Rupanya, pengelolaan Sarang Burung Walet (SBW) tidak hanya berada di Kecamatan Sape dan Parado Kabupaten Bima. Tapi, juga di Desa Rato Kecamatan Bolo.
Bima, KS.- Rupanya, pengelolaan Sarang Burung Walet (SBW) tidak hanya berada di Kecamatan Sape dan Parado Kabupaten Bima. Tapi, juga di Desa Rato Kecamatan Bolo. Bedanya, potensi alam di Sape itu dikelola oleh Perusahaan atau pihak ketiga melalui proses tender. Sehingga, sebagian penghasilan dari pengelolaan itu menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah. Sementara, di Bolo dikelola secara pribadi oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS), yakni Alamsyah. Bahkan celakanya, pengelolaan kekayaan alam tersebut diketahui belum mengantongi ijin resmi dari Pemerintah Daerah (Pemda) alias illegal.
Belum resminya status usaha milik salah seorang guru SMA itu, bukan sekadar isu belaka tapi benar adanya. Hal itu bahkan dibenarkan oleh pemilik usaha tersebut, saat di temui Koran Stabilitas Jum,at kemarin di kediamanya yang berlokasi di Dusun Mekar Sari Desa Rato kecamat setempat. Diakuinya, hingga saat ini, status usaha budidaya satwa langkah tersebut belum memiliki ijin usaha dan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dari pemda. ”Jangankan ijin usaha, IMB saja belum ada, apalagi ijin gangguan lingkungan,” kata Alamsyah.
Pria yang akrab disapa Prabu tersebut berdalih, ijin tidak diurus karena usaha itu dikelola secara pribadi tanpa intervensi dari Pemda. Terlebih, bangunan sebagai tempat budidaya SBW tersebut merupakan rumah pribadi. Jadi, tidak perlu repot-repot mengurus ijin. ”Ini usaha pribadi, jadi saya tidak perlu harus repot-repot untuk urus ijin ini dan itu,” ujarnya sembari tertawa.
Disinggung soal penghasilan yang diperoleh per satu kali panen budidaya tersebut, tenaga pendidik sekaligus Konsultan Walet itu terkesan malu-malu menanggapi soal itu. Tapi imbuhnya, penghasilan yang didapat lumayan, cukup untuk kebutuhan hidup selama satu tahun. Pokonya, usaha yang sudah lima tahun ia kelola itu menjanjikan. ”Usaha ini menjanjikan, dalam waktu tidak terlalu lama saya bahkan akan menjadi milioner,” akunya.
Diakuinya, harga jual SBW yakni Rp.8 Juta hingga Rp.9 Juta per- Kg. Tapi, harga itu tak menentu, kadang naik kadang turun, tergantung naik turun mata uang Dolar. Kalau soal pemasaran sebutnya,tidaklah sulit. Karena, diambil langsung dan dibayar tunai oleh para pemilik modal dari luar daerah. ”Saya jalani usaha ini dengan santai, duduk dan isap rokok Gudang Garam Surya enam bungkus per hari. Karena bagi saya, setiap air liur per satu ekor wallet dihargai dengan Rp.50 ribu,” kelakarnya.
Hanya saja, usaha seperti ini harus dijalani dengan ikhlas, tekun, focus dan yang lebih penting adalah memiliki keyakinan, tidak ragu-ragu. Karena, apapun bentuk usaha harus berawal dari keyakinan, termasuk keberanian. “ Untuk modal awalnya keyakinan dan keberanian, kalau fulus urusan belakangan. Intinya, yang paling penting kita tidak ragu-ragu,” terangnya. (KS-03)
Belum resminya status usaha milik salah seorang guru SMA itu, bukan sekadar isu belaka tapi benar adanya. Hal itu bahkan dibenarkan oleh pemilik usaha tersebut, saat di temui Koran Stabilitas Jum,at kemarin di kediamanya yang berlokasi di Dusun Mekar Sari Desa Rato kecamat setempat. Diakuinya, hingga saat ini, status usaha budidaya satwa langkah tersebut belum memiliki ijin usaha dan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dari pemda. ”Jangankan ijin usaha, IMB saja belum ada, apalagi ijin gangguan lingkungan,” kata Alamsyah.
Pria yang akrab disapa Prabu tersebut berdalih, ijin tidak diurus karena usaha itu dikelola secara pribadi tanpa intervensi dari Pemda. Terlebih, bangunan sebagai tempat budidaya SBW tersebut merupakan rumah pribadi. Jadi, tidak perlu repot-repot mengurus ijin. ”Ini usaha pribadi, jadi saya tidak perlu harus repot-repot untuk urus ijin ini dan itu,” ujarnya sembari tertawa.
Disinggung soal penghasilan yang diperoleh per satu kali panen budidaya tersebut, tenaga pendidik sekaligus Konsultan Walet itu terkesan malu-malu menanggapi soal itu. Tapi imbuhnya, penghasilan yang didapat lumayan, cukup untuk kebutuhan hidup selama satu tahun. Pokonya, usaha yang sudah lima tahun ia kelola itu menjanjikan. ”Usaha ini menjanjikan, dalam waktu tidak terlalu lama saya bahkan akan menjadi milioner,” akunya.
Diakuinya, harga jual SBW yakni Rp.8 Juta hingga Rp.9 Juta per- Kg. Tapi, harga itu tak menentu, kadang naik kadang turun, tergantung naik turun mata uang Dolar. Kalau soal pemasaran sebutnya,tidaklah sulit. Karena, diambil langsung dan dibayar tunai oleh para pemilik modal dari luar daerah. ”Saya jalani usaha ini dengan santai, duduk dan isap rokok Gudang Garam Surya enam bungkus per hari. Karena bagi saya, setiap air liur per satu ekor wallet dihargai dengan Rp.50 ribu,” kelakarnya.
Hanya saja, usaha seperti ini harus dijalani dengan ikhlas, tekun, focus dan yang lebih penting adalah memiliki keyakinan, tidak ragu-ragu. Karena, apapun bentuk usaha harus berawal dari keyakinan, termasuk keberanian. “ Untuk modal awalnya keyakinan dan keberanian, kalau fulus urusan belakangan. Intinya, yang paling penting kita tidak ragu-ragu,” terangnya. (KS-03)
COMMENTS