Krisis air bersih yang dialami Warga Sarata Kelurahan Paruga Kecamatan Rasanae Barat Kota Bima, sudah berlangsung lama. Pemicunya, karena t...
Krisis air bersih yang dialami Warga Sarata Kelurahan Paruga Kecamatan Rasanae Barat Kota Bima, sudah berlangsung lama. Pemicunya, karena tidak lancarnya penyaluran air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Solusinya, Pemerintah Kota (Pemkot) Bima melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mendroping air dengan menggunakan Mobil Tangki. Celakanya, upaya dalam kaitan itu bukan mengurangi beban masyarakat setempat. Tapi, justru semakin menambah. Masalahnya, Instansi itu diduga kuat menjual air bersih kepada Warga dengan harga Ratusan Ribu Pertangki.
KOTA BIMA, KS. – “Untuk memperoleh air bersih, kami harus membayar Rp.100 Ribu hingga Rp.150 Ribu per tangki. Itu terjadi setiap kali pendistribusian air,” ungkap beberapa Ibu Rumah Tangga (IRT) di BTN Sarata kepada Koran Stabilitas belum lama ini.
Bayangkan lanjut Ibu-Ibu, berapa keuntungan yang didapat dalam setiap kali pendistribusian air. Pasalnya, jual beli air seharga ratusan ribu per tangki dihitung setiap lorong atau gang yang ada. Artinya, semakin banyak lorong, maka semakin besar keuntungan yang diraup dalam satu kali pendistribusian.”Hitung saja, berapa banyak lorong yang ada di BTN ini dikali Rp.100 ribu sampai Rp.150 Ribu per tangki. Sepuluh lorong saja, sudah berapa duit,” beber mereka.
Nominal yang didapat dari hasil praktek dalam kaitan itu, sepertinya tidak sedikit. Sebab, itu baru satu kali droping air. Warga mengaku terdapat tiga kali pendistribusian dengan harga yang telah ditentukan. Artinya,untuk memenuhi kebutuhan air bersih saja, warga harus menghabiskan Uang Jutaan Rupiah per Bulan.”Guna membeli air bersih, kami harus menghabiskan uang jutaan rupiah. Bagaimana kalau satu Tahun, bukan mengurangi beban tapi malah menambah penderitaan,” ujar Ibu-Ibu.
Karena itu, Warga dengan tegas meminta kepada Pemerintah untuk secepatnya mencarikan jalan keluar terbaik dalam mengatasi persoalan tersebut. Mengingat, air merupakan kebutuhan pokok yang mesti tersedia setiap saat. Apabila belum ada solusi lain, minimal memberi peringatan keras kepada BPBD atas dugaan jual beli air bersih tersebut.”Walau tidak gratis, ya cukup ganti ongkos Bahan Bakar Minyak (BBM) atau sekedar Uang Rokok. Jadi tidak dengan harga sebesar ini. Pokoknya, kami minta pemkot segera mengatasi masalah yang sudah dan sedang kami hadapi,” pintanya tegas.
Kepala BPBD Kota Bima, H.Syarafudinyang hendak dikonfirmasi seputar dugaan itu tidak berhasil ditemui. Didatangi di Kantornya selama dua hari, tidak juga dijumpai. Begitupun, ketika dihubungi Via Hand Phone (HP). Namun, Wartawan Koran Stabilitas sudah mengirim SMS. (KS – Anh)
KOTA BIMA, KS. – “Untuk memperoleh air bersih, kami harus membayar Rp.100 Ribu hingga Rp.150 Ribu per tangki. Itu terjadi setiap kali pendistribusian air,” ungkap beberapa Ibu Rumah Tangga (IRT) di BTN Sarata kepada Koran Stabilitas belum lama ini.
Bayangkan lanjut Ibu-Ibu, berapa keuntungan yang didapat dalam setiap kali pendistribusian air. Pasalnya, jual beli air seharga ratusan ribu per tangki dihitung setiap lorong atau gang yang ada. Artinya, semakin banyak lorong, maka semakin besar keuntungan yang diraup dalam satu kali pendistribusian.”Hitung saja, berapa banyak lorong yang ada di BTN ini dikali Rp.100 ribu sampai Rp.150 Ribu per tangki. Sepuluh lorong saja, sudah berapa duit,” beber mereka.
Nominal yang didapat dari hasil praktek dalam kaitan itu, sepertinya tidak sedikit. Sebab, itu baru satu kali droping air. Warga mengaku terdapat tiga kali pendistribusian dengan harga yang telah ditentukan. Artinya,untuk memenuhi kebutuhan air bersih saja, warga harus menghabiskan Uang Jutaan Rupiah per Bulan.”Guna membeli air bersih, kami harus menghabiskan uang jutaan rupiah. Bagaimana kalau satu Tahun, bukan mengurangi beban tapi malah menambah penderitaan,” ujar Ibu-Ibu.
Karena itu, Warga dengan tegas meminta kepada Pemerintah untuk secepatnya mencarikan jalan keluar terbaik dalam mengatasi persoalan tersebut. Mengingat, air merupakan kebutuhan pokok yang mesti tersedia setiap saat. Apabila belum ada solusi lain, minimal memberi peringatan keras kepada BPBD atas dugaan jual beli air bersih tersebut.”Walau tidak gratis, ya cukup ganti ongkos Bahan Bakar Minyak (BBM) atau sekedar Uang Rokok. Jadi tidak dengan harga sebesar ini. Pokoknya, kami minta pemkot segera mengatasi masalah yang sudah dan sedang kami hadapi,” pintanya tegas.
Kepala BPBD Kota Bima, H.Syarafudinyang hendak dikonfirmasi seputar dugaan itu tidak berhasil ditemui. Didatangi di Kantornya selama dua hari, tidak juga dijumpai. Begitupun, ketika dihubungi Via Hand Phone (HP). Namun, Wartawan Koran Stabilitas sudah mengirim SMS. (KS – Anh)
COMMENTS