Bima,KS.- Seperti awal yang buruk bagi proses dan tahapan sidang-sidang di Rumah Rakyat DPRD Kabupaten Bima. Betapa tidak, diawal pembukaan ...
Bima,KS.-Seperti awal yang buruk bagi proses dan tahapan sidang-sidang di Rumah Rakyat DPRD Kabupaten Bima. Betapa tidak, diawal pembukaan masa sidang pertama tahun 2020 yang berlangsung Senin (6/1) kemarin, kegaduhan dan hujan interupsi yang mengarah pada kesan emosional yang tidak bijak dipertontonkan lembaga ejawanta aspirasi masyarakat tersebut.
Pantauan wartawan, baru saja pimpinan sidang, Aminullah membuka jalannya paripurna dengan agenda pembukaan masa sidang pertama tahun kerja 2020, legislator Edi Mukhlis langsung menghujani dengan bertubi-tubi interupsi pada pimpinan sidang yang saat itu sendiri tanpa ditemani rekan pimpinan DPRD Kabupaten Bima lainnya termasuk Ketua DPRD, M Putera Feriyandi.
Meski Maman-sapaan M Aminullah-tidak langsung memberikan signal pada Edi untuk langsung menyampaikan poin interupsinya, namun Ketua Fraksi Nasdem itu, keukeh menginterupsi jalannya paripurna tersebut yang akhirnya diamini jua Maman.
Awalnya hal sepele namun penuh makna dilontarkan Edi Mukhlis. Soal narasi prolog atau kata-kata pembuka yang disampaikan pimpinan sidang tunggal itu, untuk menarik kembali perihal kata-katanya yang mengujar kepada yang terhormat pimpinan DPRD Kota Bima. nah, kalimat dinarasi itu, hemat Edi, sangatlah tidak tepat. Sebab pimpinan DPRD sekaligus pimpinan sidang hanyalah satu orang yang tidak lain, M Aminurllah saja.
Edi tidak berhenti disitu. Ia meminta pimpinan sidang untuk mensekor atau menunda jalannya paripurna, sebelum dijelaskan mengapa hanya Maman saja yang hadir dan memimpin paripurna pembukaan masa sidang pertama. “Mana Ketua DPRD dan wakil ketua yang lain. Ini masa sidang pertama koq langsung tidak hadir,”tanyanya dengan nada agak keras.
Tidak itu saja Edi juga mengiterupsi sejumlah persoalan lain yang belum terselesaikan pada masa sidang tahun 2019. Termasuk didalamnya soal tidak dibahasnya kembali bersama anggota Badan Anggaran (Banggar) terkait hasil evaluasi Gubernur tentang APBD Kabupaten Bima Tahun 2020. “Ini penting dijelaskan, agar tidak ada kesan tipu-tipu dan kebobrokan serta kejahatan dalam lembaga dewan yang terkesan pula ada persekongkolan jahat elit dewan,”terangnya.
Berbagai poin interupsi itu, dijawab tegas dan jelas pula oleh Maman. Misalnya, soal ketidakhadiran Ketua DPRD dan pimpinan DPRD lainnya, jawab Maman, bukan menjadi kewajibannyanya untuk mengentahui secara jelas. Soal siapa yang memimpin rapat katanya tergantung siapa pimpinan yang hadir dan saling koordinasi saja.”Kalau soal mereka tidak hadir itu menjadi ranahnya Badan Kehormatan (BK) yang menilai dan memanggilnya. Karena setiap anggoat dewan ada Tatib yang membingkainya,”ujar Maman.
Interupsi-pun berkepanjangan. Legislator lain, M Natsir dari PAN sependapat sebagaimana disampaikan Edi Mukhlis. Mestinya kata Natsir, Ketua dan Pimpinan DPRD lain, hadir diawal pembukaan masa sidang pertama tersebut. Sebab pembukaan masa sidang pertama digarisbawahinya, sebagai pintu masuk sidang dan pembahasan selama setahun berjalan.”Kalau diawal saja Ketua dan Pimpinan DPRD lain, tidak serius, inikan memperlihatkan wibawa dan ketidakseriusan dalam mengemban amanah rakyat.
Senada dengan keduanya, legislator dari Gerindra, Sulaiman MT juga menyampaikan perihal yang sama dan meminta pula pimpinan dewan tidak semaunya memimpin sidang. Sebabnya, pimpinan sidang hanyalah pengatur lalulintas sidang. Artinya, tidak serta merta membantah dan mengedepankan pendapat pribadi didalamnya.
Kegaduhapun semakin menjadi. Aksi pukul meja dan saling tunjukpun tidak terelakan. Beberapa menit terpantau rapat paripurna tersebut berlangsung alot dan terkesan seperti debat kusir. Hingga tetiba, pimpinan sidang memanggil semua Ketua Fraksi untuk berdiskusi dan sidang pariprunapun diskors.
