Setelah berhasil dilumpuhkan Aparat Kepolisian dengan timah panas di Rumahnya di Dusun Langgentu Desa O,o Kecamatan Donggo, Juardin alias Tuju dilarikan ke RSUD Bima.
Setelah berhasil dilumpuhkan Aparat Kepolisian dengan timah panas di Rumahnya di Dusun Langgentu Desa O,o Kecamatan Donggo, Juardin alias Tuju dilarikan ke RSUD Bima. Pelaku yang diduga kuat sebagai otak pembunuhan, Murabi warga Sai Kecamatan Soromandi itu mendapat perawatan medis akibat peluru yang bersarang ditubuhnya. Namun, pihak Rumah Sakit (RS) setempat tidak mampu menangani. Sehingga, yang pelaku terpaksa dirujuk ke RS Mataram.
Rabu (18/03), pelaku pembunuhan yang juga dikenal residivis itu dibawa ke RS Mataram menggunakan mobil Ambulance didampingi petugas medis dan dikawal personil polisi bersenjata lengkap. Sayangnya, pasien diduga tidak dilayani dengan baik oleh pihak RS rujukan. Bahkan, hingga berita ini diturunkan (delapan hari) pasien dibiarkan terbaring dengan peluru yang masih bersarang di tubuhnya. Entah apa alasan dibalik belum dilakukan operasi terhadap pasien tersebut, hingga saat ini belum diketahui. Namun, informasi yang diperoleh Koran Stablitas melalui, Yadam saudara kandung yang bersangkutan, operasi belum dilakukan karena belum ada informasi lanjutan dari pihak Kepolisian Resort Bima Kabupaten.
Meski kondisi kesehatan Tuju alias Rega mengalami perubahan dari sebelumnya, namun Yadam mengaku kecewa atas pelayanan medis RS tersebut. Sebab, saudaranya itu terkesan tidak dilayani dengan baik seperti pasien lain. Apalagi kata Yadam, hingga saat ini peluru yang bersarang di tubuh saudaranya belum berhasil dikeluarkan. ”Saudara saya tidak diperlakukan secara manusiawi, bayangkan saja sudah tujuh hari dia dibiarkan terbaring dengan peluru ditubuh,” ujarnya dengan nada sedih.
Dikhawatirkan, luka yang dialami adik ketiganya itu akan bertambah parah. Mengingat, belum ada penanganan serius dari pihak medis. Ditambah lagi, peluru itu masih bersarang di tubuhnya. Padahal, tujuan rujukan yakni agar peluru itu berhasil dikeluarkan.”Bagaimana bisa membaik, sementara adik saya tidak ditangani serius. Buktinya, sampai sekarang peluru itu belum berhasil dikeluarkan,” tandasnya.
Semestinya, pihak RS setempat memperlakukan sama setiap pasien tanpa membedakan antara pelaku kejahatan dengan pasien biasa. Faktanya, justeru berbading terbalik dengan yang diharapkan, saudaranya seolah dikesmapingkan. Padahal, setiap pasien yang datang berobat sama-sama berharap untuk sembuh dari sakit yang diderita.”Adik saya juga manusia, sama seperti pasien lainya, jadi harus mendapat pelayanan yang sama,” pintanya.
Pada kesempatan itu, dia tak hanya menyorot RS dimaksud, melainkan juga pihak aparat penegak hukum yang belum melakukan koordinasi, komunikasi dengan RS tersebut. Sesungguhnya imbuh Yadam, hal itu dianggap perlu dilakukan guna mengetahui langkah medis selanjutnya, apakah dioperasi atau sebaliknya peluru itu dibiarkan begitu saja.”Ini sama halnya menggantung nyawa adik saya, masa operasi sampai detik ini belum dilakukan. Kalau ada niat membunuh adik saya, bukan dengan cara seperti ini, ada cara lain yang lebih manusiawi,” tegasnya.
