Kini pengelola SMA Alhidayah Bima, juga tengah membangun asrama untuk tempat tinggal siswa-siswi yang berdomisili di luar
Bima, KS.- Banyaknya sekolah baru yang dibangun oleh warga Kabupaten dan Kota Bima dalam beberapa tahun terakhir ini, membuat para calon siswa-siswi baru sulit menentukan sikap, sekolah mana yang akan menjadi pilihan terakhir untuk melanjutkan studinya, baik di tingkat SMP/MTS maupun SMA/MAN.
Namun paradigma terkait keputusan sekolah untuk melanjutkan studi, warga Bima lebih cenderung memilih sekolah Negeri, ketimbang menyekolahkan anak mereka di sekolah swasta. Apalagi saat ini banyak sekolah swasta yang dibangun dengan modal nekad, sehingga fasilitas untuk kebutuhan para calon siswa baru tak mampu disediakan oleh pihak manajemen sekolah. Itulah yang menjadi salah satu alasan dasar, kenapa masyarakat Bima tidak ingin anaknya untuk berlanjut belajar di sekolah swasta, seperti SATAP, MTS/Ponpes, dan juga SMA/MAN.
Untuk mengubah pola pikir masyarakat seperti itu, tidak semudah membalik telapak tangan. Melainkan harus ada langkah-langkah konkrit yang dilakukan oleh pihak management sekolah, agar harapan untuk memiliki siswa-siswi yang banyak dapat terwujud. Salah satu strategis yang sangat tepat untuk memancing animo para orang tua siswa, terutama siswa itu sendiri, yaitu selain menyediakan fasilitas pendidikan, juga menyediakan tempat tinggal berupa asrama untuk siswa-siswi secara terpisah.
Hasil pantauan Wartawan Koran Stabilitas, di Kota Bima, baru SMA Muhammadyah Bima yang menyediakan asrama untuk siswa-siswinya, bahkan sekolah milik Organisasi Muhammadiyah tersebut menyediakan fasilitas tempat praktek Informatika dan Teknologi (IT) untuk siswanya, mulai dari siswa SMP hingga SMA.
Tak ketinggalan dengan pola management SMA Muhammadiyah tersebut. Kini pengelola SMA Alhidayah Bima, juga tengah membangun asrama untuk tempat tinggal siswa-siswi yang berdomisili di luar Wilayah Kota Bima. Bahkan pihak pemilik sekolah setempat, akan memberikan kesempatan bagi siswa yang berdomisili di Kota Bima, untuk tinggal di asrama.
“Sebenarnya sudah lama kami menyediakan asrama untuk siswa-siswi, namun di Tahun 2016 sekarang, kami menambah lagi pembangunan asrama. Harapan kami adalah siswa-siswi SMA Alhidayah Bima tidak ada lagi mengeluh soal sewa kos atau rumah, karena kami menyediakan asrama gratis untuk mereka,”kata Kepala Sekolah (Kasek) SMA Alhidayah Bima, Erin Ruhunnisah, S.Pd saat ditemui di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.
Diakuinya, tiap tahun terus dihadapkan dengan kurangnya siswa baru yang daftar di sekolah yang dibangun oleh bapaknya Drs. H. Abdul Latif itu. Kendati hanya mendapat 15-20 siswa baru untuk kelas satu, namun tetap menerima siswa pindahan dari berbagai sekolah di Wilayah Kabupaten dan Kota Bima, juga dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Buktinya, sekarang jumlah siswa dari kelas I, II dan Kelas sebanyak 169 orang.
“Ya, Alhamdulillah, jumlah siswa-siswi di SMA Salahudin tiap tahunnya tetap diatas angka seratus lebih, bahkan hampir mencapai dua ratusan siswa secara totalitas,”imbuhnya.
Erin jugamengaku kewalahan menghadapai siswa, bahkan guru yang mestinya menjadi panutan tetap diberikan pembinaan berkali-kali oleh pihak management sekolah. Masalahnya, terjadi pengalaman berkali-kali sejak sekolah dibangun hingga sekarang, tetap ada oknum guru yang nakal. Maksudnya, nakal dalam bersikap, termasuk memalsukan tandatangan, juga membuat stempel ganda.
“Dan semua guru nakal dan bandel dikeluarkan dari sekolah. Karena kami tidak ingin ada oknum pendidik yang tidak memiliki integritas di sekolah ini. Kami membangun sekolah ini dengan tujuan untuk memberi lapangan kerja bagi anak bangsa yang memiliki ilmu pengetahuan, kemudian ilmunya itu disalurkan ke orang lain yaitu siswa-siswi yang ada,”urainya.