Jalannya sidang setelah skros berakhir dengan aman, setelah beberapa legislator lain semisal Ilham Yusuf, memberikan masukan yang sama sebagai referensi lain terhadapt beberapa persoalan yang dimasalahkan tersebut.(RED)
Pantauan wartawan, baru saja pimpinan sidang, Aminullah membuka jalannya paripurna dengan agenda pembukaan masa sidang pertama tahun kerja 2020, legislator Edi Mukhlis langsung menghujani dengan bertubi-tubi interupsi pada pimpinan sidang yang saat itu sendiri tanpa ditemani rekan pimpinan DPRD Kabupaten Bima lainnya termasuk Ketua DPRD, M Putera Feriyandi.
Meski Maman-sapaan M Aminullah-tidak langsung memberikan signal pada Edi untuk langsung menyampaikan poin interupsinya, namun Ketua Fraksi Nasdem itu, keukeh menginterupsi jalannya paripurna tersebut yang akhirnya diamini jua Maman.
Awalnya hal sepele namun penuh makna dilontarkan Edi Mukhlis. Soal narasi prolog atau kata-kata pembuka yang disampaikan pimpinan sidang tunggal itu, untuk menarik kembali perihal kata-katanya yang mengujar kepada yang terhormat pimpinan DPRD Kota Bima. nah, kalimat dinarasi itu, hemat Edi, sangatlah tidak tepat. Sebab pimpinan DPRD sekaligus pimpinan sidang hanyalah satu orang yang tidak lain, M Aminurllah saja.
Edi tidak berhenti disitu. Ia meminta pimpinan sidang untuk mensekor atau menunda jalannya paripurna, sebelum dijelaskan mengapa hanya Maman saja yang hadir dan memimpin paripurna pembukaan masa sidang pertama. “Mana Ketua DPRD dan wakil ketua yang lain. Ini masa sidang pertama koq langsung tidak hadir,”tanyanya dengan nada agak keras.
Tidak itu saja Edi juga mengiterupsi sejumlah persoalan lain yang belum terselesaikan pada masa sidang tahun 2019. Termasuk didalamnya soal tidak dibahasnya kembali bersama anggota Badan Anggaran (Banggar) terkait hasil evaluasi Gubernur tentang APBD Kabupaten Bima Tahun 2020. “Ini penting dijelaskan, agar tidak ada kesan tipu-tipu dan kebobrokan serta kejahatan dalam lembaga dewan yang terkesan pula ada persekongkolan jahat elit dewan,”terangnya.
Berbagai poin interupsi itu, dijawab tegas dan jelas pula oleh Maman. Misalnya, soal ketidakhadiran Ketua DPRD dan pimpinan DPRD lainnya, jawab Maman, bukan menjadi kewajibannyanya untuk mengentahui secara jelas. Soal siapa yang memimpin rapat katanya tergantung siapa pimpinan yang hadir dan saling koordinasi saja.”Kalau soal mereka tidak hadir itu menjadi ranahnya Badan Kehormatan (BK) yang menilai dan memanggilnya. Karena setiap anggoat dewan ada Tatib yang membingkainya,”ujar Maman.
Interupsi-pun berkepanjangan. Legislator lain, M Natsir dari PAN sependapat sebagaimana disampaikan Edi Mukhlis. Mestinya kata Natsir, Ketua dan Pimpinan DPRD lain, hadir diawal pembukaan masa sidang pertama tersebut. Sebab pembukaan masa sidang pertama digarisbawahinya, sebagai pintu masuk sidang dan pembahasan selama setahun berjalan.”Kalau diawal saja Ketua dan Pimpinan DPRD lain, tidak serius, inikan memperlihatkan wibawa dan ketidakseriusan dalam mengemban amanah rakyat.
Senada dengan keduanya, legislator dari Gerindra, Sulaiman MT juga menyampaikan perihal yang sama dan meminta pula pimpinan dewan tidak semaunya memimpin sidang. Sebabnya, pimpinan sidang hanyalah pengatur lalulintas sidang. Artinya, tidak serta merta membantah dan mengedepankan pendapat pribadi didalamnya.
Kegaduhapun semakin menjadi. Aksi pukul meja dan saling tunjukpun tidak terelakan. Beberapa menit terpantau rapat paripurna tersebut berlangsung alot dan terkesan seperti debat kusir. Hingga tetiba, pimpinan sidang memanggil semua Ketua Fraksi untuk berdiskusi dan sidang pariprunapun diskors.
Jalannya sidang setelah skros berakhir dengan aman, setelah beberapa legislator lain semisal Ilham Yusuf, memberikan masukan yang sama sebagai referensi lain terhadapt beberapa persoalan yang dimasalahkan tersebut.(RED)
COMMENTS