Anggota DPRD Kota Bima, Syamsuri, SH menegaskan penyebab banjir di Kelurahan Rontu dan Panggi tidak ada kaitannya dengan keberadaan tambang marmer di Oi Fo’o.
Anggota DPRD Kota Bima, Syamsuri, SH menegaskan penyebab banjir di Kelurahan Rontu dan Panggi tidak ada kaitannya dengan keberadaan tambang marmer di Oi Fo’o. Menurut Duta Partai Amanat Nasional (PAN) ini, banjir yang terjadi murni disebabkan karena intensitas dan curah hujan yang tinggi selama beberapa hari terakhir di Kota Bima.
Pernyataan Syamsuri menepis adanya sorotan dari warga Kelurahan Rontu, Sulaiman, ST, SH sebelumnya yang menyebut tambang marmer sebagai biang terjadinya banjir di wilayah setempat. “Saya putra asli Rontu tau persis soal marmer, lokasinya dimana dan banjirnya dimana. Tidak ada korelasinya antara tambang marmer dengan banjir kemarin. Jadi saya tidak sependapat,” tegasnya kemarin di Kantor DPRD Kota Bima.
Ia juga menegaskan, lokasi tempat eksplorasi batu marmer sangat jauh dengan wilayah pemukiman warga. Sangat tidak rasional, bila dikaitkan dengan banjir yang menggenangi Rontu dan Panggi. Begitu dengan adanya aktivitas galian C di sekitar pemukiman warga diakuinya sama sekali tidak berpengaruh terhadap banjir. “Banjir kemarin murni karena intensitas hujan yang tinggi. Kalau bicara sebagai korban banjir, rumah saya juga digenangi air di Rontu,” tuturnya.
Ia menambahkan, wilayah pemukiman warga di Rontu dan Panggi berada tepat di bawah lereng gunung, sehingga menjadi konsekuensi merembesnya air gunung yang turun. Untuk mengantisipasi agar hal itu tidak terjadi lagi, Ia menyarankan kepada pemerintah agar membuat Cekdam sebagai penampung air di sekitar wilayah pegunungan setempat. “Intinya marmer tidak ada kaitannya, justru kami berharap agar marmer tetap berjalan untuk menciptakan lapangan kerja,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, hujan deras, Jum'at sore lalu mengakibatkan wilayah Kota Bima kebanjiran. Khususnya di Lingkungan BTN Perumahan Rontu Kelurahan Rontu Kecamatan Raba. Ratusan rumah terendam air banjir. Diduga penyebab utama meluapnya air banjir disertai lumpur dan kerikil itu akibat eksplorasi proyek marmer di Oi Fo’o yang tak kunjung selesai. Hal itu disampaikan tokoh masyarakat Rontu, Sulaiman, ST, SH.
Akibat penggalian lahan di Oi Fo'o itu, lumpur dan kerikil mudah terseret banjir hingga bermuara pada pemukiman warga. Banjir beberapa tahun terakhir, sering membawa lumpur dan kerikil. Beda seperti tahun-tahun sebelum adanya kegiatan ekspolrasi marmer di Oi Fo’o. “Hal ini, dirasa sangat meresahkan warga sekitar pemukiman lingkungan perumahan Rontu. Apalagi, tidak adanya saluran pembuangan air dari Oi Fo'o menuju Rontu,” ujarnya kesal Sabtu (31/1).
Ia menilai, ekspolrasi Marmer biang datangnya lumpur dan kerikil yang dibawa banjir gunung saat hujan lebat datang. Seperti yang dirasakan ratusan Kepala Keluarga (KK) dua hari ini. Air yang dikirim dari Oi Fo'o meluap setimnggi perut orang dewasa masuk ke perumahan warga. "Aneh, hal ini terjadi tiga tahun terkakhir setiap musim hujan tiba,”ungkapnya.
Selain Ekspolrasi Marmer lanjutnya, maraknya galian C di sekitar Kelurahan Rontu. Pemerintah Kota (Pemkot) hanya melihat, tidak melakukan tindakan apa-apa. Galian C itu mengakibatkan terkikisnya gunung di sekitar Rontu. Bayangkan saja, setiap hujan deras lingkungannya selalu terendam banjir. Ratusan warga mengalami kerugian materil, karena rumah dan isinya digenangi air hingga, kerugianpun ditaksir mencapai satu Miliar.
Itu bisa dilihat dan dihitung, setelah melihat banyak perabot rumah tangga dan alat elektronik yang sudah terendam. "Pemkot dimana, bahkan setelah ditelepon malam kejadian, salah satu Dinas mengatakan belum ada perintah. Ko begini ya cara tanggap Pemerintah terhadap bencana,"ungkapnya.
