$type=carousel$sn=0$cols=4$va=0$count=5$show=home

Komunitas Seni Bontomaranu, Dari Teater Ke Film

Tidak ketinggalan, Komunitas Seni Bontomaranu juga mengambil andil action dalam pelestarian seni dan budaya Bima.

Bima, KS.-Kesenian dan kebudayaan Bima mulai diperhatikan oleh berbagai pihak. Mulai dari kesenian klasik hingga kesenian modern. Tidak ketinggalan, Komunitas Seni Bontomaranu juga mengambil andil action dalam pelestarian seni dan budaya Bima. Komunitas yang dibentuk sejak Mei 2014 Di Desa Rada kec.Bolo Kabupaten Bima, oleh seorang seniman muda Surpriadin, S.Pd yang familiar disapa SR Yadien ini sangat serius dalam melestarikan budaya dan kesenian Bima. Hal tersebut terlihat dari beberapa kegiatan dan aktifitas yang dilakukan dalam komunitas tersebut. Antara lain Pentas Kebangkitan Pemuda (2014) yang bertujuan membangun semangat seni generasi muda, Pentas Seni Islam (2014), Pameran Seni Rupa (2015) yang bertujuan membangun kesadaran generasi akan seni rupa.

Selain itu Komunitas Seni Bontomaranu yang dinahkodai oleh SR Yadien ini juga pernah ikut andil dalam kegiatan seni dan budaya lain, antara lain Festival Sangiang Api, Pentas Amal Untuk Sigi Na’e (Gerakan Dua Ribu Untuk Sigi Na’e), serta ikut dalam diskusi-diskusi seni dan budaya yang di adakan di kabupaten maupun di Kota Bima .

Komunitas seni bontomaranu pertama kali dibentuk dengan tujuan sebagai wadah bagi anak-anak muda Dana Mbojo yang memiliki minat dan bakat seni untuk sama-sama belajar dan berproses. Di dalam komunitas seni bontomaranu terdapat beberapa bidang seni yang dapat digeluti oleh anggota yang telah bergabung, antara lain bidang kepenulisan, bidang puisi, bidang teater, bidang seni rupa dan bidang intfigasi.

Meskipun komunitas seni bontomaranu adalah komunitas yang bergelut di dunia seni, namun mereka tidak menutup diri pada kegiatan social dan kemanusiaan. Beberapa kegiatan social dan kemanusiaan yang telah dilakukan oleh komunitas seni bontomaranu adalah, menggalang dana bantuan untuk korban erupsi sangiang api, mendampingi Karmani, pasien tidak mampu untuk berobat di rumah sakit Sangrilla Denpasar, mendampingi Haris, pasien tidak mampu untuk berobat di rumah sakit Denpasar, menggalang dana bantuan untuk korban kebakaran bajo pulo.

Saat di temui oleh media stabilita Sabtu, (14/02) Kemarin di markasanya. Pimpinan Komunitas seni Bontomaranu SR Yadien mengatakan, diusianya yang mencapai dua tahun ini, komunitas seni bontomaranu kembali menciptakan karya baru. “Sekarang kita sendang focus menggarap sebuah film dengan latar Bima. Film ini berjudul Menghitung Gerimis”tuturnya.

Dalam pembuatan Film yang judul Menghitung Gerimis ini, diperankan oleh civitas-civitas Komunitas Seni Bontomaranu yang sudah melalui tahap seleksi oleh sutradara. Adapun nama-nama Civitas-Civitas yang berperan dalam pembutan film ini antara lain,Nur fitriatunnisa berperan sebagai Ainun, Ardiasyah sebagai Nurdin, Iyan kholid berperan sebagai Ikbal,Salman faris berperan sebagai pemuda.

Menurut SR Yadien yang juga penulis skenario sekaligus sutradara dalam film tersebut, film menghitung gerimis ini bercerita tentang kisah cinta pemuda dana mbojo yang setia. “Saya coba mengangkat sisi lain dari seorang pemuda dana mbojo. seorang pemuda dana mbojo selain perkasa, dia juga memiliki sisi melangkolis.”tambahnya.

