Meski saat ini harga daging sapi di Ibukota dan sejumlah Kota Besar melonjak tajam, namun di Bima harga daging sapi masih relatif stabil dan tidak tidak terpengaruh kenaikan tersebut.
Kota Bima, KS.- Meski saat ini harga daging sapi di Ibukota dan sejumlah Kota Besar melonjak tajam, namun di Bima harga daging sapi masih relatif stabil dan tidak tidak terpengaruh kenaikan tersebut. Hal ini disebabkan karena Daerah Bima merupakan pemasok daging sapi sehingga stoknya masih aman dan mencukupi kebutuhan masyarakat.
Ilustrasi
“Kenaikan harga daging di pusat saat ini memang terjadi, tapi tidak berpengaruh terhadap harga daging di Bima. Karena daerah Bima merupakan pemasok daging sapi,” terang Kabid Perdagangan Diskoperindag Kota Bima, Ratnaningsih, SE saat dihubungi Koran Stabilitas, Selasa (11/8) siang.
Ratnaningsih mengaku, harga daging sapi di Bima hanya sedikit mengalami kenaikan, itu pun terjadi saat lebaran kemarin. Harganya naik paling tinggi Rp.100 ribu per kilogram. Tapi sekarang sudah turun menjadi Rp.90 ribu per kilogram. “Harga tersebut masih wajar dan dipastikan akan berangsur turun,” ujarnya.
Sebalinya kata dia, komoditi lainnya berupa bawang merah saat ini harganya anjlok karena banyaknya produksi bawang. Hasil monitoring Diskoperindag harganya kini turun Rp.10 ribu hingga Rp.7 ribu per kilogram dari biasanya sekitar Rp.12 ribu hingga Rp17 ribu per kilogram. Apalagi Kota Bima bukan daerah produksi bawang merah.
Pihaknya belum mengetahui sampai kapan harga bawang merah tersebut turun. “Intinya kita tetap melakukan monitoring dan pemantauan rutin untuk mengecek perkembangan harga sembako dan kebutuhan penting lainnya,” sambung dia.
Seperti dikutip dari liputan6.com, pedagang mengeluhkan tingginya harga daging sapi yang sudah menembus Rp 130 ribu per kilogram (kg). Bahkan tingginya harga daging membuat penjualan pedagang susut hingga 40 persen. Mereka pun melakukan aksi mogok sebagai bentuk protes.
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan penurunan penjualan daging sapi di kalangan pedagang sampai saat ini mencapai 30-40 persen. Ini dikarenakan daya beli masyarakat yang juga rendah akibat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang juga rendah.
Dia berharap pemerintah segera mengambil solusi yang tepat untuk memastikan pasokan daging ke pasar lancar sehingga harga stabil dan omzet padagang normal seperti biasa. Sebab dia khawatir gejolak harga ini akan berkepanjangan dan menimbulkan ketidakpastian bagi pedagang, masyarakat dan dunia usaha. (KS-13)
Ilustrasi
“Kenaikan harga daging di pusat saat ini memang terjadi, tapi tidak berpengaruh terhadap harga daging di Bima. Karena daerah Bima merupakan pemasok daging sapi,” terang Kabid Perdagangan Diskoperindag Kota Bima, Ratnaningsih, SE saat dihubungi Koran Stabilitas, Selasa (11/8) siang.
Ratnaningsih mengaku, harga daging sapi di Bima hanya sedikit mengalami kenaikan, itu pun terjadi saat lebaran kemarin. Harganya naik paling tinggi Rp.100 ribu per kilogram. Tapi sekarang sudah turun menjadi Rp.90 ribu per kilogram. “Harga tersebut masih wajar dan dipastikan akan berangsur turun,” ujarnya.
Sebalinya kata dia, komoditi lainnya berupa bawang merah saat ini harganya anjlok karena banyaknya produksi bawang. Hasil monitoring Diskoperindag harganya kini turun Rp.10 ribu hingga Rp.7 ribu per kilogram dari biasanya sekitar Rp.12 ribu hingga Rp17 ribu per kilogram. Apalagi Kota Bima bukan daerah produksi bawang merah.
Pihaknya belum mengetahui sampai kapan harga bawang merah tersebut turun. “Intinya kita tetap melakukan monitoring dan pemantauan rutin untuk mengecek perkembangan harga sembako dan kebutuhan penting lainnya,” sambung dia.
Seperti dikutip dari liputan6.com, pedagang mengeluhkan tingginya harga daging sapi yang sudah menembus Rp 130 ribu per kilogram (kg). Bahkan tingginya harga daging membuat penjualan pedagang susut hingga 40 persen. Mereka pun melakukan aksi mogok sebagai bentuk protes.
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan penurunan penjualan daging sapi di kalangan pedagang sampai saat ini mencapai 30-40 persen. Ini dikarenakan daya beli masyarakat yang juga rendah akibat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang juga rendah.
Dia berharap pemerintah segera mengambil solusi yang tepat untuk memastikan pasokan daging ke pasar lancar sehingga harga stabil dan omzet padagang normal seperti biasa. Sebab dia khawatir gejolak harga ini akan berkepanjangan dan menimbulkan ketidakpastian bagi pedagang, masyarakat dan dunia usaha. (KS-13)
COMMENTS