Untuk itu, ia bersama keluarga besarnya meminta kepada aparat Kepolisian untuk segera melakukan komunikasi lanjutan dengan pihak RS. Tentunya, sesuai aturan yang telah ditentukan. Jangan sampai, muncul reaksi dari pihak lain yang merasa prihatin sekaligus terpanggil moralnya atas keadaan yang dialami adiknya itu (Tuju red). Terlepas, dia lebih dikenal berprilaku tidak baik.”Adik saya memang dikenal tidak baik, tapi dia juga manusia, memiliki hati dan pikiran, apa yang diduga dilakukanya, saya yakin ada penyebabnya. Maksudnya, tidak mungkin ada asap kalau gak ada api. Tapi itu tidak penting, karena yang saya minta saat ini, lakukan komunikasi dengan pihak RS. Sehingga, adik saya dapat di operasi dan pelurunya berhasil dikeluarkan,” harapnya. (KS-09)
Rabu (18/03), pelaku pembunuhan yang juga dikenal residivis itu dibawa ke RS Mataram menggunakan mobil Ambulance didampingi petugas medis dan dikawal personil polisi bersenjata lengkap. Sayangnya, pasien diduga tidak dilayani dengan baik oleh pihak RS rujukan. Bahkan, hingga berita ini diturunkan (delapan hari) pasien dibiarkan terbaring dengan peluru yang masih bersarang di tubuhnya. Entah apa alasan dibalik belum dilakukan operasi terhadap pasien tersebut, hingga saat ini belum diketahui. Namun, informasi yang diperoleh Koran Stablitas melalui, Yadam saudara kandung yang bersangkutan, operasi belum dilakukan karena belum ada informasi lanjutan dari pihak Kepolisian Resort Bima Kabupaten.
Meski kondisi kesehatan Tuju alias Rega mengalami perubahan dari sebelumnya, namun Yadam mengaku kecewa atas pelayanan medis RS tersebut. Sebab, saudaranya itu terkesan tidak dilayani dengan baik seperti pasien lain. Apalagi kata Yadam, hingga saat ini peluru yang bersarang di tubuh saudaranya belum berhasil dikeluarkan. ”Saudara saya tidak diperlakukan secara manusiawi, bayangkan saja sudah tujuh hari dia dibiarkan terbaring dengan peluru ditubuh,” ujarnya dengan nada sedih.
Dikhawatirkan, luka yang dialami adik ketiganya itu akan bertambah parah. Mengingat, belum ada penanganan serius dari pihak medis. Ditambah lagi, peluru itu masih bersarang di tubuhnya. Padahal, tujuan rujukan yakni agar peluru itu berhasil dikeluarkan.”Bagaimana bisa membaik, sementara adik saya tidak ditangani serius. Buktinya, sampai sekarang peluru itu belum berhasil dikeluarkan,” tandasnya.
Semestinya, pihak RS setempat memperlakukan sama setiap pasien tanpa membedakan antara pelaku kejahatan dengan pasien biasa. Faktanya, justeru berbading terbalik dengan yang diharapkan, saudaranya seolah dikesmapingkan. Padahal, setiap pasien yang datang berobat sama-sama berharap untuk sembuh dari sakit yang diderita.”Adik saya juga manusia, sama seperti pasien lainya, jadi harus mendapat pelayanan yang sama,” pintanya.
Pada kesempatan itu, dia tak hanya menyorot RS dimaksud, melainkan juga pihak aparat penegak hukum yang belum melakukan koordinasi, komunikasi dengan RS tersebut. Sesungguhnya imbuh Yadam, hal itu dianggap perlu dilakukan guna mengetahui langkah medis selanjutnya, apakah dioperasi atau sebaliknya peluru itu dibiarkan begitu saja.”Ini sama halnya menggantung nyawa adik saya, masa operasi sampai detik ini belum dilakukan. Kalau ada niat membunuh adik saya, bukan dengan cara seperti ini, ada cara lain yang lebih manusiawi,” tegasnya.
Untuk itu, ia bersama keluarga besarnya meminta kepada aparat Kepolisian untuk segera melakukan komunikasi lanjutan dengan pihak RS. Tentunya, sesuai aturan yang telah ditentukan. Jangan sampai, muncul reaksi dari pihak lain yang merasa prihatin sekaligus terpanggil moralnya atas keadaan yang dialami adiknya itu (Tuju red). Terlepas, dia lebih dikenal berprilaku tidak baik.”Adik saya memang dikenal tidak baik, tapi dia juga manusia, memiliki hati dan pikiran, apa yang diduga dilakukanya, saya yakin ada penyebabnya. Maksudnya, tidak mungkin ada asap kalau gak ada api. Tapi itu tidak penting, karena yang saya minta saat ini, lakukan komunikasi dengan pihak RS. Sehingga, adik saya dapat di operasi dan pelurunya berhasil dikeluarkan,” harapnya. (KS-09)
COMMENTS