Film ini terinsipirasi dari novel yang ditulisnya yang pertama yang berjudul Saat Hati Berisyarat Lewat Mata, selain itu a juga mengkombinasikan dengan hal-hal baru yang ditemukan di lingkungan dana mbojo. Kemudian ketika ditanya soal pengambilan civitas Komunitas Seni Bontomaranu sebagai pemeran dalam film tersebut, dia menjelaskan bahwa itu sebagai upaya pengembangan terhadap kemampuan akting civitas Komunitas Seni Bontomaranu dalam berteater. “Ini adalah bagian dari upaya pengembangan kemampaun akting yang dimiliki oleh civitas Komunitas Seni Bontomaranu. Sebelum ini mereka sudah mementaskan beberapa teater, lalu saya berpikir bagaimana kalau mereka berekting di dalam sebuah film juga,”jelasnya.

Dalam pembuatan film Menghitung Gerimis ini, sutradara memilih tempat-tempat wisata Bima sebagai lokasi syutingnya yang ada di Kabupaten Bima dan Kota Bima. “Sebagai lokasi syuting dalam film ini saya memilih tempat-tempat wisata Bima, baik yang sudah diketahui banyak orang maupun yang tidak diketahui sama sekali. Antara lain,bukit punti ,pulau kambing,dermaga bajo,pasir putih,taman kota ,taman kelaki asi mbojo,dana traha dll. Tujuannya adalah agar orang mengetahui tempat-tempat wisata Bima yang menurut saya keren sekali. Karena dalam film ini selain mengangkat persoalan cinta yang ada dalam ceritanya, saya juga ingin mengenalkan tempat-tempat wisata Bima lewat film,” terangnya.

Bicara perfilman, tentu dalam proses pembuatannya sangat memerlukan biaya. Biaya itu bisa dari pemerintah atau dari sponsor. Namun dalam pembuatan film Menghitung Gerimis ini Komunitas Seni Bontomaranu sama sekali tidak memiliki dana. “Soal anggaran, kami tidak ada yang mendanai, atau yang mensponsori. Jikapun dalam proses pembuatan film ini membutuhkan biaya, maka kami yang ada di dalam komunitas akan patungan. Dan kami berupaya sebisa mungkin untuk meminimalisir pengeluaran anggaran yang besar”urainya.

Ketika ditanya tentang alasannya memberanikan diri membuat film dengan anggaran yang tidak ada?, “Kami berani, karena kami yakin bahwa setiap hal itu tidak ada yang tidak mungkin ketika niat, usaha dan keyakina itu berbanding lurus.” Jawabnya sambil tersenyum.

Membuat film tentu tidak seindah yang dibayangkan, ada banyak hambatan dan rintangan yang harus dilewati. Komunitas seni bontomaranu sendiri sering kali mendapatkan hambatan dalam proses syuting film tersebut, mulai dari hujan-hujan dan kejebak banjir saat proses syuting, sampai ke persoalan peralatan. “Kalau soal hambatan, lumayan banyak. Kami pernah syuting sambil kehujanan, atau pulang syuting kehujanan lalu kejebak banjir di tengah jalan, kemudian kesulitan mengambil kondisi sore yang diharapkan seperti dalam scenario karena setiap sore pasti hujan, bahkan kami juga kesulitan dalam soal peralatan. Kamera ini saja kami pijam dari teman karena memang kami tidak memiliki kamera sendiri. Kalau soal lapar dan haus jangan ditanya lagi” paparnya sambil tersenyum.(KS-10)

COMMENTS

BLOGGER




Nama

Featured,1634,Hukum Kriminal,2145,Kesehatan,387,Korupsi,754,Olahraga,236,Opini,135,Pemerintahan,1562,Pendidikan,832,Politik,1278,Sosial Ekonomi,2608,
ltr
item
Koran Stabilitas: Komunitas Seni Bontomaranu, Dari Teater Ke Film
Komunitas Seni Bontomaranu, Dari Teater Ke Film
Tidak ketinggalan, Komunitas Seni Bontomaranu juga mengambil andil action dalam pelestarian seni dan budaya Bima.
Koran Stabilitas
https://www.koranstabilitas.com/2016/02/komunitas-seni-bontomaranu-dari-teater.html
https://www.koranstabilitas.com/
https://www.koranstabilitas.com/
https://www.koranstabilitas.com/2016/02/komunitas-seni-bontomaranu-dari-teater.html
true
8582696224840651461
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share. STEP 2: Click the link you shared to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy