Dalam kurun waktu yang tergolong singkat, Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) mengalami perubahan tak terbantahkan. Indikatornya, terletak pada Sarana dan fasilitas Kesehatan
Bima, KS.- Dalam kurun waktu yang tergolong singkat, Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) mengalami perubahan tak terbantahkan. Indikatornya, terletak pada Sarana dan fasilitas Kesehatan, seperti pembangunan, perbaikan ruangan Rawat Inap (RANAP) mulai dari Vip A, B hingga Kelas III. Termasuk, ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) serta pengadaan alat medis, diantaranya alat Rongent, tempat tidur pasien dan lain sebagainya. Sehingga, tak berlebihan apabila drg. H.Ihsan,M.PH diakui sebagai sosok penting yang sukses menciptakan perubahan untuk Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), yang kini sudah berubah status menjadi BLUD tersebut.
Direktur BLUD Bima, Drg H.Ikhsan
Kendati, dibalik torehan perubahan tersebut, masih terdapat Pekerjaan Rumah (PR) penting yang mesti dituntaskan. Akan tetapi, hasil kinerja H.Ihsan dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sebagai Direktur (Dirut) BLUD, tidak bisa dipandang sebelah mata. Mengingat, perubahan sebagai bukti pengabdiannya tidak hanya dalam bentuk fisik. Tapi, juga menyangkut managemen."Bagi saya, ini adalah keberhasilan, beliau mampu membawa perubahan untuk BLUD. Managemen, fisik sudah dibenahi, pokoknya hampir semua aspek telah dibenahi," ujar Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan BLUD Bima, Heru Joko Setiono, SKM kepada Koran Stabilitas belum lama ini.
Menurutnya, setiap usaha, perjuangan dan pekerjaan termasuk dalam menjalankan amanat untuk mengelola Rumah Sakit (RS) itu tidak luput dari masalah, tekadang masalah yang satu belum dituntaskan, muncul persoalan baru. Tapi, secara perlahan-lahan dapat diatasi. Karena pada prinsipnya, untuk mewujudkan perubahan tidaklah semudah membalikan telapak tangan, butuh proses juga waktu. Apalagi, untuk merubah segala aspek yang ada di RS setempat seperti memulai dari nol. Meski demikian, tapi hal itu tak dianggap sebagai penghambat. Justru sebaliknya, dijadikan motivasi, semangat demi dan untuk mencapai perubahan. "Alhamdulillah, hasilnya cukup memuaskan. Ini bukan sekedar pengakuan tapi nyata, jadi saya tidak asal bicara. Buktinya, terlihat pada sejumlah perubahan yang ada, mulai dari managemen hingga pada perubahan fisik," akunya.
Ditempat terpisah, drg.H.Ihsan mengaku, dari segi fisik memang masih ada kekurangan, antara lain kekurangan jumlah ruang vip. Karena, yang tersedia hanya delapan kamar, tapi hal itu perlahan-lahan bisa diatasi. Perubahan sebagai bentuk kepedulian dan perhatian bukan saja untuk kamar Ranap bagi pasien ekonomi mampu. Melainkan, juga untuk kamar kelas III, pelayanan kesehatan bagi pasien tidak mampu (miskin). Hanya saja, perubahan dalam kaitan itu belum sempurna.”Untuk kelas III, hampir semua sudah dibenahi. Misalnya, perbaikan kamar mandi, Toilet, pengecetan dinding dan termasuk mengganti tempat tidur pasien,” akunya.
Dari segi peralatan medis lanjutnya, sejumlah alat yang dibutuhkan guna kelancaran pelayanan kesehatan pun telah ditambah. Salah satunya, alat medis yang ada di ruang Operasi (OKA). Walaupun, harga alat medis tergolong besar, contohnya harga alat Radiologi yang mencapai Rp.1,7 Miliar per unit. Katanya, itu harga paling murah, bahkan ada yang mencapai Rp.4 M lebih.”Contoh lain, harga tempat tidur yang hanya ratusan ribu, kalau tempat tidur pasien yang paling murah Rp. 24 juta lebih, yang mahal bahkan mencapai ratusan juta rupiah. Coba bayangkan, itu baru harga tempat tidurnya,” tuturnya.
