Babinsa Kelurahan Jatiwangi Serda Dahlan, bersama Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Keluarahan Jatiwangi Anton, bersinergi membantu para petani diwilayah binaanya
Kota Bima,KS.- Babinsa Kelurahan Jatiwangi Serda Dahlan, bersama Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Keluarahan Jatiwangi Anton, bersinergi membantu para petani diwilayah binaanya. Hal tersebut terbukti dengan aktifnya kedua petugas lapangan tersebut mengawal berbagai program pertanian yang diperoleh sejumlah kelompok tani yang ada di Kelurahan Jatiwangi baik kelompok tani lahan tada hujan maupun kelompok tani persawahan.
Serda Dahlan yang didampingi PPL Anton, Kamis pagi turut membantu para petani yang tergabung dalam kelompok Tani La Cici Jatiwangi dalam kegiatan pemasangan pagar bronjong sepanjang 100 meter. “Kelompok tani yang ada di keluarahan Jatiwangi adalah binaan saya sesuai dengan perintah atasan. Dan apapun kegiatan kelompok saya sebagai Pembina harus terlibat langsung, karena saya dilapangan akan dimintai pertanggungjawaban sejauh mana pelaksanaan tugas saya mengawal program yang dikucurkan pemerintah kepada petani,”katanya saat diwawancarai wartawan Koran Stabilitas di area persawahan binaanya kamis pagi.
Dijelaskannya, keterlibatan TNI khususnya babinsa yang ada di tiap wilayah binaan, yaitu untuk mengawasi dan memantau setiap program dan bantuan yang turun ke setiap kelompok tani, baik itu anggaran yang bersumber dari APBD II, APBD I maupun APBN. “Kami ditugaskan untuk mengawasi bantuan yang turun, apakah bantuan itu betul betul diterima oleh petani atau tidak, selain itu kita juga diwajibkan untuk ikut menciptakan keamanan diwilayah binaan masing-masing,”ujarnya.
Ditahun 2016 ini, salah satu kelompok binaannya, mendapat program Demplot Jarwo seluas 15 hektar dengan anggaran yang bersumber dari APBD II Kota Bima. “ini semua dengan tujuan untuk meningkatkan produksi pertanian dalam menunjang swasa sembada pangan nasional. TNI di tiap tiap kelurahan diwajib untuk membantu para petani sehingga program yang ada terlaksana dengan baik dengan harapan tujuan program terwujud,”pungkasnya.
Sementara itu, PPL Keluarahan Jatiwangi Anton, secara teknis menjelaskan apa dan bagaimana Demplot Jarwo dimaksud. Menurutnya Jarwo adalah Jajar Legowo yang mana dalam setiap petak sawah akan memiliki tanaman pinggir yang banyak. “Karena sesuai dengan hasil penelitian, dimana tanaman yang ada dipinggir sangat subur berbeda dengan tanaman yang ada di tengahnya,dengan sistim Jarwo ini, diharapkan akan meningkatkan hasil produksi yang jauh lebih baik dibanding dengan sistim lokal atau kebiasaan petani sebelumnya, Keuntungan lain dari sistim taman Jarwo selain memper banyak jajar pinggir yaitu mempermudah penyemprotan dan pemupukan karena memiliki jalur yang tidak merusak tanaman,”jelasnya.
Dikemukakannya, hasil kesepakatan Sembalun Lombok, disetiap area pesawahan diwajibkan 30 persen menggunakan sistim tanam Jarwo, dengan harapan para petani dapat membedakan hasil produksinya antara sistim jarwo dan sistim lokal. “Secara perlahan kita dilapangan, berusaha untuk merubah pola pikir masyarakat petani, yang selama ini beranggapan membuang buang lahan karena terlalu banyak jajarnya. Padahal dengan banyak jajar maka tanaman akan semakin subur dan hasilnya meningkat,”pungkasnya. (KS-09)
Serda Dahlan yang didampingi PPL Anton, Kamis pagi turut membantu para petani yang tergabung dalam kelompok Tani La Cici Jatiwangi dalam kegiatan pemasangan pagar bronjong sepanjang 100 meter. “Kelompok tani yang ada di keluarahan Jatiwangi adalah binaan saya sesuai dengan perintah atasan. Dan apapun kegiatan kelompok saya sebagai Pembina harus terlibat langsung, karena saya dilapangan akan dimintai pertanggungjawaban sejauh mana pelaksanaan tugas saya mengawal program yang dikucurkan pemerintah kepada petani,”katanya saat diwawancarai wartawan Koran Stabilitas di area persawahan binaanya kamis pagi.
Dijelaskannya, keterlibatan TNI khususnya babinsa yang ada di tiap wilayah binaan, yaitu untuk mengawasi dan memantau setiap program dan bantuan yang turun ke setiap kelompok tani, baik itu anggaran yang bersumber dari APBD II, APBD I maupun APBN. “Kami ditugaskan untuk mengawasi bantuan yang turun, apakah bantuan itu betul betul diterima oleh petani atau tidak, selain itu kita juga diwajibkan untuk ikut menciptakan keamanan diwilayah binaan masing-masing,”ujarnya.
Ditahun 2016 ini, salah satu kelompok binaannya, mendapat program Demplot Jarwo seluas 15 hektar dengan anggaran yang bersumber dari APBD II Kota Bima. “ini semua dengan tujuan untuk meningkatkan produksi pertanian dalam menunjang swasa sembada pangan nasional. TNI di tiap tiap kelurahan diwajib untuk membantu para petani sehingga program yang ada terlaksana dengan baik dengan harapan tujuan program terwujud,”pungkasnya.
Sementara itu, PPL Keluarahan Jatiwangi Anton, secara teknis menjelaskan apa dan bagaimana Demplot Jarwo dimaksud. Menurutnya Jarwo adalah Jajar Legowo yang mana dalam setiap petak sawah akan memiliki tanaman pinggir yang banyak. “Karena sesuai dengan hasil penelitian, dimana tanaman yang ada dipinggir sangat subur berbeda dengan tanaman yang ada di tengahnya,dengan sistim Jarwo ini, diharapkan akan meningkatkan hasil produksi yang jauh lebih baik dibanding dengan sistim lokal atau kebiasaan petani sebelumnya, Keuntungan lain dari sistim taman Jarwo selain memper banyak jajar pinggir yaitu mempermudah penyemprotan dan pemupukan karena memiliki jalur yang tidak merusak tanaman,”jelasnya.
Dikemukakannya, hasil kesepakatan Sembalun Lombok, disetiap area pesawahan diwajibkan 30 persen menggunakan sistim tanam Jarwo, dengan harapan para petani dapat membedakan hasil produksinya antara sistim jarwo dan sistim lokal. “Secara perlahan kita dilapangan, berusaha untuk merubah pola pikir masyarakat petani, yang selama ini beranggapan membuang buang lahan karena terlalu banyak jajarnya. Padahal dengan banyak jajar maka tanaman akan semakin subur dan hasilnya meningkat,”pungkasnya. (KS-09)
COMMENTS