Keluarga Usman, warga Kecamatan Sape, korban tewas saat proses penangkapan oleh Tim Buser Polres Bima Kota mengaku tidak akan tinggal diam.
Bima, KS.- Keluarga Usman, warga Kecamatan Sape, korban tewas saat proses penangkapan oleh Tim Buser Polres Bima Kota mengaku tidak akan tinggal diam. Setelah tujuh hari tewasnya Usman, pihak keluarga melaporkan tujuh buser tersebut ke Propam dan Reskrim Polres Bima Kota.
Rabu (26/8) kemarin, puluhan keluarga Usman memadati Ruangan Propam Polres Bima Kota. Kedatangan mereka dalam rangka memberikan keterangan kepada Polisi mengenai tewasnya Usman. Terlihat juga, isteri koban, Suciwati dan Adik Kandung Korban dimintai keterangan oleh Propam.
Setelah selesai memberikan keterangan, pihak keluarga juga memberikan keterangan pers kepada sejumlah awak Media Bima. Suciwati, isteri Korban membantah jika suaminya melawan dengan menggunakan golok. Dirinya sebagai saksi hidup dalam kasus penembakan oleh Anggota Buser terhadap suaminya.
Seperti yang ia ungkapkan kepada Media Stabilitas sebelumnya, sesaat sebelum detik-detik meninggal suaminya, keduanya sedang menonton televisi di dalam rumah. Korban saat itu sedang berbicara dengan temannya menggunakan Handphone. Tiba-tiba ada senter dari luar rumahnya. Korban menuju ke belakang rumahnya, sambil memegang Handphone.
Beberapa detik kemudian terdengar letusan senjata api. Karena penasaran, isteri korban lari dalam WC untuk melihat ke belakang rumah. “Saya saat itu langsung masuk WC untuk melihat apa yang terjadi hingga adanya suara tembakan,” ceritanya.
Ia pun melihat jelas suaminya terkapar dalam lubang pembuatan batu bata karena ditembak dari jarak dekat oleh Buser Polres Bima Kota. Bahkan, ketika itu Ia sempat melihat suaminya meminta tolong agar tidak ditembak lagi, namun tidak dihiraukan. Bahkan ada suara salah satu dari Anggota Buser yang mengatakan, jika permintaan tolong itu sudah terlambat. Buser terus menembak hingga korban tewas ditempat. ”Saya mendengar suara suami saya meminta tolong, tapi tidak didengar, mereka menembak suami saya yang sudah masuk ke dalam lubang,” terangnya.
Sesaat kemudian suaminya dilempar ke dalam Mobil Avanza hitam oleh Anggota buser. ”Suami saya langsung dibawa lari dalam keadaan tidak bernyawa,” kenangnya sedih.
Wanita yang biasa sapa Suci ini membantah jika saat itu suaminya membawa golok. Karena ia melihat secara jelas suasana malam kejadian tragis itu. Ia akan terus mencari keadilan atas tewasnya suami yang ia cinta itu. “Saya akan melihat golok itu di Reskrim Bima Kota, karena saya bisa mengenal golok milik suami saya, jangan-jangan itu upaya polisi untuk mencari kesalahan suami saya,” tegasnya.
Ia berharap adanya bantuan dari LSM dan Masyarakat dalam mendukung sikapnya melaporkan Anggota Buser. Karena ia melihat ada banyak kejanggalan yang dilakukan Polisi dalam menangkap suaminya. terutama saat penembakan yang tidak manusiawi itu. “Satu peluru saja orang sudah menyerah, tidak mungkin suami saya bisa melawan dengan empat peluru yang bersarang ditubuhnya. Saya melihat suami saya hanya tergeletak dalam lubang, karena sudah dilumpuhkan,” tandasnya.
Sementara itu, kedua anak korban masih terlihat depresi atas kejadian tersebut. Terbukti, saat ikut bersama keluarganya di Ruang Propam, nampak kedua anak itu hanya terdiam. Kedua anak itu yakni, Rosdiana (16) dan Maskur (6). Mereka juga ikut hadir dalam pemeriksaan saksi yang dilakukan oleh Propam kepada ibu dan bibinya.
Kedua anak itu lebih banyak terdiam dan menunduk. Rosdiana saat itu mengenakan baju warna biru dan jilbab warna hitam, sesekali melihat awak media, dan menunduk kembali. Sedangkan adiknya Maskur juga mengalami hal sama.
Suciwati mengaku semenjak ayahnya tewas, kedua anaknya jarang keluar rumah. Bahkan Rosdiana yang masih SMA itu, jarang sekali masuk Sekolah. Padahal sebelumnya kedua anak itu cerdas dan pintar. “Semenjak ayahnya tewas, anak saya lebih banyak mengurung diri dalam rumah,” ujar ibunya dengan nada terbata-bata menahan tangis.
Tidak hanya itu, keduanya sulit untuk bergaul dengan teman-teman sebayanya. Kadang hanya teman yang datang menghibur dan mengajak bermain. “Anak saya sudah tidak seperti dulu lagi, itu yang membuat saya sedih.” Ibanya,
Hampir tiap malam, ia memikirkan nasib kedua anaknya yang masih membutuhkan kasih sayang ayahnya. Ia berharap ada yang bisa mengembalikan keceriaan anaknya lagi. “Saya sangat kehilangan sosok suami saya yang begitu menyanyangi kedua anaknya, semoga Allah melapangkan kuburnya,” imbuh dia.