Harus disadari, bila dalam proses mencapai kesuksesan kerap kali dihadapkan dengan berbagai macam tantangan dan hambatan. Begitupun, kendala yang sudah dan sedang dihadapi pihaknya dalam mengelola Instansi Kesehatan tersebut. Salah satunya, menyangkut lokasi yang sempit, sehingga mengalami kesulitan untuk menambah bangunan. Kalau ingin menambah sebutnya, pilihannya hanya satu yakni membangun gedung berlantai. Tapi, itu membutuhkan dana besar, untuk penambahan yang tengah dikerjakan saat ini saja Rp.5 Miliyar, itupun ada dana sharing dari Pemerintah Daerah (Pemda).”Itu merupakan bentuk kepedulian dan perhatian pemda untuk rumah sakit ini. Tujuanya, semata-mata demi memberikan pelayanan kesehatan terbaik untuk rakyatnya,” pungkas Ihsan. (KS-03/Kerjasama)
Direktur BLUD Bima, Drg H.Ikhsan
Kendati, dibalik torehan perubahan tersebut, masih terdapat Pekerjaan Rumah (PR) penting yang mesti dituntaskan. Akan tetapi, hasil kinerja H.Ihsan dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sebagai Direktur (Dirut) BLUD, tidak bisa dipandang sebelah mata. Mengingat, perubahan sebagai bukti pengabdiannya tidak hanya dalam bentuk fisik. Tapi, juga menyangkut managemen."Bagi saya, ini adalah keberhasilan, beliau mampu membawa perubahan untuk BLUD. Managemen, fisik sudah dibenahi, pokoknya hampir semua aspek telah dibenahi," ujar Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan BLUD Bima, Heru Joko Setiono, SKM kepada Koran Stabilitas belum lama ini.
Menurutnya, setiap usaha, perjuangan dan pekerjaan termasuk dalam menjalankan amanat untuk mengelola Rumah Sakit (RS) itu tidak luput dari masalah, tekadang masalah yang satu belum dituntaskan, muncul persoalan baru. Tapi, secara perlahan-lahan dapat diatasi. Karena pada prinsipnya, untuk mewujudkan perubahan tidaklah semudah membalikan telapak tangan, butuh proses juga waktu. Apalagi, untuk merubah segala aspek yang ada di RS setempat seperti memulai dari nol. Meski demikian, tapi hal itu tak dianggap sebagai penghambat. Justru sebaliknya, dijadikan motivasi, semangat demi dan untuk mencapai perubahan. "Alhamdulillah, hasilnya cukup memuaskan. Ini bukan sekedar pengakuan tapi nyata, jadi saya tidak asal bicara. Buktinya, terlihat pada sejumlah perubahan yang ada, mulai dari managemen hingga pada perubahan fisik," akunya.
Ditempat terpisah, drg.H.Ihsan mengaku, dari segi fisik memang masih ada kekurangan, antara lain kekurangan jumlah ruang vip. Karena, yang tersedia hanya delapan kamar, tapi hal itu perlahan-lahan bisa diatasi. Perubahan sebagai bentuk kepedulian dan perhatian bukan saja untuk kamar Ranap bagi pasien ekonomi mampu. Melainkan, juga untuk kamar kelas III, pelayanan kesehatan bagi pasien tidak mampu (miskin). Hanya saja, perubahan dalam kaitan itu belum sempurna.”Untuk kelas III, hampir semua sudah dibenahi. Misalnya, perbaikan kamar mandi, Toilet, pengecetan dinding dan termasuk mengganti tempat tidur pasien,” akunya.
Dari segi peralatan medis lanjutnya, sejumlah alat yang dibutuhkan guna kelancaran pelayanan kesehatan pun telah ditambah. Salah satunya, alat medis yang ada di ruang Operasi (OKA). Walaupun, harga alat medis tergolong besar, contohnya harga alat Radiologi yang mencapai Rp.1,7 Miliar per unit. Katanya, itu harga paling murah, bahkan ada yang mencapai Rp.4 M lebih.”Contoh lain, harga tempat tidur yang hanya ratusan ribu, kalau tempat tidur pasien yang paling murah Rp. 24 juta lebih, yang mahal bahkan mencapai ratusan juta rupiah. Coba bayangkan, itu baru harga tempat tidurnya,” tuturnya.
Harus disadari, bila dalam proses mencapai kesuksesan kerap kali dihadapkan dengan berbagai macam tantangan dan hambatan. Begitupun, kendala yang sudah dan sedang dihadapi pihaknya dalam mengelola Instansi Kesehatan tersebut. Salah satunya, menyangkut lokasi yang sempit, sehingga mengalami kesulitan untuk menambah bangunan. Kalau ingin menambah sebutnya, pilihannya hanya satu yakni membangun gedung berlantai. Tapi, itu membutuhkan dana besar, untuk penambahan yang tengah dikerjakan saat ini saja Rp.5 Miliyar, itupun ada dana sharing dari Pemerintah Daerah (Pemda).”Itu merupakan bentuk kepedulian dan perhatian pemda untuk rumah sakit ini. Tujuanya, semata-mata demi memberikan pelayanan kesehatan terbaik untuk rakyatnya,” pungkas Ihsan. (KS-03/Kerjasama)
COMMENTS