyat sudah mengetahui profil masing-masing calon. Sekarang tergantung rakyat, apakah memilih pemimpin terbaik dengan segala macam kelebihan, lebih-lebih pendidikan, ataukah justru sebaliknya mengorbankan daerah haanya karna memilih calon pemimpin yang tak didukung kemampuan SDM, memimpin dengan modal pengalaman bicara saja. Tapi semua itu tergantung pilihan rakyat, saya hanya memberikan pencerahan agar rakyat tidak salah memilih calon pemimpin," terangnya.
Sementara, Hj, Indah Damayanti Putri yang hendak dikonfirmasi guna perimbangan berita tidak berhasil. Dihubungi via Hand Phone (HP), tidak juga ditanggapi. Namun, wartawan Koran Stabilitas sudah mengirim pesan singkat tentang tujuan yang ingin dikonfirmasi. (KS-09)
COMMENTS