Sementara itu, Rosdiana yang hendak diwawancarai enggan memberikan komentar. Ia memilih menunduk dan tidak menjawab pertanyaan wartawan. “Itulah keadaan anak saya mas, dia masih trauma dan depresi,” kata Suci. (KS-17)
Rabu (26/8) kemarin, puluhan keluarga Usman memadati Ruangan Propam Polres Bima Kota. Kedatangan mereka dalam rangka memberikan keterangan kepada Polisi mengenai tewasnya Usman. Terlihat juga, isteri koban, Suciwati dan Adik Kandung Korban dimintai keterangan oleh Propam.
Setelah selesai memberikan keterangan, pihak keluarga juga memberikan keterangan pers kepada sejumlah awak Media Bima. Suciwati, isteri Korban membantah jika suaminya melawan dengan menggunakan golok. Dirinya sebagai saksi hidup dalam kasus penembakan oleh Anggota Buser terhadap suaminya.
Seperti yang ia ungkapkan kepada Media Stabilitas sebelumnya, sesaat sebelum detik-detik meninggal suaminya, keduanya sedang menonton televisi di dalam rumah. Korban saat itu sedang berbicara dengan temannya menggunakan Handphone. Tiba-tiba ada senter dari luar rumahnya. Korban menuju ke belakang rumahnya, sambil memegang Handphone.
Beberapa detik kemudian terdengar letusan senjata api. Karena penasaran, isteri korban lari dalam WC untuk melihat ke belakang rumah. “Saya saat itu langsung masuk WC untuk melihat apa yang terjadi hingga adanya suara tembakan,” ceritanya.
Ia pun melihat jelas suaminya terkapar dalam lubang pembuatan batu bata karena ditembak dari jarak dekat oleh Buser Polres Bima Kota. Bahkan, ketika itu Ia sempat melihat suaminya meminta tolong agar tidak ditembak lagi, namun tidak dihiraukan. Bahkan ada suara salah satu dari Anggota Buser yang mengatakan, jika permintaan tolong itu sudah terlambat. Buser terus menembak hingga korban tewas ditempat. ”Saya mendengar suara suami saya meminta tolong, tapi tidak didengar, mereka menembak suami saya yang sudah masuk ke dalam lubang,” terangnya.
Sesaat kemudian suaminya dilempar ke dalam Mobil Avanza hitam oleh Anggota buser. ”Suami saya langsung dibawa lari dalam keadaan tidak bernyawa,” kenangnya sedih.
Wanita yang biasa sapa Suci ini membantah jika saat itu suaminya membawa golok. Karena ia melihat secara jelas suasana malam kejadian tragis itu. Ia akan terus mencari keadilan atas tewasnya suami yang ia cinta itu. “Saya akan melihat golok itu di Reskrim Bima Kota, karena saya bisa mengenal golok milik suami saya, jangan-jangan itu upaya polisi untuk mencari kesalahan suami saya,” tegasnya.
Ia berharap adanya bantuan dari LSM dan Masyarakat dalam mendukung sikapnya melaporkan Anggota Buser. Karena ia melihat ada banyak kejanggalan yang dilakukan Polisi dalam menangkap suaminya. terutama saat penembakan yang tidak manusiawi itu. “Satu peluru saja orang sudah menyerah, tidak mungkin suami saya bisa melawan dengan empat peluru yang bersarang ditubuhnya. Saya melihat suami saya hanya tergeletak dalam lubang, karena sudah dilumpuhkan,” tandasnya.
Sementara itu, kedua anak korban masih terlihat depresi atas kejadian tersebut. Terbukti, saat ikut bersama keluarganya di Ruang Propam, nampak kedua anak itu hanya terdiam. Kedua anak itu yakni, Rosdiana (16) dan Maskur (6). Mereka juga ikut hadir dalam pemeriksaan saksi yang dilakukan oleh Propam kepada ibu dan bibinya.
Kedua anak itu lebih banyak terdiam dan menunduk. Rosdiana saat itu mengenakan baju warna biru dan jilbab warna hitam, sesekali melihat awak media, dan menunduk kembali. Sedangkan adiknya Maskur juga mengalami hal sama.
Suciwati mengaku semenjak ayahnya tewas, kedua anaknya jarang keluar rumah. Bahkan Rosdiana yang masih SMA itu, jarang sekali masuk Sekolah. Padahal sebelumnya kedua anak itu cerdas dan pintar. “Semenjak ayahnya tewas, anak saya lebih banyak mengurung diri dalam rumah,” ujar ibunya dengan nada terbata-bata menahan tangis.
Tidak hanya itu, keduanya sulit untuk bergaul dengan teman-teman sebayanya. Kadang hanya teman yang datang menghibur dan mengajak bermain. “Anak saya sudah tidak seperti dulu lagi, itu yang membuat saya sedih.” Ibanya,
Hampir tiap malam, ia memikirkan nasib kedua anaknya yang masih membutuhkan kasih sayang ayahnya. Ia berharap ada yang bisa mengembalikan keceriaan anaknya lagi. “Saya sangat kehilangan sosok suami saya yang begitu menyanyangi kedua anaknya, semoga Allah melapangkan kuburnya,” imbuh dia.
Sementara itu, Rosdiana yang hendak diwawancarai enggan memberikan komentar. Ia memilih menunduk dan tidak menjawab pertanyaan wartawan. “Itulah keadaan anak saya mas, dia masih trauma dan depresi,” kata Suci. (KS-17)
COMMENTS