Ia membenarkan, jika hari Sabtu pagi jajaran Pemkot datang dengan sejumlah peralatan. Namun pertanyaa-nya, sejak pukul 17.00 Jum'at kemarin dimana mereka. Kalau datang usai banjir itu bukan tanggap darurat namanya, namun hanya datang memantau. Lihat saja jembatan sempit yang diterjang air gunung, tidak berarti apa-apa. "Siapa yang tidak bisa memantau begitu, warga tidak butuh yang seperti itu, namun reaksi cepat terhadap bencana ini yang harus didahulukan," sorotnya. (KS-13)
Ilustrasi Banjir |
Ia juga menegaskan, lokasi tempat eksplorasi batu marmer sangat jauh dengan wilayah pemukiman warga. Sangat tidak rasional, bila dikaitkan dengan banjir yang menggenangi Rontu dan Panggi. Begitu dengan adanya aktivitas galian C di sekitar pemukiman warga diakuinya sama sekali tidak berpengaruh terhadap banjir. “Banjir kemarin murni karena intensitas hujan yang tinggi. Kalau bicara sebagai korban banjir, rumah saya juga digenangi air di Rontu,” tuturnya.
Ia menambahkan, wilayah pemukiman warga di Rontu dan Panggi berada tepat di bawah lereng gunung, sehingga menjadi konsekuensi merembesnya air gunung yang turun. Untuk mengantisipasi agar hal itu tidak terjadi lagi, Ia menyarankan kepada pemerintah agar membuat Cekdam sebagai penampung air di sekitar wilayah pegunungan setempat. “Intinya marmer tidak ada kaitannya, justru kami berharap agar marmer tetap berjalan untuk menciptakan lapangan kerja,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, hujan deras, Jum'at sore lalu mengakibatkan wilayah Kota Bima kebanjiran. Khususnya di Lingkungan BTN Perumahan Rontu Kelurahan Rontu Kecamatan Raba. Ratusan rumah terendam air banjir. Diduga penyebab utama meluapnya air banjir disertai lumpur dan kerikil itu akibat eksplorasi proyek marmer di Oi Fo’o yang tak kunjung selesai. Hal itu disampaikan tokoh masyarakat Rontu, Sulaiman, ST, SH.
Akibat penggalian lahan di Oi Fo'o itu, lumpur dan kerikil mudah terseret banjir hingga bermuara pada pemukiman warga. Banjir beberapa tahun terakhir, sering membawa lumpur dan kerikil. Beda seperti tahun-tahun sebelum adanya kegiatan ekspolrasi marmer di Oi Fo’o. “Hal ini, dirasa sangat meresahkan warga sekitar pemukiman lingkungan perumahan Rontu. Apalagi, tidak adanya saluran pembuangan air dari Oi Fo'o menuju Rontu,” ujarnya kesal Sabtu (31/1).
Ia menilai, ekspolrasi Marmer biang datangnya lumpur dan kerikil yang dibawa banjir gunung saat hujan lebat datang. Seperti yang dirasakan ratusan Kepala Keluarga (KK) dua hari ini. Air yang dikirim dari Oi Fo'o meluap setimnggi perut orang dewasa masuk ke perumahan warga. "Aneh, hal ini terjadi tiga tahun terkakhir setiap musim hujan tiba,”ungkapnya.
Selain Ekspolrasi Marmer lanjutnya, maraknya galian C di sekitar Kelurahan Rontu. Pemerintah Kota (Pemkot) hanya melihat, tidak melakukan tindakan apa-apa. Galian C itu mengakibatkan terkikisnya gunung di sekitar Rontu. Bayangkan saja, setiap hujan deras lingkungannya selalu terendam banjir. Ratusan warga mengalami kerugian materil, karena rumah dan isinya digenangi air hingga, kerugianpun ditaksir mencapai satu Miliar.
Itu bisa dilihat dan dihitung, setelah melihat banyak perabot rumah tangga dan alat elektronik yang sudah terendam. "Pemkot dimana, bahkan setelah ditelepon malam kejadian, salah satu Dinas mengatakan belum ada perintah. Ko begini ya cara tanggap Pemerintah terhadap bencana,"ungkapnya.
Ia membenarkan, jika hari Sabtu pagi jajaran Pemkot datang dengan sejumlah peralatan. Namun pertanyaa-nya, sejak pukul 17.00 Jum'at kemarin dimana mereka. Kalau datang usai banjir itu bukan tanggap darurat namanya, namun hanya datang memantau. Lihat saja jembatan sempit yang diterjang air gunung, tidak berarti apa-apa. "Siapa yang tidak bisa memantau begitu, warga tidak butuh yang seperti itu, namun reaksi cepat terhadap bencana ini yang harus didahulukan," sorotnya. (KS-13)
COMMENTS