Kendati Pemerintah Kabupate Bima melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hotli Kultura (Dispertapa) telah membagi bibit jagung untuk kebu...
Kendati Pemerintah Kabupate Bima melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hotli Kultura (Dispertapa) telah membagi bibit jagung untuk kebutuhan lahan 30Ribu Hektar yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bima, namun petani tetap memilih untuk membeli sendiri bibit jagung, karena bibit jagung yang dibagi oleh pemerintah dianggap tidak layak di tanam, bahkan fisik bibit yang dibagi pemerintah nyaris membusuk.
BIMA, KS.- Petani yang saat ini memilih membeli sendiri bibit jagung di Soromandi hampir semua Desa, terutama petani di Desa Punti, Desa Wadukopa, Desa Sowa, Sai juga Sampungu. Masalahnya, semua bibit yang hendak dibagi oleh Ketua kelompok tani di Soromandi kemarin, tak satupun petani yang mau menerimanya.
“Memang banyak bibit jagung yang dibagi kemarin oleh kelompok tani, tapi kualitas bibit yang tidak layak ditanam, sehingga oleh petani menolak semua bibit tersebut, dan meminta agar pemerintah segera menggantikan bibit jagung tersebut, dengan faritas Bisi 18 atau yang bermutu tinggi, sementara bibit yang dibagi kemarin itu adalah bibit yang dipastikan akan merugikan petani nantinya,” kata Kades Punti Sumardin saat di tanya soal isu penolakan bibit jagung oleh warganya itu.
Kades juga mengaku, bahwa peningkatan penggarapan lahan tahun ini jauh lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya, meski harga bibit jagung sedikit mahal yaitu berkisar sekitar Rp1,5Juta untuk satu dus bagi bibit bisi 18, sementara bibit faritas lain dibawah harga bisi 18. Namun, bagi petani di Desa Punti, rata-rata mimilih bisi 18, sedangkan bibit jenis lain tidak terlalu banyak yang menanam.
“Kalau untuk bibit yang dibagi, tidak satupun petani yang tanam di Desa Punti. Petani lebih memilih beli ulang bibit lain, dengan meminjam uang di Bank melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) seperti di Bank BRI, Bank NTB dan bank swasta lainnya,” kata Kades.
Senada juga disampaikan Kades Sowa, Aidin, S.Pd. Kades vocal ini mengakui bahwa banyak warganya yang membeli sendiri bibit jagung, meski kemarin ada bibit yang dibagi oleh pemerintah. Petani tidak mau menerima bibit yang dibagi pemerintah, karena dianggap busuk dan tidak layak untuk ditanam.”Semoga saja pemerintah tidak terulang lagi memberikan bibit yang ditolak oleh petani seperti tahun ini,” harapnya.
Kades mengaku bahwa hampir 90 semua warnya menanam jagung, dengan jumlah lahan yang begitu banyak. Tahun kemarin kata Kades, ada banyak petani yang mendapatkan uang puluhan bahkan diatas seratus juta, satu kali panen jagung.”Nah, merasa beruntung di tahun kemarin, tentu tahun ini akan lebih banyak lagi warga yang tanam jagung, bahkan luas lahan semakin diperluas lagi oleh warga,” tandasnya.(KS-R01)
 |
| Ilustrasi |
BIMA, KS.- Petani yang saat ini memilih membeli sendiri bibit jagung di Soromandi hampir semua Desa, terutama petani di Desa Punti, Desa Wadukopa, Desa Sowa, Sai juga Sampungu. Masalahnya, semua bibit yang hendak dibagi oleh Ketua kelompok tani di Soromandi kemarin, tak satupun petani yang mau menerimanya.
“Memang banyak bibit jagung yang dibagi kemarin oleh kelompok tani, tapi kualitas bibit yang tidak layak ditanam, sehingga oleh petani menolak semua bibit tersebut, dan meminta agar pemerintah segera menggantikan bibit jagung tersebut, dengan faritas Bisi 18 atau yang bermutu tinggi, sementara bibit yang dibagi kemarin itu adalah bibit yang dipastikan akan merugikan petani nantinya,” kata Kades Punti Sumardin saat di tanya soal isu penolakan bibit jagung oleh warganya itu.
Kades juga mengaku, bahwa peningkatan penggarapan lahan tahun ini jauh lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya, meski harga bibit jagung sedikit mahal yaitu berkisar sekitar Rp1,5Juta untuk satu dus bagi bibit bisi 18, sementara bibit faritas lain dibawah harga bisi 18. Namun, bagi petani di Desa Punti, rata-rata mimilih bisi 18, sedangkan bibit jenis lain tidak terlalu banyak yang menanam.
“Kalau untuk bibit yang dibagi, tidak satupun petani yang tanam di Desa Punti. Petani lebih memilih beli ulang bibit lain, dengan meminjam uang di Bank melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) seperti di Bank BRI, Bank NTB dan bank swasta lainnya,” kata Kades.
Senada juga disampaikan Kades Sowa, Aidin, S.Pd. Kades vocal ini mengakui bahwa banyak warganya yang membeli sendiri bibit jagung, meski kemarin ada bibit yang dibagi oleh pemerintah. Petani tidak mau menerima bibit yang dibagi pemerintah, karena dianggap busuk dan tidak layak untuk ditanam.”Semoga saja pemerintah tidak terulang lagi memberikan bibit yang ditolak oleh petani seperti tahun ini,” harapnya.
Kades mengaku bahwa hampir 90 semua warnya menanam jagung, dengan jumlah lahan yang begitu banyak. Tahun kemarin kata Kades, ada banyak petani yang mendapatkan uang puluhan bahkan diatas seratus juta, satu kali panen jagung.”Nah, merasa beruntung di tahun kemarin, tentu tahun ini akan lebih banyak lagi warga yang tanam jagung, bahkan luas lahan semakin diperluas lagi oleh warga,” tandasnya.(KS-R01)
COMMENTS