20 orang warga asal Desa Oi Katupa Kecamatan Tambora datang ke perkemahan darurat di eks kantor Bupati Bima, Senin (5/9) kemarin.
Bima, KS.- 20 orang warga asal Desa Oi Katupa Kecamatan Tambora datang ke perkemahan darurat di eks kantor Bupati Bima, Senin (5/9) kemarin. Kehadiran armada tambahan ini untuk membantu perjuangan saudara dan kerabatnya yang sudah belasan hari berkemah sembari menunggu hasil keputusan dari Pemerintah Kabupaten Bima tentang pencabutan ijin PT. Sanggar Agro Karya Persada (SAKP) yang diklaimnya telah mencaplok dan merampas lahan milik warga.

ilustrasi
Dari penuturan salah seorang warga yang baru datang dari Desa Oi Katupa, Abdullah (65) mengatakan, kedatangan dirinya bersama 20 orang warga lainnya untuk ikut membantu gerakan karena memang demo untuk ‘mengusir’ PT. SAKP adalah kesepakatan bersama dari mayoritas masyrakat di Desa Oi Katupa. Kata dia, di awal gerakan ini di bangun, sebagian warga saja yang datang berdemo dan sebagian lagi tetap di desa. Namun, jika keadaan demo mengalami kebuntuan, maka seluruh rakyat di Desa Oi Katupa akan datang seluruhnya dan bergabung bersama menuntut Pemerintah Kabupaten Bima untuk berjuang bersama-sama di sini.
“Hasil Rapat bersama seluruh mayoritas warga Desa Katupa bahwa kami semua telah sepakat akan terus memperjuangkan lahan dan hak kami yang telah diakui oleh negara lewat diterbitkannya SPPT di tahun 2010 maupun Perda pembentukan Desa Oi Katupa di tahun 2012 lalu,” terangnya.
Senada dengan warganya, Kepala Desa Muhidin mengaku akan tetap bersama warga yang tergabung dalam Gerakan Nasional Penegakan (GNP) Pasal 33 UUD 1945 dan tetap akan konsisten sampai mati untuk terus berjuang mengambil kembali lahan dan tanah rakyat di Dea Oi Katupa yang telah di kuasai PT. SAKP saat ini.
“Ini bukan persoalan perusahaan tersebut memberikan lapangan kerja buat masyarakat, tapi ini persoalan hak rakyat yang diatur dalam konstitusi. Jadi, kami 20 orang bergabung sekarang siap mendukung perjuangan GNP, apapun yang terjadi kami siap menerima resikonya,” ujar Muhidin, Senin (5/9).
Ditambahkannya, bertambahnya warga yang datang dan sebagian besar kalangan perempuan ini untuk mendukung GNP tentu sebuah motivasi tersendiri dalam menyemangat gerakan yang sedang berjalan saat ini.
“Kami menjadi lebih termotivasi dengan kedatangan para warga tambahan asal Desa Oi Katupa. Meski kami sudah sakit-sakitan, kami tetap harus melanjutkan perjuangan ini. Bila mati, kami sepakat untuk dikuburkan di sini,” katanya. (KS-08)

ilustrasi
Dari penuturan salah seorang warga yang baru datang dari Desa Oi Katupa, Abdullah (65) mengatakan, kedatangan dirinya bersama 20 orang warga lainnya untuk ikut membantu gerakan karena memang demo untuk ‘mengusir’ PT. SAKP adalah kesepakatan bersama dari mayoritas masyrakat di Desa Oi Katupa. Kata dia, di awal gerakan ini di bangun, sebagian warga saja yang datang berdemo dan sebagian lagi tetap di desa. Namun, jika keadaan demo mengalami kebuntuan, maka seluruh rakyat di Desa Oi Katupa akan datang seluruhnya dan bergabung bersama menuntut Pemerintah Kabupaten Bima untuk berjuang bersama-sama di sini.
“Hasil Rapat bersama seluruh mayoritas warga Desa Katupa bahwa kami semua telah sepakat akan terus memperjuangkan lahan dan hak kami yang telah diakui oleh negara lewat diterbitkannya SPPT di tahun 2010 maupun Perda pembentukan Desa Oi Katupa di tahun 2012 lalu,” terangnya.
Senada dengan warganya, Kepala Desa Muhidin mengaku akan tetap bersama warga yang tergabung dalam Gerakan Nasional Penegakan (GNP) Pasal 33 UUD 1945 dan tetap akan konsisten sampai mati untuk terus berjuang mengambil kembali lahan dan tanah rakyat di Dea Oi Katupa yang telah di kuasai PT. SAKP saat ini.
“Ini bukan persoalan perusahaan tersebut memberikan lapangan kerja buat masyarakat, tapi ini persoalan hak rakyat yang diatur dalam konstitusi. Jadi, kami 20 orang bergabung sekarang siap mendukung perjuangan GNP, apapun yang terjadi kami siap menerima resikonya,” ujar Muhidin, Senin (5/9).
Ditambahkannya, bertambahnya warga yang datang dan sebagian besar kalangan perempuan ini untuk mendukung GNP tentu sebuah motivasi tersendiri dalam menyemangat gerakan yang sedang berjalan saat ini.
“Kami menjadi lebih termotivasi dengan kedatangan para warga tambahan asal Desa Oi Katupa. Meski kami sudah sakit-sakitan, kami tetap harus melanjutkan perjuangan ini. Bila mati, kami sepakat untuk dikuburkan di sini,” katanya. (KS-08)
COMMENTS