Di akhir penyampaian mengenai hiruk pikuk pendidikan swasta sejak dulu hingga sekarang tersebut, Erin berharap agar masyarakat Bima tidak permanen menentukan sekolah bagi anak-anaknya untuk sekolah di sekolah Negeri.”Ingat, banyak sekolah swasta sekarang yang jauh lebih bagus mutu dan kualitas pendidikan, dibandingkan dengan sekolah negeri. Dan SMA Alhidayah Bima sekarang tengah membangun asrama untuk tempat tinggal siswa-siswi, baik siswa baru maupun yang sudah duduk kelas dua dan tiga,” tandasnya. (KS-01)
Namun paradigma terkait keputusan sekolah untuk melanjutkan studi, warga Bima lebih cenderung memilih sekolah Negeri, ketimbang menyekolahkan anak mereka di sekolah swasta. Apalagi saat ini banyak sekolah swasta yang dibangun dengan modal nekad, sehingga fasilitas untuk kebutuhan para calon siswa baru tak mampu disediakan oleh pihak manajemen sekolah. Itulah yang menjadi salah satu alasan dasar, kenapa masyarakat Bima tidak ingin anaknya untuk berlanjut belajar di sekolah swasta, seperti SATAP, MTS/Ponpes, dan juga SMA/MAN.
Untuk mengubah pola pikir masyarakat seperti itu, tidak semudah membalik telapak tangan. Melainkan harus ada langkah-langkah konkrit yang dilakukan oleh pihak management sekolah, agar harapan untuk memiliki siswa-siswi yang banyak dapat terwujud. Salah satu strategis yang sangat tepat untuk memancing animo para orang tua siswa, terutama siswa itu sendiri, yaitu selain menyediakan fasilitas pendidikan, juga menyediakan tempat tinggal berupa asrama untuk siswa-siswi secara terpisah.
Hasil pantauan Wartawan Koran Stabilitas, di Kota Bima, baru SMA Muhammadyah Bima yang menyediakan asrama untuk siswa-siswinya, bahkan sekolah milik Organisasi Muhammadiyah tersebut menyediakan fasilitas tempat praktek Informatika dan Teknologi (IT) untuk siswanya, mulai dari siswa SMP hingga SMA.
Tak ketinggalan dengan pola management SMA Muhammadiyah tersebut. Kini pengelola SMA Alhidayah Bima, juga tengah membangun asrama untuk tempat tinggal siswa-siswi yang berdomisili di luar Wilayah Kota Bima. Bahkan pihak pemilik sekolah setempat, akan memberikan kesempatan bagi siswa yang berdomisili di Kota Bima, untuk tinggal di asrama.
“Sebenarnya sudah lama kami menyediakan asrama untuk siswa-siswi, namun di Tahun 2016 sekarang, kami menambah lagi pembangunan asrama. Harapan kami adalah siswa-siswi SMA Alhidayah Bima tidak ada lagi mengeluh soal sewa kos atau rumah, karena kami menyediakan asrama gratis untuk mereka,”kata Kepala Sekolah (Kasek) SMA Alhidayah Bima, Erin Ruhunnisah, S.Pd saat ditemui di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.
Diakuinya, tiap tahun terus dihadapkan dengan kurangnya siswa baru yang daftar di sekolah yang dibangun oleh bapaknya Drs. H. Abdul Latif itu. Kendati hanya mendapat 15-20 siswa baru untuk kelas satu, namun tetap menerima siswa pindahan dari berbagai sekolah di Wilayah Kabupaten dan Kota Bima, juga dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Buktinya, sekarang jumlah siswa dari kelas I, II dan Kelas sebanyak 169 orang.
“Ya, Alhamdulillah, jumlah siswa-siswi di SMA Salahudin tiap tahunnya tetap diatas angka seratus lebih, bahkan hampir mencapai dua ratusan siswa secara totalitas,”imbuhnya.
Erin jugamengaku kewalahan menghadapai siswa, bahkan guru yang mestinya menjadi panutan tetap diberikan pembinaan berkali-kali oleh pihak management sekolah. Masalahnya, terjadi pengalaman berkali-kali sejak sekolah dibangun hingga sekarang, tetap ada oknum guru yang nakal. Maksudnya, nakal dalam bersikap, termasuk memalsukan tandatangan, juga membuat stempel ganda.
“Dan semua guru nakal dan bandel dikeluarkan dari sekolah. Karena kami tidak ingin ada oknum pendidik yang tidak memiliki integritas di sekolah ini. Kami membangun sekolah ini dengan tujuan untuk memberi lapangan kerja bagi anak bangsa yang memiliki ilmu pengetahuan, kemudian ilmunya itu disalurkan ke orang lain yaitu siswa-siswi yang ada,”urainya.
Di akhir penyampaian mengenai hiruk pikuk pendidikan swasta sejak dulu hingga sekarang tersebut, Erin berharap agar masyarakat Bima tidak permanen menentukan sekolah bagi anak-anaknya untuk sekolah di sekolah Negeri.”Ingat, banyak sekolah swasta sekarang yang jauh lebih bagus mutu dan kualitas pendidikan, dibandingkan dengan sekolah negeri. Dan SMA Alhidayah Bima sekarang tengah membangun asrama untuk tempat tinggal siswa-siswi, baik siswa baru maupun yang sudah duduk kelas dua dan tiga,” tandasnya. (KS-01)
COMMENTS