Korban yang diketahui mahasiswa semester dua ini ditikam oknum mahasiswa lainnya menggunakan belati.
Penyelesaian persoalan dengan cara kekerasan dan anarkis kerap kali menjadi pilihan. Bahkan mahasiswa sebagai generasi intelektual pun seakan memberikan contoh cara ‘bar-bar’ seperti itu kepada masyarakat. Seperti tindak kekerasan yang terjadi, Senin (2/3) sekita pukul 11. 15 Wita di depan Kampus STIH dan STAI Muhammadiyah Bima.

Ilustrasi Garis Polisi
Adhar (20), warga Desa Wadu Wani Kecamatan Woha Kabupaten Bima meregang nyawa di depan kampus setempat. Korban yang diketahui mahasiswa semester dua ini ditikam oknum mahasiswa lainnya menggunakan belati. Korbanpun bersimbah darah saat hendak dilarikan ke rumah sakit. Sementara oknum pelaku melarikan diri dan belum diketahui identitasnya.
Informasi yang dihimpun wartawan Koran Stabilitas di lokasi kejadian, sebelum korban ditikam oknum pelaku yang diduga mahasiswa setempat, korban bersama teman-temannya sedang duduk dalam ruangan. Beberapa saat setelah itu, korban keluar hendak membeli minuman di kantin depan kampus.
Sekitar dua meter dari pintu gerbang kampus, tiba-tiba pelaku datang dari arah belakang korban. Tanpa basa-basi, pelaku langsung menusuk tubuh koban bagian belakang satu kali. Setelah itu, pelaku kembali masuk ke dalam kampus dan kabur melalui pintu belakang kampus.
Usai ditikam, korban lari ke arah barat untuk menyelamatkan dirinya dan meminta tukang ojek untuk membawanya ke RSUD Bima. Namun naas, ditengah perjalanan korbanpun meninggal dunia akibat kehabisan darah. Polisi yang mendapatkan kabar langsung turun ke Lokasi dan mengejar pelaku. Alhasil, tak berselang lama pelaku berinisial M yang diduga pelaku penikaman berhasil diringkus.
Sementara itu, Ibu korban pembunuhan, Siti Hawa tak kuasa menahan tangis mendapat kabar anaknya tewas ditikam. Padahal Ia mengaku, anak semata wayangnya itu tidak mempunyai musuh. “Memang tadi malam anak saya kelihatan seperti orang yang gelisah sehingga tidur jam 4 subuh. Ternyata hari ini dia terkena musibah besar," ujarnya sambil meneteskan air mata di depan kamar jenazah RSUD Bima.
Ia mengaku, tidak rela anak semata wayangnya itu dibunuh dengan cara yang tidak manusiawai seperti itu. "Kami harap Polisi segera mungkin membekuk pelaku pembunuhan dan menghukumnya dengan berat," pintanya.
Pihak Kampus STAI Muhammadiyah Bima yang dikonfirmasi melalui Ketua Prodi, Taufik Firmanto mengakui, korban mahasiswa setempat dan baru semester dua. Ia juga membenarkan korban tewas akibat luka tusuk pada bagian punggung. Korban meninggal diperjalanan, karena saat tiba di RSUD Bima dokter mengatakan sudah meninggal. "Pelaku diduga mahasiswa setempat. Tapi kita belum tahu apakah mahasiswa STIH atau mahasiswa STAIM Muhammadyah Bima,” ujarnya.
Memang katanya, pekan lalu ada kejadian perkelahian yang melibatkan korban. Tapi, ia mengaku tidak mengetahui secara pasti apa ada kaitannya dengan kasus penikaman yang dialami korban. "Kami sedang mencari tahu soal itu," ungkapnya. (KS-05)

Ilustrasi Garis Polisi
Adhar (20), warga Desa Wadu Wani Kecamatan Woha Kabupaten Bima meregang nyawa di depan kampus setempat. Korban yang diketahui mahasiswa semester dua ini ditikam oknum mahasiswa lainnya menggunakan belati. Korbanpun bersimbah darah saat hendak dilarikan ke rumah sakit. Sementara oknum pelaku melarikan diri dan belum diketahui identitasnya.
Informasi yang dihimpun wartawan Koran Stabilitas di lokasi kejadian, sebelum korban ditikam oknum pelaku yang diduga mahasiswa setempat, korban bersama teman-temannya sedang duduk dalam ruangan. Beberapa saat setelah itu, korban keluar hendak membeli minuman di kantin depan kampus.
Sekitar dua meter dari pintu gerbang kampus, tiba-tiba pelaku datang dari arah belakang korban. Tanpa basa-basi, pelaku langsung menusuk tubuh koban bagian belakang satu kali. Setelah itu, pelaku kembali masuk ke dalam kampus dan kabur melalui pintu belakang kampus.
Usai ditikam, korban lari ke arah barat untuk menyelamatkan dirinya dan meminta tukang ojek untuk membawanya ke RSUD Bima. Namun naas, ditengah perjalanan korbanpun meninggal dunia akibat kehabisan darah. Polisi yang mendapatkan kabar langsung turun ke Lokasi dan mengejar pelaku. Alhasil, tak berselang lama pelaku berinisial M yang diduga pelaku penikaman berhasil diringkus.
Sementara itu, Ibu korban pembunuhan, Siti Hawa tak kuasa menahan tangis mendapat kabar anaknya tewas ditikam. Padahal Ia mengaku, anak semata wayangnya itu tidak mempunyai musuh. “Memang tadi malam anak saya kelihatan seperti orang yang gelisah sehingga tidur jam 4 subuh. Ternyata hari ini dia terkena musibah besar," ujarnya sambil meneteskan air mata di depan kamar jenazah RSUD Bima.
Ia mengaku, tidak rela anak semata wayangnya itu dibunuh dengan cara yang tidak manusiawai seperti itu. "Kami harap Polisi segera mungkin membekuk pelaku pembunuhan dan menghukumnya dengan berat," pintanya.
Pihak Kampus STAI Muhammadiyah Bima yang dikonfirmasi melalui Ketua Prodi, Taufik Firmanto mengakui, korban mahasiswa setempat dan baru semester dua. Ia juga membenarkan korban tewas akibat luka tusuk pada bagian punggung. Korban meninggal diperjalanan, karena saat tiba di RSUD Bima dokter mengatakan sudah meninggal. "Pelaku diduga mahasiswa setempat. Tapi kita belum tahu apakah mahasiswa STIH atau mahasiswa STAIM Muhammadyah Bima,” ujarnya.
Memang katanya, pekan lalu ada kejadian perkelahian yang melibatkan korban. Tapi, ia mengaku tidak mengetahui secara pasti apa ada kaitannya dengan kasus penikaman yang dialami korban. "Kami sedang mencari tahu soal itu," ungkapnya. (KS-05)
COMMENTS