Namun, wacana yang sudah diambang pintu tersebut seolah sudah menjadi harga mati yang harus terlaksana.
Kota Bima, KS.– Meskipun, terdapat kubu yang menolak dengan rencana penggabungan dua sekolah yakni SDN 29 dan SDN 41 di Lingkungan Tanjung Kelurahan Tanjung Kecamatan Rasana,e Barat. Namun, wacana yang sudah diambang pintu tersebut seolah sudah menjadi harga mati yang harus terlaksana. Mengingat, manfaat dan keuntungan atas penggabungan dua SDN bertetangga dimaksud jauh lebih besar ketimbang mempertahankan demi memenuhi tuntutan kubu yang menolak rencana tersebut.
Hal itu disampaikan, Herman,M.Pd salah seorang Dosen Perguruan Tinggi Swasta (PTS-STKIP) Bima kelahiran Tanjung kepada Koran Stabilitas. Baginya, penolakan marger lantaran SDN 41 mengandung nilai sejarah (Historis) merupakan alasan konyol, dan tidak bisa diterima dengan akal sehat. Bahkan, puket III STKIP itu menilai dalih semacam itu hanya untuk menutupi kepentingan terselubung oknum atau kelompok tertentu.”Itu cuman alasan, justru saya mencium ada aroma kepentingan yang sangat besar dibalik penolakan itu. Yaa bisa jadi kepentingan oknum yang takut kehilangan jabatan,” ungkapnya menduga.
Menurutnya, keputusan pemerintah dalam kaitan itu merupakan langkah yang sangat tepat. Karena, penggabungan dua SDN bertetangga tersebut sangat besar manfaat dan keuntunganya, dibanding harus mempertahankan lantaran memenuhi tuntutan kubu yang kontrak (menolak marger).”Bagi yang berpikir normal, saya yakin akan menerima dengan lapang dada keputusan tersebut. Karena, manfaatnya jauh lebih besar ketimbang tidak dilakukan marger.” ujarnya.
Diakuinya, manfaat atau keuntungan yang akan diperoleh dari penggabungan dua sekolah tersebut, menjadi solusi terbaik dari permasalahan yang dihadapi SMPN 13 dan SDN 29. Sebab, selama ini dua sekolah dimaksud melaksanakan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dalam satu lokasi. Praktis, kekhawatiran akan terjadinya sesuatu yang tak diinginkan antara pelajar SDN dan SMP lantaran berada dalam satu lingkungan sekolah pun dapat teratasi. Selain itu, marger juga akan menguntungkan pemerintah salah satunya dari sektor keuangan. Bahkan sebutnya, mutu pendidikan terutama dilingkungan tersebut bakal mengalami peningkatan tak terbantahkan. Sejatinya, keputusan menggabungkan dua SD itu merupakan salah satu bentuk perhatian penting pemerintah terhadap mutu pendidikan dilingkungan yang selama ini dicap kumuh tersebut.”Pertimbangan yang paling penting adalah nasib generasi bangsa, bagaimana upaya kongkriet kita berbuat demi menyelamatkan masa depan mereka. Saya yakin, dengan marger SMP itu akan menjadi salah satu sekolah icon terutama bagi masyarakat setempat. Artinya, sekolah itu menjadi satu-satunya pilihan tepat bagi pelajar dari kelurahan tersebut,” tandasnya.
Tapi kalau seandainya langkah itu batal terlaksana, ia justru khawatir akan muncul gejolak dan akan berdampak buruk pada masa depan anak bangsa. Sehingga, mutu pendidikan dilingkungan setempat bukan semakin maju dan berkembang, tapi justru mengalami kemunduran. Solusi yang paling efektif dan tepat, pemerintah mesti melakukan marger dua SDN tersebut. Walaupun harus berhadapan dengan segelintir orang yang menolak dengan hal itu.”Apapun dalihnya, terlepas ada yang kontra, marger mesti terlaksana. Sekali lagi, saya tegaskkan marger adalah harga mati, saya bersama warga tanjung siap pasang badan demi terlaksananya hal itu,” tegasnya. (KS-03)
Hal itu disampaikan, Herman,M.Pd salah seorang Dosen Perguruan Tinggi Swasta (PTS-STKIP) Bima kelahiran Tanjung kepada Koran Stabilitas. Baginya, penolakan marger lantaran SDN 41 mengandung nilai sejarah (Historis) merupakan alasan konyol, dan tidak bisa diterima dengan akal sehat. Bahkan, puket III STKIP itu menilai dalih semacam itu hanya untuk menutupi kepentingan terselubung oknum atau kelompok tertentu.”Itu cuman alasan, justru saya mencium ada aroma kepentingan yang sangat besar dibalik penolakan itu. Yaa bisa jadi kepentingan oknum yang takut kehilangan jabatan,” ungkapnya menduga.
Menurutnya, keputusan pemerintah dalam kaitan itu merupakan langkah yang sangat tepat. Karena, penggabungan dua SDN bertetangga tersebut sangat besar manfaat dan keuntunganya, dibanding harus mempertahankan lantaran memenuhi tuntutan kubu yang kontrak (menolak marger).”Bagi yang berpikir normal, saya yakin akan menerima dengan lapang dada keputusan tersebut. Karena, manfaatnya jauh lebih besar ketimbang tidak dilakukan marger.” ujarnya.
Diakuinya, manfaat atau keuntungan yang akan diperoleh dari penggabungan dua sekolah tersebut, menjadi solusi terbaik dari permasalahan yang dihadapi SMPN 13 dan SDN 29. Sebab, selama ini dua sekolah dimaksud melaksanakan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dalam satu lokasi. Praktis, kekhawatiran akan terjadinya sesuatu yang tak diinginkan antara pelajar SDN dan SMP lantaran berada dalam satu lingkungan sekolah pun dapat teratasi. Selain itu, marger juga akan menguntungkan pemerintah salah satunya dari sektor keuangan. Bahkan sebutnya, mutu pendidikan terutama dilingkungan tersebut bakal mengalami peningkatan tak terbantahkan. Sejatinya, keputusan menggabungkan dua SD itu merupakan salah satu bentuk perhatian penting pemerintah terhadap mutu pendidikan dilingkungan yang selama ini dicap kumuh tersebut.”Pertimbangan yang paling penting adalah nasib generasi bangsa, bagaimana upaya kongkriet kita berbuat demi menyelamatkan masa depan mereka. Saya yakin, dengan marger SMP itu akan menjadi salah satu sekolah icon terutama bagi masyarakat setempat. Artinya, sekolah itu menjadi satu-satunya pilihan tepat bagi pelajar dari kelurahan tersebut,” tandasnya.
Tapi kalau seandainya langkah itu batal terlaksana, ia justru khawatir akan muncul gejolak dan akan berdampak buruk pada masa depan anak bangsa. Sehingga, mutu pendidikan dilingkungan setempat bukan semakin maju dan berkembang, tapi justru mengalami kemunduran. Solusi yang paling efektif dan tepat, pemerintah mesti melakukan marger dua SDN tersebut. Walaupun harus berhadapan dengan segelintir orang yang menolak dengan hal itu.”Apapun dalihnya, terlepas ada yang kontra, marger mesti terlaksana. Sekali lagi, saya tegaskkan marger adalah harga mati, saya bersama warga tanjung siap pasang badan demi terlaksananya hal itu,” tegasnya. (KS-03)
COMMENTS