Masalahnya, harga tiket pesawat seperti Lion Air dan Wings Air menyebabkan penghasilan pengusaha bus malam turun drastis.
Kota Bima, KS.- Persaingan bisnis di segala bidang semakin meningkat. masing-masing pembisnis memiliki pola,cara,trik dan strategi marketing yang berbeda. bahkan, tak jarang ada yang berani banting harga demi meningkatkan harga jual sekaligus menarik peminat. Kondisi demikian itu tampak nyata lewat persaingan usaha bisnis Travel Penerbangan Pesawat dengan travel Bus malam rute Bima Mataram, Surabaya hingga Jakarta. Bahkan, bisnis penerbangan terutama milik Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) itu seolah menjadi petaka buruk bagi Pengusaha jalur Darat. Masalahnya, harga tiket pesawat seperti Lion Air dan Wings Air menyebabkan penghasilan pengusaha bus malam turun drastis.
Ilustrasi
Hal itu disampaikan, pemilik PO. Langsung Indah, Efendi saat ditemui Koran Stabilitas Senin kemarin. Katanya, harga Tiket pesawat hampir sama dengan tarif angkutan umum. Celakanya, bahkan terkadang tak mengalami selisih."Bedanya cuman dikit, paling-paling Rp.50 ribu hingga Rp.100 ribu. MIsalnya, tiket pesawat jurusan Surabaya Rp.650 ribu, sedangkan bus Rp.600 ribu," katanya.
Efeknya lanjut pengusaha etnis Thiongkhoa itu jelas berimbas pada anjloknya penghasilan. Masalahnya, penumpang lebih memilih menggunakan pesawat ketimbang angkutan darat. Karna, selain murah, hanya beda sedikit dekat tarif bus tapi juga cepat."Cepat dan murah, cuman resikonya mengakibatkan penghasilan usaha kami anjlok. Bahkan, turun hingga 70 persen," ujarnya Senin kemarin.
Penurunan penghasilan karena dipicu harga tiket pesawat yang murah seolah menjadi boomerang bagi usaha angkutan jalur darat. Persaingan bisnis dua jalur itu nyata, faktanya terlihat saat penumpang bus yang hanya 7 orang hingga belasan orang per satu kali perjalanan. Padahal, jauh sebelum tiket pesawat turun, penumpang bus tidak begitu turun drastic seperti saat ini.”Belakangan ini, penghasilan kami sangat turun, pemicunya ya lantaran harga tiket pesawat yang murah. Ini sama halnya membunuh usaha kami secara perlahan-lahan, kalau mau bersaing ya bukan begini caranya, bersaing itu yang sehat,,” tandasnya.
Untuk mengatisipasi agar tidak sampai usaha itu bangkrut karena penumpang saban hari kian menurun, dirinya menerapkan metode dan pola bisnis baru. Salah satunya, yakni dengan meningkatkan pengiriman document dan barang keluar daerah.”Sejak penumpang semakin berkurang, andalan kami hanya ongkos pengiriman barang dan document saja. Itupun, hanya cukup untuk mengganti uang bensi Pulang Pergi (PP),” akunya.
Ia berharap, kedepan harga tiket pesawat tidak terlalu murah. Sebab, itu berpengaruh pada menurunya penghasilan usaha bis angkutan daerah keluar kota. Kalaupun itu terjadi, dapat dipastikan usaha jalur darat bakal bangkrut, mati total.”Itu bukan persoalan sepele, bisa-bisa usaha kami bangkrut total. Saat ini saja, kondisinya bisa dilihat, penumpang jurusan Surabaya hanya 7 orang saja, bagaiaman kedepanya. Kedepan, saya berharap agar harga tiket pesawat tidak begitu murah, cuman selisih dikit dengan tarif bus,” harapnya. (KS-03)
Ilustrasi
Hal itu disampaikan, pemilik PO. Langsung Indah, Efendi saat ditemui Koran Stabilitas Senin kemarin. Katanya, harga Tiket pesawat hampir sama dengan tarif angkutan umum. Celakanya, bahkan terkadang tak mengalami selisih."Bedanya cuman dikit, paling-paling Rp.50 ribu hingga Rp.100 ribu. MIsalnya, tiket pesawat jurusan Surabaya Rp.650 ribu, sedangkan bus Rp.600 ribu," katanya.
Efeknya lanjut pengusaha etnis Thiongkhoa itu jelas berimbas pada anjloknya penghasilan. Masalahnya, penumpang lebih memilih menggunakan pesawat ketimbang angkutan darat. Karna, selain murah, hanya beda sedikit dekat tarif bus tapi juga cepat."Cepat dan murah, cuman resikonya mengakibatkan penghasilan usaha kami anjlok. Bahkan, turun hingga 70 persen," ujarnya Senin kemarin.
Penurunan penghasilan karena dipicu harga tiket pesawat yang murah seolah menjadi boomerang bagi usaha angkutan jalur darat. Persaingan bisnis dua jalur itu nyata, faktanya terlihat saat penumpang bus yang hanya 7 orang hingga belasan orang per satu kali perjalanan. Padahal, jauh sebelum tiket pesawat turun, penumpang bus tidak begitu turun drastic seperti saat ini.”Belakangan ini, penghasilan kami sangat turun, pemicunya ya lantaran harga tiket pesawat yang murah. Ini sama halnya membunuh usaha kami secara perlahan-lahan, kalau mau bersaing ya bukan begini caranya, bersaing itu yang sehat,,” tandasnya.
Untuk mengatisipasi agar tidak sampai usaha itu bangkrut karena penumpang saban hari kian menurun, dirinya menerapkan metode dan pola bisnis baru. Salah satunya, yakni dengan meningkatkan pengiriman document dan barang keluar daerah.”Sejak penumpang semakin berkurang, andalan kami hanya ongkos pengiriman barang dan document saja. Itupun, hanya cukup untuk mengganti uang bensi Pulang Pergi (PP),” akunya.
Ia berharap, kedepan harga tiket pesawat tidak terlalu murah. Sebab, itu berpengaruh pada menurunya penghasilan usaha bis angkutan daerah keluar kota. Kalaupun itu terjadi, dapat dipastikan usaha jalur darat bakal bangkrut, mati total.”Itu bukan persoalan sepele, bisa-bisa usaha kami bangkrut total. Saat ini saja, kondisinya bisa dilihat, penumpang jurusan Surabaya hanya 7 orang saja, bagaiaman kedepanya. Kedepan, saya berharap agar harga tiket pesawat tidak begitu murah, cuman selisih dikit dengan tarif bus,” harapnya. (KS-03)
COMMENTS